We keep this love in a photograph
We made these memories for ourselves
Where our eyes never closing
Hearts are never broken
Times forever frozen still
-Edd Sheeran-
Prananta's Series
---------------------
Hati-hati Baper :)**
"D-darel!?"
Velin terkejut melihatnya. Tanpa sadar Velin pergi menjauhi Darel. Ingin rasanya ia pergi dari rumah ini. Tapi kakinya terasa seperti jelly, tidak sanggup berjalan. Darel yang melihat Velin menjauhinya, menatap sedih pada Velin dan melangkahkan kakinya pelan menuju Velin. "Kamu bilang, kamu masih mencintaiku," lirih Darel serak dengan nada sendu.
Setiap satu langkah Darel, maka Velin berteriak menjerit sambil menutup matanya. Air mata Velin bahkan lebih banyak dari sebelumnya. "Velin, jangan takut," ucap Darel pelan begitu sudah berada tepat di depan Velin. Velin berteriak menjerit berulang kali setiap kali Darel akan menyentuhnya. "Tolong, jangan takut padaku." Darel tiba-tiba memeluk Velin erat. Menenggelamkan wajah Velin pada dada bidangnya. Velin tak sanggup lagi berteriak ataupun melawan. Dada Vekin terasa sesak.
Hingga akhirnya, kesadaran Velin menghilang.
Semua menjadi gelap.
**
Velin terbangun dengan kepala yang mendenyut nyeri. Rasanya pening luar biasa. "Syukurlah, kamu sudah sadar." Velin menoleh cepat ke arah kiri ranjangnya. Mengabaikan pening yang mendenyut-denyut. Mendapati sosok Darel yang tersenyum hangat di atas sebuah sofa membuat jantung Velin berlari takut tak karuan.
"Sudah delapan jam kamu pingsan," Ucap Darel lembut. Berusaha tidak membuat Velin takut. Tapi sebaliknya, Velin malah semakin takut. Mengingat memori mengerikan saat kulit palsu itu terlepas dan menunjukkan wajah Darel. "Dimana Ergan?" Tanya Velin parau setelah sekian detik hanya ada hening yang semakin mencekamnya. Darel menggeram dalam diam. Ia membuang muka. Bibirnya terkatup tipis. Tampaknya ia marah. Velin memejamkan mata. Berusaha mengumpulkan keberanian.
"Katakan Darel, dimana Ergan yang asli?" Velin menekankan setiap kata. Darel menoleh ke arah Velin dingin. Dan tanpa sangka ia menyeringai, "aku bunuh."
"A- apa!?"
Air mata Velin menetes tanpa sadar. Ia menutup mulutnya kuat. Takut tangisnya pecah begitu saja. Darel menghembuskan napas kasar. Ia kemudian berdiri dan mendekati Velin dengan raut wajah yang susah diartikan. Tanpa babibu Darel mendudukkan Velin di atas pangkuannya. Velin memberontak tapi Darel menahan Velin erat. "Kamu tahu Velin, seorang Darel tidak pernah ingkar dengan janjinya," bisik Darel sedih di telinga Velin. Velin merasa seluruh tubuhnya seketika bagai disengat listrik. Velin merinding.
"Kamu pasti ingat perkataanku, kalau aku gak bakal biarin kamu dekat sama cowok lain kecuali dia...." Darel menggantungkan kalimatnya. Menangkup kedua pipi Velin lembut dan memaksa Velin untuk menatap kedua mata hitam pekatnya, "mati," Sambung Darel tepat di depan bibir Velin. Velin merasa kerongkongannya begitu kering. Darahnya seakan terhenti begitu saja. Ucapan dan perilaku Darel benar-benar membuat seluruh tubuh Velin merinding.
Tanpa sangka Darel mengecup kening Velin. Velin terpaku. Darel memberikan senyuman kesedihan, "Darel sayang Velin." Setelah mengucapkan tiga kata itu, Darel berdiri dan keluar kamar. Seperti asap. Meninggalkan Velin dalam sejuta abu kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...