[62] My Love

11.5K 756 446
                                    

"Skenario Tuhan, selalu yang terindah. Ingat itu ya, sayang."

-Darel-

Prananta's Series
---------------------

Tit tut tit tut....

Suara berbagai alat laboratorium samar-samar memenuhi indera pendengaran Velin. Velin mengernyit. Merasa nyeri. "Kau sudah bangun?" Akh, suara siapa itu? Velin memaksa matanya untuk terbuka. Berat. Tapi dengan segenap tenaga, akhirnya kedua mata Velin pun perlahan dapat terbuka. "Syukurlah... kau sudah sadar."

"Edd?" Tanya Velin bingung. Benar. Wajah yang berada tepat di depannya adalah wajah dari seorang sahabat Darel. "Darel... Darel dimana?" Lirih Velin sambil berusaha bangun dari posisi baringnya tapi, tidak bisa. Akh, sakit. Sialan. "Kita berada di dalam markas rahasia." Velin mengernyit. Lagi. "Markas rahasia?" Apalagi ini? "Ya. Kau pasti tidak tahu, bahwa kau sudah koma selama seminggu." Sontak Velin terkejut bukan kepalang.

"Apa!? Tapi kenapa bisa?" Memang benar, setelah melihat kejadian mengerikan dimana Darel menusukkan pisau itu ke jantungnya sendiri, seseorang, memukul punggung Velin dengan begitu kuat. Dan setelah itu, semuanya menjadi gelap. "Velin... kau sangat bodoh." Edd menatap Velin serius lalu berjalan mondar-mandir di tengah ruangan serba alat-alat ini. Ah, ntahlah apa namanya. Ruangan ini benar-benar terlihat canggih.

"Darel dimana?" Velin mengulangi pertanyaannya yang tadi tak dijawab oleh Edd. Seketika langkah kaki Edd terhenti. Dia diam saja. Jantung Velin berdegup kencang tak teratur tiba-tiba. Ntah kenapa. "Kita dimana?" Tanya Velin lagi. "Sepuluh kilometer dari Axcervine University."  Velin memegang pelipisnya yang kini beratnya terasa beratus kali dari sebelumnya. "Untuk apa? Dan, siapa yang memukulku hingga pingsan?"

"Itulah mengapa aku katakan kau bodoh. Dan jika kau tanya mengapa kita berada disini itu karena, tidak ada pilihan lain. Vredo dan Reylie telah menyamar duluan kesana." Bola mata Velin membulat kaget.  Teka-teki apalagi ini? Mengapa tak kunjung usai? "Vredo dan Reylie?" Tanya Velin mengulang untuk memastikan.

"Ha ha. Kau tidak tahu apapun bukan? Reylie telah menikah dengan Vredo tiga hari yang lalu." Edd tersenyum miris menatap Velin. Membuat Velin seketika merasa menjadi wanita paling menyedihkan di dunia ini karena tidak tahu apapun. "Seharusnya kau biarkan Darel menceritakan semuanya, Lin... akh, kalian berdua. Sama-sama bodoh!" Umpat Vredo kesal.

"Jadi benar mereka telah bercerai?"

"Jadi kau tidak percaya pada Darel?"

Seketika Velin menunduk. Tidak. Matanya panas. Ia merasa egois. Tuhan, mengapa semuanya terasa begitu rumit? "Darel dimana?" Lirih Velin serak. "Apa ia di rumah sakit?" Tanya Velin dengan nada khawatir. "Tidak," jawab Edd datar. "Jadi?" Velin menatap Edd memohon. Edd mengehela napas kasar. "Sebelum aku memberitahumu fakta tentang Darel... ada baiknya kau tahu mengapa Vredo dan Reylie berada disana." Edd menatap Velin serius lalu melipat dadanya.

Hati Velin serasa tak tenang. Tapi Velin berusaha untuk tidak panik dan tetap berpikir bahwa semuanya pasti baik-baik saja. "Kau ingat Mister Benjamin? Dia baru saja membunuh tiga puluh murid dalam satu malam." Tidak. Ini sungguh, mengerikan. "Dan ha ha, satu kejutan lagi untukmu Velin. Apa kau merindukan Austin tunanganmu?"

"Edd, kau tahu darima-"

"Austin tunangan tercintamu itu adalah putra dari Dokter Gavin! Yang berniat menabrak Darel pada hari kepulangannya dari Rumah Sakit di Australia!" Mulut Velin melebar tak percaya detik itu juga dengan bola mata membulat sempurna. Dan sepertinya ada halilintar yang baru saja menyambar Velin. "Dan tebak siapa yang memukul punggungmu...." Edd tersenyum miring.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang