"Yang aku tak sukai dari pertemuan, adalah akan adanya perpisahan. Lebih tepatnya, akan ada rasa asing diantara dua orang yang pernah begitu akrab berbagi tawa dan cerita."
DAREL
__________________"Kamu... always my priority. Ingat itu."
Rasanya, jantung Velin berdetak dua kali lebih kencang. Rumah sepi, kedua orangtua Velin tengah bekerja di jam seperti sekarang. Dan pemandangan Velin yang biasa pulang dan mendapati rumah kosong adalah hal yang biasa.
Oh astaga, ada apa ini?
Velin, sadarlah!
Suara Darel terasa tulus dan sedikit membuat hatinya bergetar. Ingat! Hanya sedikit. Hal ini membuat Velin sedikit tidak nyaman dan ingin lepas dari pelukan Darel. Tapi entah kenapa tubuh Darel bak magnet. Velin terus tertarik ke dalam dekapannya dan seolah ada yang mengatakan, "Ia membutuhkanmu."
"Velin... jangan tinggalin aku." Suara Darel kembali terdengar. Nadanya lebih mirip pintahan. Oh, ayolah, suara detak jantung Darel yang berdegup kencang di kedua telinga Velin membuat hati Velin sedikit nyeri. Ntah kenapa.
Tak lama kemudian, Darel perlahan melepas pelukannya. Dan ia menatap gadis berwajah garang itu begitu dalam. Kedua tangannya masih memegang pinggang Velin dengan lembut. Velin ikut menatap manik mata kelam hitam tersebut. Berusaha menelusurinya lebih dalam namun, Velin menyerah.
Darel, terlalu rumit.
Velin menghembuskan napas sekaligus menundukkan pandangan. Ia rasa, debar jantungnya telah kembali pada hitungan normal. Ah, sayang sekali Darel. Kini, Velin tersenyum tipis sambil menyeringai diam-diam.
Rupanya aku belum jatuh cinta dengan Darel.
Ah! Lebih tepatnya....
Gak akan jatuh cinta dengan Darel.
"Velin?" Darel melepas pegangannya pada pinggang Velin dan setengah membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya. "Hm?" Velin tergagap, matanya mengerjap beberapa kali. "Mau berjanji satu hal?" Velin memiringkan kepala tanda bertanya.
"Berjanjilah, hatimu, dirimu, keseluruhan darimu, hanyalah milikku."
**
Sebenarnya, akhir-akhir ini Velin ragu dan bimbang. Bukan. Bukan soal Darel. Tapi prestasinya yang mulai tidak fokus dan banyaknya kegiatan ekstrakulikuler yang mesti Velin berhanti ikuti karena Darel.
Sekali lagi ini bukan soal Darel.
Jauh di lubuk hati Velin, Velin ingin pergi. Menjelajahi dunia. Merasakan kebebasan yang besar dan tersenyum mengembang dengan camera canon di genggaman tangannya. Hanya sendiri. Sambil menelentangkan kedua tangan dan berteriak senyaring-nyaringnya. Kemudian berjalan di sepanjang jalan Champs-Élysées, Paris.
Haa... impiannya yang malang.
Sekarang ia ragu, apa itu bisa tercapai Sangat, sangat ragu. Ditambah Darel yang mengajak nikah sehabis kelulusan SMA nanti. Ah, tidak akan. Tidak mungkin. Membayangkannya saja mampu membuat seorang Velin bergidik karena takut dan kesal. Velin mengangguk pasti ketika ia mengamati pemandangan diluar jendelanya sore ini. Bermandikan rintikan hujan menuju senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...