[52] Badai Mengerikan

9.9K 720 242
                                    

"Tak kusangka ternyata mencintaimu akan semengerikan ini."

-Velin-

Prananta's Series
----------------------

"Reylie."

Wanita cantik itu mengerjap. Tersadar dari bacaannya pada sebuah majalah ketika sapaan Velin terdengar. "Iya?" Ia tersenyum. Manis. Manis sekali. Hati Velin kembali terasa sakit. Jika Reylie bersanding dengan Darel, maka mereka benar-benar mirip sebagaimana pasangan pangeran-princes dalam dunia dongeng.

"Bisa bicara sebentar?" Tanya Velin sambil berusaha membalas senyuman Reylie. Ya, Velin adalah Velin. Dan dia kuat. "Boleh, boleh. Gimana kalau di halaman belakang?" Tawar Reylie. Wah, logat bahasa Indonesianya benar-benar mahir. Velin mengangguk. Menyetujui sarannya. Keduanya pun menuju halaman belakang dan duduk di sebuah kursi yang tertutupi pepohonan hijau rindang.

"Ada apa Velin?" Tanya Reylie ramah. Hati Velin berdenyut. Lalu, akhirnya tersenyum tipis. "Em... udah lama ya kenal sama Darel?" Tanya Velin hati-hati. Reylie kembali mengerjap lalu menatap Velin. "Ntah. Bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak. Kami sudah pernah bertemu saat Darel masih kuliah di Axcervine University tapi ya, tidak akrab. Ha ha." Reylie tertawa kecil.

"Oh...." Velin hanya menggangguk-anggukkan kepala. Bibirnya kelu. Rasanya canggung. "Kalian ... kelihatan sangat akrab ya, ha ha," lanjut Velin sambil tertawa pelan.  "Tidak juga. Ia menyebalkan. Sangat menyebalkan. Bayangkan, semalam ia menaruh kaus kaki busuknya di bawah bantalku." Bibir Reylie mengerucut kesal. Akh, hati Velin, hatiku kembali nyeri. Menaruh kaus kaki? Semalam? Di kamar Reylie?

Itukah sebabnya Darel tak ada di sisi Velin malam itu?

Velin tersenyum getir.

"Dia memang sangat menyebalkan. Maklumi saja. Ha ha." Velin ikut tertawa. Tawa yang dipaksakan. "Reylie, aku masuk dulu, ya. Ada yang mau dikerjakan." Velin beranjak dari duduknya dan tersenyum manis pada Reylie. Reylie balas tersenyum dan mempersilahkan. Velin memegang dadanya begitu hilang dari pandangan Reylie. Ini sakit. Ternyata hubungan mereka special dan lucu, mungkin. Terlihat lebih harmonis. Ah tidak. Tidak. Velin harus tetap berpikir positif.

Begitu kembali memasuki kamar, Velin dapati Darel yang baru saja keluar kamar mandi dengan baju santainya. Ia tersenyum pada Velin lalu beranjak hendak keluar kamar. "Mau kemana?" Tanya Velin sambil menahan lengan kiri Darel. "Tempat Reylie bentar. Oh ya, Reylie di ruang tamu 'kan, Lin?" Velin terdiam. Genggaman tangannya perlahan melemas.

"Sekarang di halaman belakang, sepertinya," jawab Velin sambil mengalihkan pandangan. Darel mengangguk lalu segera pergi. Semenjak kehadiran Reylie, Darel lebih banyak menghabiskan waktu dengan wanita itu. Velin tidak bisa memaki Reylie. Reylie ntah mengapa memiliki aura yang terasa baik. Mungkin.

Velin menghela napas. Kemudian pandangannya jatuh pada sebuah gaun pengantin putih yang indah dan menakjubkan yang terjuntai di depan lemari. Gaun pengantinnya. Velin mendekat. Lalu meraba-raba gaun pengantin itu lembut. Di samping gaun pengantinnya, terdapat jas hitam Darel yang begitu gagah. Tiba-tiba Velin teringat Reylie. Lalu membayangkan gaun pengantinnya melekat di tubuh semampai Reylie. Ah, dia akan terlihat sangat cantik.

Tidak. Tidak. Jangan berpikir yang aneh-aneh Velin. Kuat. Kau tidak lemah. Kau Velin Gledya Ranuar! Ingat itu. Velin memilih menaiki kasur empuknya dan membuka laptop. Ia rasa mencari info terbaru mengenai pendidikan akan terasa menyenangkan. Setidaknya, kegiatan ini membuat pikirannya teralihkan dari dua 'kakak-adik' itu. Ah, ada beasiswa. Dan kampus yang dituju adalah salah satu kampus populer di daerah Jakarta. Hm ... apa Velin saja ikut, ya?

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang