[33] Margaretha & Viona

9.6K 680 76
                                    

"Yang terpenting, sosok monster ini mencintaimu. Ingat itu baik-baik. Ok?"

-Darel-

My Possesive Boy Idol!
--------------------------

DAREL POV

Jika aku tak melihat seorang lelaki mengenakan jas segelap malam dilengkapi topi koboi pembunuhnya pada malam itu, bersembunyi di balik luar jendela, tepat disaat aku menggoreskan pisauku pada lenganmu, sungguh.... tak kan seinci pun aku sudi melukaimu, sayang.

Apa kau tak tahu?

Semua yang kulakukan padamu malam itu, karena seseorang tengah mengawasi kita. Dan memastikan agar aku, tak mencintaimu. Korbanku sendiri. "Dia sudah terlanjur membenciku, Edd. Sangat membenciku." Kuraih segelas caramel hangat di tengah dinginnya malam ini. Rambut hitam legamku berhamburan kesana-kemari. Sedang kedua bola mataku, rasanya kini berkantung seperti panda.

Gadisku pasti sudah tidur di dalam sana. Di dalam asrama. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan," balas Edd menatapku tenang. "Tapi dia tak akan sudi menatapku kembali! Apalagi, ia... ia tahu aku kini dekat dengan Margaretha. Murid kesayangan mister Benjamin. Sialan! Perempuan itu bahkan melaporkan setiap gerak-gerikku! Shit! Bagaimana bisa aku kembali mendekati Velin?" Kupukul meja di hadapanku hingga menimbulkan bunyi keras.

Margaretha....

Dasar licik.

"Lalu, apa yang kau rencanakan?" Tanya Edd yang sempat syok dengan perbuatanku barusan. Gigiku bergemelutuk. Menahan pedih dan amarah. Hingga rahangku mengeras. Sungguh, aku rindu pada Velin.

Kekasihku.

Wanitaku.

Milikku.

"Akan kubuat jalang itu menyesal. Dia menyukaiku. Aku tahu itu." Aku menyeringai. Sebuah ide gila terlintas di benakku.n"Lihat saja nanti." Aku melirik Edd yang terlihat merinding dengan senyumanku. N"Jangan lakukan hal yang membuatmu menyesal, Darel!" Seru Edd yang hanya kubalas seringaian dingin.

Lalu, aku pun pergi beranjak dari hadapannya. Tentu saja, kami sehabis dari bimbingan belajar bersama Mister Xelon. Dan gadisku, tidak masuk. Aku tahu, dia sangat kecewa padaku. Bahkan kerap kali menangis karenaku. Benar 'kan? Tepat di depan pintu asrama, sebelum masuk, ku keluarkan handphone.

"Darel... kau menghubungiku? Apa ini? Astagaa! Apa kau merindukanku?" Terdengar sambutan dari seberang telepon sana yang membuatku begitu mual. Apalagi nada suaranya yang berubah genit seketika. Membuatku muak. "Hey, Margaretha... benar, aku merindukanmu," balasku berpura-pura. Nada suaraku mungkin terdengar ramah, tapi sungguh tanganku mengepal. Tak sabar ingin segera membunuhnya.

Dapat kurasakan ia tengah tersenyum di sana. Dari jeda telepon dan bagaimana hembusan napasnya. Menjijikkan. "Jadi, bisakah kita bertemu malam ini juga? Pukul dua belas malam, di taman mawar belakang asrama. Bagaimana?"

"Semalam itu? Ah, baiklah. Untukmu, it's okay."

"Ok. Aku menunggumu, cantik."

Telepon ditutup. Aku menyeringai puas.

Lihat saja, Margaretha... kau, akan menerima hadiah yang special, bitch.

Sebelum akhirnya aku memilih untuk memasuki kamar dimana gadisku sedang tidur terlebih dahulu. Dadaku berdegup kencang begitu melihat Velin yang tengah tertidur membelakangiku. Ya, Tuhan.... Betapa aku merindukan gadis dingin ini. Gadisku. Milikku. Sudah tiga hari lebih kami saling bermusuhan dan melemparkan kata-kata tajam dan menusuk. Dingin. Aku tidak ingin gadisku dingin padaku. Dia harus kembali hangat. Dan itu hanya berlaku padaku.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang