[2] You Are Mine

52.2K 2.9K 53
                                    

"Aku tak mengerti mengapa Tuhan menciptakan lelaki segila kamu!"


DAREL
--------


"Mine."

Satu kata. Empat huruf.

Sekedar desisan yang hanya mampu didengar Velin seorang. Hampir menyerupai bisikan, dengan tatapan bola mata hitam kelam berkilat disertai sudut bibir terangkat, membuat tubuh Velin sesaat membeku sekaligus merindung. Lalu bagai tersengat listrik, Velin memberontak dengan ekspresi ilfeel tercetak jelas pada wajahnya.

Di dalam benak Velin kini hanya terdengar satu suara yang terus berputar bagai kaset rusak, bunyinya berdengung menyuarakan satu kata, yaitu gila. Velin rasa otak lelaki itu sedang tidak berfungsi. Atau mungkin otaknya telah terbang ke samudra atlantik beberapa detik lalu. Seenak jidat mengklaim. Memangnya, dia itu siapa!? Kenal saja tidak, dunia memang sudah gila sepertinya.

Percuma. Semakin Velin memberontak, semakin bertambah eratlah lelaki itu mencengkram kedua lengan Velin. Dan lebih sialnya, tak ada satupun yang berniat menolong Velin, malah menjadikannya sebagai wahana tontonan yang mengasikkan. Dapat dipastikan Velin dan lelaki sinting ini, akan menjadi berita viral, sebentar lagi.

"Kamu dengar, sayang? Kamu, milik Darel Novian Prananta."

Jadi, nama lelaki sinting ini Darel?

Darel menekankan setiap kata dengan tegas dan rahang yang mengeras. Ntah mengapa sorot mata Darel terasa sulit diartikan tiba-tiba. Membuat Velin dilanda rasa takut, tapi sungguh Velin sangat kesal pada situasi yang tengah terjadi sekarang. Apalagi dengan kalimat pengklaimannya barusan yang Darel lantangkan, tak lagi berupa desisan.

Membuat seluruh yang menyaksikan, lagi-lagi menjerit histeris dan sangat ingin berada di posisinya sekarang. Velin memutar bola mata jengah. Kemudian kedua bola mata Darel yang sangat hitam pekat itu, berubah intens dalam sekejap. Dan ia menarik Velin begitu saja keluar dari perpustakaan. Menulikan pendengaran dari sorak-soraka yang kembali membumbung tinggi di udara.

Velin celingak-celinguk mencari keberadaan Deva. Hendak meminta pertolongan, tapi yang ia dapati malah pemandangan Deva yang tengah meringis sambil sibuk mencari keberadaan Mba Sekar, penjaga perpustakaan. Yang Velin yakini tengah menyantap mie ayam sembari bergosip ria di kantin sekarang. Menyebalkan. Pantas saja perpustakaan berubah menjadi pasar malam, tanpa ada yang mau membubarkan.

Velin meringis. Langkah kaki Darel begitu cepat dan lebar. Velin hampir tersandung beberapa kali. Ini seperti drama percintaan anak SMA yang tengah berkelahi dengan pacarnya. Menggelikan. Velin mendengus membayangkan hal tersebut. Nyatanya Velin sangat tidak mengerti, situasi apa sekarang ini?

Ingin rasanya Velin mengumpati lelaki jangkung itu hingga otaknya meledak kepanasan. Belum lagi tatapan-tatapan penuh tanda tanya saat Darel melewati koridor bersama Velin. Terutama karena lengan mereka berdua, saling bergandengan. Velin terus bersumpah serapah dalam hati. Ia juga tak bisa jika ingin berteriak meminta tolong. Ia akan dicap gila dan ditertawai. Lalu dikatakan, "apaan, sih? Alay lo!"

Lelaki gila itu, setibanya di taman belakang sekolah tiba-tiba memeluk tubuh Velin, begitu erat. Secepat kilat. Sontak bola mata Velin membulat sempurna, detak jantungnya meroket saking kagetnya. Dan partikel-partikel tubuhnya terasa tersetrum, Velin marah. Tiba-tiba ia dipeluk oleh lelaki yang tak ia kenal, gila saja! Velin pun berusaha melepas pelukan Darel, memberontak.

Sialan. Velin semakin takut dibuatnya. "Le-lepasin, dih!" Velin terengah-engah, napasnya terasa sesak. Menyadari hal itu, Darel, melepas pelukannya dengan gerakan begitu slow motion. Tapi kemudian, Darel tetap memegang kedua sisi bahu Velin.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang