"Maaf. Aku hanya terlalu takut akan fakta bahwa kamu tidak mencintaiku sedalam aku mencintaimu, sayang."
-Darel-
My Possesive Boy Idol!
---------------------------Velin, terpaku hingga rasanya bernapas pun tak bisa ia lakukan.
Darel menangis pelan dengan kedua bola matanya yang memerah. Ia menangis dalam diam. Tangannya yang berlumuran darah, memukul dadanya berulang kali. Wajahnya sarat akan luka dan kesakitan yang teramat dalam.
Velin merasa sakit luar biasa melihat Darel untuk pertama kalinya, seperti ini. Lebih dari kata mengerikan. Ini menyedihkan. Segera ia peluk Darel erat, tak peduli jika bajunya pun ikut terkena cairan merah darah milik Darel. Bahu Darel berguncang hebat, tiba-tiba. Dagunya bersimpuh di bahu kanan Velin dengan lemah. Air mata Velin menetes.
Setetes, dua tetes, hingga Velin pun harus membekap mulutnya kuat. Hening. Hanya ada isakan yang tertahan dan suara tangis Darel dalam diam, di lorong putih ini. Sepi. Dan, dingin. "Velinku- sayang...." Cicit Darel lemah. Dengan air mata yang masih mengalir dalam diam. Dapat Velin rasakan air mata Darel yang menjatuhi bagian bahunya, berulang kali.
"Velin sayang... kamu dengar aku 'kan? Iya 'kan? Jangan tinggalin aku, kumohon.... "
Sakit. Nyeri hebat menusuk jantung Velin begitu mendengar suara Darel yang begitu lirih. Tak berdaya. Seolah semua benteng dinginnya telah hancur tak bersisa. Mengapa juga ia mengatakan hal seperti itu, Tuhan? Meninggalkannya? Yang benar saja... Velin.... Walaupun Darel mencekiknya dan berlaku kasar berulang kali... Velin rasa meninggalkan Darel adalah kosa kata mustahil dalam kamus hidupnya.
"Kenapa bilang seperti itu, cumi?" Tanya Velin lembut dan berusaha tersenyum, menahan air mata. Velin tangkup wajah Darel dengan kedua tangannya. Astaga, iq sangat menyayangi lelaki ini, Tuhan... sangat. Mata kelamnya... hidungnya... senyumnya... betapa segala ketidaksempurnaan yang ada pada Velin seolah menjadi candu Darel. Velin pun tak mengerti.
"Darel...." Lirih Velin lembut, setia menatap tepat di manik hitam itu. Darel hanya diam menatap Velin dengan mimik wajah yang tak dapat Velin artikan. Antara luka, tertekan, dan frustasi. Velin mengecup hidung Darel singkat dan berkata, "everything's gonna be alright, Darel."
Dan, tangis Darel pun terhenti. Ia perlahan tersenyum, masih dengan tatapan penuh luka. "Velin... aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu."
Ya Tuhan....
Velin sampai harus menahan napas begitu Darel mengucapkan dua kata sihir itu.
Aku mencintaimu... aku mencintaimu... aku mencintaimu....
"Kamu bilang semuanya bakal baik-baik saja 'kan, sayang? Kalau begitu, buktikan kepadaku mulai malam ini... peluk aku dalam tidur dan mimpimu. Karena aku, takut tidak dapat merasakanmu dalam bunga mimpiku," ucap Darel panjang lebar dengan nada memohon, sembari menarik lengan kanan Velin menuju sebuah kamar. Menelusuri lorong putih itu dengan perasaan campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...