[10] Satpam Ngeselin

21.7K 1.2K 31
                                    

Kamu, benar-benar mematikan.

Begitu mudahnya membuatku mati akan racun yang kuciptakan sendiri.

Ada apa denganmu?

Kenapa harus aku?

Apa aku mainan yang begitu menarik bagimu?

Selamat!

Mungkin mulai sekarang....

Aku benar-benar lupa bahwa kamu,

bukan salah satu dari mimpi-mimpiku.

DAREL
----------------------

"AKU BELUM SELESAI NGOMONG VELIN GLEDYA RANUAR!"

Entah mengapa saat Darel mengucapkan nama lengkap Velin tersebut dengan nada membentak, hati Velin, terasa begitu sakit. Seperti ada sebongkah batu berat yang menimpa hatimu dalam sedetik dan... BOOM! Hati itu nyeri tak terkira.

"ARGHT, SHIT!"

Darel mengumpat sambil mengusap wajahnya frustasi. Sejenak ia memejamkan mata, mengambil napas panjang dan, kembali menatap Velin. Kini tatapannya berubah begitu lembut, bercampur penyesalan. Velin tak tahu harus berkata apa. Dadanya sesak. Antara takut, marah, ingin berteriak ataupun mengeluarkan air mata.

"Maaf."

Darel membawa Velin ke dalam pelukan hangatnya. Ia mengelus pundak Velin berkali-kali dengan lembut. "Maaf... maaf sayang...." Bisu. Velin lebih memilih diam tanpa sepatah kata pun. Dilain sisi, ia pun bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Mengapa kini ia tak mampu menolak pelukan Darel? Mengapa kini ia seakan dibuat campur aduk dengan perlakuan seorang Darel?

"Maafin aku... maafin aku, ya. Maaf ya hm, maaf udah bentak kamu."

Darel melepas pelukannya dan mengelus wajah Velin perlahan. Mungkin tak ada satu pun air mata yang mengalir pada pipi Velin. Tapi Darel pasti tahu. Velin berusaha menahannya sedari tadi. Bibir tipis Velin terkatup rapat.  "Aku takut...." Ucap Darel setelah sekian detik suasana terasa hening. Suaranya lirih sedikit bergetar.

Ia menatap Velin sendu masih dengan mengelus pipi Velin. Lembut. Pelan. "Aku takut kamu mencintai lelaki lain. Aku takut dipikiranmu bukan aku, Velin... aku ingin hanya aku yang ada di pikiran kamu. Di hati kamu. Di mata kamu. Hanya aku." Darel menatap Velin terluka. Membuat hati Velin mengernyit sakit. Ada apa ini sebenarnya? Mengapa reaksi tubuhnya malah seperti ini? Mengapa Velin tak merasa senang melihat Darel terluka?

Entah mengapa, Velin tak bisa mengumpat seperti biasanya. Lagi. Kini yang ia rasakan hanyalah getaran-getaran aneh yang menerbangkan sekaligus membuatnya, merasa asing.

Perasaan macam apa ini?

Kenapa rasanya asing sekali....

Kenapa aku hanya bisa terdiam!?

Kenapa kamu membuatku gila seperti ini Darel!? Kenapa!!?

"Velin... dengar ini baik-baik ya sayang...." Bisik Darel serak di sisi kanan telinga Velin, membuat Velin merinding dalam sekejap. "Mungkin kamu belum jatuh cinta sepenuhnya padaku...." Suara lirih itu berubah menjadi serius dan debar di jantung Velin pun semakin menjadi-jadi.

Tidak. Ini bukan Darel sebelumnya. Velin tak pernah mendengar Darel mengucapkan sesuatu seserius ini. "Mungkin aku belum memiliki hatimu sepenuhnya...." Kini Darel menggenggam erat kedua telapak tangan Velin. Menyalurkan emosi terdalamnya, tak peduli dengan tatapan Velin yang didominasi rasa bingung dan, takut.  "Tapi aku janji...."

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang