[12] What's Wrong?

19.9K 1.1K 109
                                    

Mulanya mungkin kamu mengira,

Kisah cinta kita hanyalah kisah cinta sederhana....

Beromansa komedi yang jauh dari konflik tapi,

... kamu salah besar, sayang.

DAREL
--------------------------

"A-anu Pak... saya bawa permen lima biji maksudnya, hehe."

Velin berusaha akting menyengir yang syukurnya tak terlalu ditanggapi pak Devan. Velin kembali melototkan mata pada Darel yang malah membuang muka dan memasang muka serius membaca materi.

Ck! Untung sayang.

Eh?

Kedua pipi Velin kembali merona. Blush!

ARGHT FOKUS VELIN, FOKUS!

Untuk memusnahkan segala pikiran gila bagai anak abg ini, Velin pun cepat-cepat memasang headset yang sempat ia bawa dalam saku celananya. Lalu ia putar musik itu keras-keras.

Oh, yeayyyyy!

**

"Saingan berat kita kira-kira anak SMA mana ya, Pak?" Tanya Ali sambil membuka bungkus kacang sukro dan melahap isinya satu-persatu dengan santai. Velin yang memang hobi nyemil pun ikut memakan kacang sukro itu bersama Ali.

"E'hm!"

Seseorang berdehem keras.

"Em... perkiraan Bapak sih SMA Gerald. Kalian tau 'kan kalo mereka finalis Jakarta tahun kemarin?" Velin mengangguk masih sambil mendengarkan lagu Flashlight. Velin kembali mencomot kacang sukro yang bungkusnya dipegang Ali.

"E'HMMMM!"

"Velin!" Ali tiba-tiba mencopot headset sebelah kanan Velin dan mencicit, "Darel mau jadi banteng tuh!"

"Hah!?"

Seketika itulah, Velin tersadar dan menatap Darel yang wajahnya sudah teramat merah padam.

Oh, no....

**

"Ini jam berapa nak Darel?" Tanya pak Devan sambil meregangkan otot-otot tubuhnya. Mereka kini bersiap-siap pulang sesudah memompa otak yang rasanya seperti lari marathon. Hell!

Pak Devan menanyakan semua latihan materi yang berjumlah 500 soal. Yang untungnya, mereka sudah menghapal mati semua latihan materi itu. "Dua puluh menit lagi jam enam, Pak," jawab Darel acuh sambil melirik jam tangan hitamnya sekilas lalu meneguk air aqua.

"Darel, bagi aquanya dong!" Ucap Velin sembari mendekati Darel, berjongkok, dan tersenyum. Darel menatap Velin intens sejenak, "minta aja sama Ali."

Nah tuh 'kan, masih ngambek, shit!

"'Kan aquanya cuman satu Darel...." Ucap Velin lagi berusaha menyudahi amarahnya. "Yaudah, beli." Jawab Darel datar sembari berdiri dan membantu pak Devan merapikan berbagai buku tebal di atas karpet. Velin ikut berdiri dan memandang Darel sedih.

Tiba-tiba pandangannya jatuh pada Ali yang masih nyemil kacang sukro dan bersender di bawah pohon yang tidak jauh dariku. Ia ikut menatap Velin sedih. Kemudian bergeleng-geleng kepala pelan tanda kasihan pada Velin sambil menunjuk bungkus kacang sukro yang dipegangnya.

Velin bertanya, apa maksudnya?

Dan Ali pun menjawab.

"Gara-gara kacang sukro, hubungan lo jadi begini, ck, ck, ck!"

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang