[53] Ukiran Luka Terdalam

9.9K 656 240
                                    

"Terimakasih. Ukiran lukamu begitu manis dan dalam, tuan. Sangat dalam."

-Velin-

Prananta's Series
-----------------------

"Aku berjanji, akan segera menceraikan Reylie begitu semuanya telah selesai. Aku janji, Velin." Tidak. Oh tidak. Darel... akan menikah dengan Reylie? Ta- tapi kenapa? Apa Velin berbuat salah? Apa yang sebenarnya terjadi? Tolong katakan pada Velin, tolong. Seluruh tubuh Velin serasa tak bertulang detik itu juga. Sedang sesak menyergap dada Velin. Disaat bersamaan menggoreskan sebuah luka teramat perih.

"Kumohon. Aku cukup akan menikahi Reylie dan menyelesaikan satu kunci lagi. Dan kau, tetaplah disisiku. Aku tidak akan menganggap Reylie sebagai istriku. Percayalah Velin, apa yang kau lihat tidaklah seperti yang terlihat...." Langkah kaki Velin termundur gemetar. Velin syok. Bibirnya berasa kelu.

Menikahi Reylie....

Menikahi Reylie....

Kalimat itu terus terulang di benak Velin. Berputar-putar bagai kaset rusak. "Velin.... " panggil Darel parau. Velin terdiam. Ini terlalu mengejutkan. Ini terlalu mengerikan. Dan ini, terlalu di luar batas. Velin menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya. Tenang Velin, tenang. Jangan panik. Jangan menangis. Semuanya akan baik. Tentu akan baik.

"Mengapa?" Tanya Velin setelah keheningan melingkupi keduanya cukup lama. Darel menatap Velin dengan pandangan yang sulit diartikan. Kedua tangan Darel mengepal erat hingga memperlihatkan urat-urat nadinya. "Karena... hanya dengan cara itu aku dapat menyelesaikan semua ini."

"Semua ini apa!? Aku tidak mengerti Darel! Tolong!" Habis sudah kesabaran Velin. Cukup. Sifat posesif Darel mungkin Velin dapat menahannya. Tapi untuk yang satu ini, ayolah, Velin juga manusia. Dan ini, terasa menyakitkan. Sungguh. "Aku tidak bisa menjelaskannya, Velin... ini terlalu rumit," ucap Darel lebih mirip bisikan. Ia berdiri dari posisi berlututnya dan menggenggam kedua tangan Velin erat secepat mungkin.

"Lima bulan. Aku janji. Dan setelah itu, aku akan menceraikan Reylie."

**

10 July in Jakarta, Indonesian.

"Sah semuanya?"

"Sah!"

Kalimat syukur menggema memenuhi aula gedung megah dengan interior serba hijau tersebut. Disana, tepat di tengah pusat perhatian, terdapat dua insan yang saling membagi senyum dan kasih sayang. Ya, dia. Dia yang seharusnya menikah dengan Velin. Dia yang seharusnya kini Velin cium punggung tangannya. Dia yang seharusnya mencium kening Velin di hari nan indah ini.

Tapi, takdir adalah permainan.

Karena nyatanya, ia, Velin Gledya Ranuar, tengah menyaksikan dengan kedua bola matanya sendiri, bahwa Darel Novian Prananta-calom suaminya-telah menikah dengan wanita lain. Reylie namanya. Dari jarak yang cukup jauh ini, dimana Velin tengah menepi sendiri di sebuah titik ujung yang Velin yakini Darel tak menyadarinya, Velin merasa sebuah ngilu yang paling mengerikan di dadanya. Sepanjang hidup Velin. Ini fakta.

Velin terlihat begitu menyedihkan sekarang. Velin tidak sanggup. Velin tidak kuat. Velin... ia merasa, ini sakit. Ini sangat menyakitkan. Velin memohon, siapapun tolong dirinya. Walau ada rencana di balik pernikahan lima bulan tersebut, siapa yang sanggup ketika melihat lelaki yang seharusnya menikah denganmu di hari ini justru menikahi wanita lain? Yang mungkin, jauh lebih baik dibanding dirimu. Lagi-lagi itu sebuah fakta.

Yang semakin menyakitkan.

**

"Velin?"

Velin membalik punggungnya tatkala sebuah tangan menyentuh pundak kirinya tiba-tiba. Velin tergagap. Itu Darel. Untung air mata Velin sudah kering sedari tadi.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang