[31] Saling Menusuk

12.1K 724 83
                                    

"Jangan terlalu percaya diri bahwa pesonamu mampu menaklukkan pertahananku. Oh, jangan terlalu percaya diri, tuan."

-Velin-

My Possesive Boy Idol!
---------------------------

Biar Velin perjelas semuanya dari awal. Ia, hanya gadis biasa. Katakan ia gila prestasi. Ia akui itu. Lalu, Darel, lelaki gila itu datang ke perpustakaan pada hari itu. Mengaku sebagai pacarnya dan seenak jidat mencium pelipis kepalanya.

Bejat bukan? Ha ha.

Dan, ketika Darel datang, segalanya berubah. Dia adalah dunia asing nan misterius. Menciptakan segala teka-teki pada Velin. Bahkan, sampai pada saat ini, ketika dia telah menggoreskan pisau pada lengan Velin, melukai Velin berkali-kali, meremukkan satu-persatu mimpi Velin, Velin...

Velin... tetap mencintainya.

Kenapa Velin merasa bodoh sekali?

Kenapa hidupnya begitu menyedihkan?

Apa salahnya, Tuhan? Apa ini karma?

Karma apa? Seingat Velin, ia tidak pernah jahat kepada siapapun. Lalu ini, Darel, lelaki gila yang mematikannya secara perlahan... menghancurkan mimpinya? Itu artinya Darel, membunuhnya.

"Pergilah dari hidupku, Darel."

Ucap Velin pedih pada dia. Ya, dia. Lelaki iblis yang memperangkap hidupnya. Sungguh kini, untuk menyebut namanya saja lidah Velin terasa kaku. Asing. Pada akhirnya, dia, tetap akan menjadi dunia yang asing bagi Velin.

"Terima kasih," ucap Darel dingin setelah sekian detik hanya ada deru napas mereka yang saling melukai. Melukai dalam hening. Teramat lebih dari kata pedih. Velin mengangkat wajahnya. Melihat Darel dengan datar. Dia tersenyum manis. Ha ha, manis? Tidak. Itu mengerikan.

"Terima kasih tapi, aku tidak mau dan tidak peduli."

Kedua bola mata Velin melebar, kaget. Apa-apaan lelaki ini, hey!?

"Kau-"

"Dengarkan ini, Velin Gledya Ranuar. Aku, memang menghancurkan mimpi-mimpimu. Lalu, kenapa? Aku mencintaimu dan kau mencintaiku. Cukup aku sebagai mimpimu. Mimpi masa depanmu. Diam dan ikuti perintahku. Aku, tidak akan segan-segan melukaimu, ah, bukan melukaimu. Tapi, kau ingat ibumu? Ayahmu? Di Indonesia? Kurasa membunuh mereka bukanlah hal yang susah."

Kurang ajar. Bajingan.

"Ya, aku iblis. Terserahmu. Aku, memang monster. Persetan dengan itu. Tapi satu hal yang harus kau tahu sayang, mulai saat ini, detik ini... kau, tidak akan lagi melihat Darel yang lembut. Aku memang mencintaimu. Tapi ucapanmu yang menyuruhku untuk menjauhimu benar-benar melukaiku. Jadi, jangan salahkan aku jika kau tidak lagi melihat Darel yang sama," ucap Darel tajam menusuk.

Ya Tuhan... bahkan mata kelamnya benar-benar menggelap kali ini. Tidak, tidak perlu takut Velin. Kau ingat? Dia iblis. "Begitukah tuan Prananta? Baiklah. Aku, tidak peduli," balas Velin tak kalah dingin. Tangannya terkepal dengan getaran hebat yang ia tahan mati-matian. Darel nampak menahan amarah. Ia menggeram kesal hingga akhirnya tersenyum miring.

"Cih, aku tidak butuh pedulimu. Sekarang, tidur." Tanpa babibu, dengan wajah dinginnya, Darel menarik lengan Velin. Bukan. Dia mencengkramnya hingga dapat Velin rasakan kuku Darel yang menancap kuat di permukaan kulitnya.

"Bastard," desis Velin penuh kebencian.

"I love you," balas Darel acuh.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang