[15] Ketika Hujan

18.6K 1K 162
                                    

"Aku bertanya pada hujan, mengapa ia rela jatuh berkali-kali pada bumi? Tak kah merasa sakit? Dan hujan menjawab, jatuh pada bumi, adalah caranya untuk mencintai tanpa balasan."


DAREL
---------------------

"Darel, kita putus."

Kalimat itu, terluncur begitu saja dari kedua bibir Velin yang mulai bergetar. Kedua bola matanya terasa memanas. Sedikit saja ia terbawa suasana, ia yakin air matanya akan mengalir dengan cepat.

Tapi... aku kuat!

Aku kokoh!

Aku yakin keputusan ini tepat!

Tidak ada yang salah 'kan?

Ini benar 'kan?

"Putus?" Tanya Darel tak percaya dengan sebelah alis yang terangkat.

Tiba-tiba ia tertawa.

Tawa yang begitu keras hingga para pelayan di cafe itu dibuatnya terheran-heran. "Apa kata kamu sayang? Putus? Kalimat macam apa itu? Ha ha ha!" Darel tertawa terbahak-bahak sembari menghempaskan gelas dan sendok makannya dengan keras tanpa Velin duga. Lalu tiba-tiba, Darel membanting sebuah gelas kaca itu hingga pecah dan berserakan di atas keramik kafe. Para pelayan itu justru malah menjerit ketakutan dan bersembunyi.

"Ha ha ha! Kocak kamu sayang! Please deh, ini candaan paling lucu tahun ini!" Darel terus tertawa keras. Velin mulai ketakutan. Tawanya terdengar kosong dan menyimpan amarah besar. "Kamu gak usah bercanda dong, hm? Lihat tuh, saking lucunya kamu... aku sampe ngamburin makan siang kita, ha ha!" Velin bergidik mendapati Darel yang nampak seperti psikopat. Ia teguk salivanya susah payah.

Tahan Velin... kamu gak boleh takut sama Darel!

Kamu gak boleh nangis!

Kamu berhak untuk minta putus!

Kamu juga manusia!

Apa salah kamu memilih untuk menyerah dari hubungan gila ini?

Big no!!

Velin menarik napas kuat-kuat dan menyingkirkan semua ketakutannya. Kedua tangannya mengepal menguatkan. Velin menatap Darel yang kini tawanya berganti senyum miring, sadis. Ntah apa makna senyum itu. Velin... belum pernah melihatnya. "Aku gak bercanda," lirih Velin tajam. Darel terkekeh.

"Aku lelah, Darel. Hubungan ini... aku gak sanggup. Harusnya kamu tau aku gak bakal kuat ngadepin kamu. Ngadepin semua sifat gila kamu! Ngadepin sifat-"

"Monster aku?" Darel memotong.

Detik itu juga debar jantung Velin melaju hebat. Kedua bola mata Velin pun membulat, antara ngeri' dan terkejut. Namun, Velin membulatkan tekad. Sorot matanya yang sempat memudar, kini, kembali menajam. "Katakanlah begitu. Kamu tau sendiri? Kenapa bertanya lagi? Kamu pikir hubungan ini dapat dipaksakan? Tidak Darel!" Velin mengatur napasnya yang menggebu-gebu. Sesak. Benar-benar sesak.

Darel tiba-tiba berdiri dari duduknya. Seketika langkah kaki Velin termundur. "Berhenti! Jangan mendekat!" Teriak Velin spontan. Darel tiba-tiba tertawa lagi. Apa ada yang lucu, hah? Velin tahu kini atmosfer di sekitarnya sangat panas dan menyerap seluruh kepercayaan diri Velin.

Aku takut....

Takut bahwa aku tak bisa melepaskan Darel.

Takut semua pertahananku runtuh begitu saja....

Ini jalan yang terbaik.

Iya 'kan?

Bola mata Velin memerah panas. Darel tersenyum frustasi. Jujur.... Darel seperti orang stres sekarang. Velin hampir ingin berlari memeluknya lalu menenangkannya seperti biasa, tapi Velin sadar... Velin sudah berada di batas. Velin tak bisa lagi melampaui. Kalau pun memaksa, hanya ada sakit dan luka yang didapat.

Velin tersenyum menahan air mata. "Darel... maaf, aku gak bisa ngertiin kamu. Aku memang gadis jahat... ha ha, iya 'kan? Tapi, makasih... kamu yang pertama...." Velin memandang Darel sejenak. Ada sorot cinta dan rasa takut kehilangan yang begitu besar dari kedua bola mata kelam itu.

"Kamu yang pertama... berhasil membuatku jatuh- cinta," sambung Velin parau dan, Velin tahu kini air mata itu tak bisa lagi dibendung. Velin segera berlari menerobos pintu keluar kafe. Rintik hujan nan sendu menemani setiap langkah kakinya yang terluka. Air mata Velin menetes satu-persatu. Velin berlari menerobos hujan... seiring tawa keras Darel yang kembali menggema dari dalam kafe.

Ntah benar atau tidak....

Tapi aku, melihat ditengah tawa Darel,

Ia, meneteskan air mata.

Sama sepertiku....

Yang kini, menangis di bawah hujan.

              
                         





TBC

Yeyyy, gak kerasa udah berapa chap, ya! Makasih buat kalian yang udah dan always ngedukung romance Darel dan Velin ini :))
❤❤❤

So, rencananya author mau ganti sampul MPBI. Menurut kalian, bagus yang mana diantara bawah ini?

Comment, ya!

Comment, ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai jumpa di part berikutnya!!🙆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai jumpa di part berikutnya!!🙆

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang