[22] Before Darel Meet Velin 2

15.7K 952 55
                                    

"Mengapa hanya dengan menatapmu aku merasakan sakit di dada?"

-Darel-

My Possesive Boy Idol!
-----------------------

"Jadi? Aku harus memanggilmu ayah?" Tanyaku datar tak berminat, pada pria berumur kitaran empat puluh tahun itu. Ia terlihat masih muda dan air wajahnya begitu tenang. Pria itu tersenyum. Ia adalah ayah angkatku di Indonesia. Ibaratnya ia adalah ayah kandungku dan, tidak ada seorang pun yang tahu aku anak dari seorang mister Zarel selain ayah angkatku ini.


Baguslah.

"Terserah, nak Darel. Tapi, panggil saja aku ayah. Bukankah begitu lebih baik?" Jawabnya tegas namun lembut. Mendengar nada bicaranya ntah kenapa aku merasa kesal. "Baiklah, ayah," balasku dingin dan, segera beranjak menuju kamar tidurku. "Hufft... I'am so tired." Aku menghempaskan tubuh penatku di atas kasur yang terasa empuk.


See? Aku baru tiba di Indonesia pukul dua belas malam. Melelahkan. Dan besok... aku sudah harus bersekolah di SMA gadis Indonesia itu. Ini salah satu rencana ayah. Masih bisakah aku memanggilnya ayah? Ha ha... menyedihkan. Aku menutup mata perlahan, dengan dada yang tiba-tiba, terasa sesak.


Ayah membuangku... bukan begitu?


Sekilas wajah pria maskulin yang kerap kali kupanggil ayah itu, hadir di benakku tapi sedetik kemudian, segera kuenyahkan.

Aku benci ayah....

Aku benci mister Benjamin!

Aku benci universitas atau pun akademi terkutuk itu!

Dan....

Aku benci gadis yang akan dijodohkan denganku!

Bahkan aku tidak mengenalnya, shit!

**

SMA Binusvi.

Aku rela mendaftar menjadi pelajar SMA hanya demi rencana ayah. Aku harus membawa gadis itu. Ya, aku harus membawanya. Selain membawanya aku bisa apa? Jujur saja, tak ada niat bagiku untuk menjadikan gadis itu penggantiku di akademi. Aku tak bermaksud menjadikan diriku sebagai monster. Dan aku sama sekali tidak ingin dijodohkan.


Aku masih punya sejuta mimpi.

Tapi, keadaan memaksaku. Bukan tidak gentlemen, tapi kuasa dari seorang mister Benjamin bukanlah kuasa yang bisa kulawan.

Ia bisa membunuh keluargaku.

Ia bisa menghancurkan hidupku.

"Lo kenal Velin Gledya Ranuar?" Tanyaku pada salah satu siswi yang berada di koridor sekolah. Tak ada jawaban. Ia hanya terpana memandangku tanpa sepatah kata pun. Oh ayolah, aku sudah sangat bosan dengan tatapan semacam ini. "Halo? Lo tuli, hm?" Hardikku tertekan. Ia nampak terkejut dan segera menggeleng. Cih, menyebalkan.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang