"Kau... adalah lelaki kejam yang pernah kucintai. Maaf. Karena aku benar-benar mencintaimu. Sekarang, kau selamat. Kau bebas. Rencana iblismu berhasil."
-Velin-
My Possesive Boy Idol!
-------------------------"Dan tadi... ciuman perpisahan."
Demi apapun, aku ingin menyekap Velin sekarang juga agar dia tidak bisa lari dariku. Bisa-bisanya dia mempermainkan perasaanku seperti ini, hah!? "Jangan main-main denganku, sayang. Sampai kapanpun, tidak akan ada kata perpisahan di antara kita," desisku dingin dengan rahang mengeras.
"Darel... katakan... kumohon, katakan." Suara gadisku perlahan melemah. Serak. Oh, Tuhan, aku, merasa menjadi lelaki paling brengsek di dunia ini. "Katakan, apa benar aku korbanmu? Apa benar kau hanya berpura-pura, mencintaiku... agar kau bisa selamat dan aku menjadi penggantimu!?" Tatapan Velin terluka. Sangat. Satu demi satu langkah kakinya bergerak ke belakang. Menjauhiku.
Jangan. Jangan tinggalkan aku, Velin.
Jangan.
"Kenapa diam saja, hah!?" Bentak Velin dengan air mata yang kembali menetes. Oh, sayang, jangan menangis. Kumohon. "Kau... adalah lelaki kejam yang pernah kucintai. Maaf. Karena aku benar-benar mencintaimu. Sekarang, kau selamat. Kau bebas. Rencana iblismu berhasil," ucapan Velin bagaikan sayatan pisau yang menembus hingga ulu hatiku. Sakit. Rasanya begitu berdarah.
Tanpa sangka, Velin mendekatiku dengan raut wajah yang tak dapat kuartikan. Sungguh, aku takut. Darimana Velin mengetahuinya? Ya, Tuhan... inilah, ketakutan terbesarku. "Ada satu lagi yang ingin kusampaikan." Suaranya bergetar. Tapi, tatapan terluka Velin benar-benar membunuhku. Detik ini. "Aku punya kejutan untukmu. Dan kuharap, kau bahagia menerima kejutan itu." Velin meraba dadaku membentuk pola-pola sembarang. Sungguh tindakannya membuatku merinding. Tiba-tiba, ia memelukku. Menghirup aroma tubuhku dengan rakus.
Velin tidak pernah seperti ini.
Aku merasa detak jantungku berpacu dengan cepat. Velin bagai candu yang mampu membuatku ketagihan. Tanpa sadar, aku membalas pelukannya. Ntahlah, aku sudah sangat tidak waras masih berani memeluk gadis yang kulukai hingga begitu dalam. "Aku menerima keputusanmu," ucap Velin tegas seketika namun, masih sarat akan luka. "Keputusan apa?"
"Meninggalkan semua ini dan kembali ke Indonesia. Aku rela. Menghancurkan mimpi-mimpi yang kurajut hingga setinggi ini."
"Tidak. Aku tidak mau," balasku tajam. Velin melepas pelukannya, membuatku merasa kehilangan.
"Kenapa? Bukankah kau yang menginginkannya?"
"Aku tidak mau karena jika kita kembali ke Indonesia dan membatalkan semua ini, kau akan meninggalkanku."
Sesak. Dadaku begitu sesak saat mengucapkan kalimat itu. Rasanya aku ingin membunuh seseorang saat ini juga untuk melampiaskan kemarahan dan kesedihanku. "Tidak, Darel. Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku tetap berada di sekitarmu," balas gadisku dengan tenang. Sesaat aku melihat ada senyum miring di wajahnya. Apa yang direncanakan gadisku?
Tak pernah kusadari.
Hingga akhir ini tiba.
Dan aku pun tahu, Velin, sangat pintar dalam meruntuhkan dunia maupun pertahananku yang paling kejam sekalipun.
**
Kami membatalkan semuanya.
Mengundurkan diri dari olimpiade internasional tepat empat hari sebelum hari H. Ali? Jangan kau tanya betapa kecewanya dia saat tahu keputusanku dan Velin. Tapi nyatanya, Ali pun menerima keputusan kami dengan pasrah. Toh, dia juga tidak dapat melanjutkan lomba tanpa kami. Dan, aku sangat bersyukur. Velin tidak bertemu dengan ayahku atapun mister Benjamin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...