"Aku tidak terluka. Aku sangat baik-baik saja. Percayalah... maka kau, tertipu."
-Velin-
My Possesive Boy Idol!
-----------------------"Cari tahu sebab kematian Viona. Dialah kunci untuk menghancurkan mister Benjamin," ucapku tajam pada Vredo.
Vredo menghela napas berat tapi juga mengangguk. "Kau merasa ada yang janggal dari kematiannya? Padahal jelas-jelas dia dibunuh karena tidak lagi berfungsi." "Ck, tentu saja. Sangat aneh. Hanya dia seorang yang mati dengan cara diledakkan. Dan lagi," aku melirik sekilas langit luar kampus yang mendung di tengah sore ini, "dia mantan kekasih mister Benjamin. Hanya kita yang tahu itu."
"Kau benar-benar nekat Darel. Jangan mengatakan rahasia besar itu disini bodoh!" Vredo menggeram. Aku tertawa sinis, "aku tidak peduli. Aku tidak lagi takut dengannya." Sebelum Vredo mengoceh panjang lebar, aku segera beranjak dari dudukku. Ya, kami berdua tengah berada di dalam salah satu kelas kampus.
"Sudahlah. Aku tidak sebodoh itu untuk mengetahui ada cctv disini. Aku sudah menghancurkannya. Sekarang, aku ingin menemui gadisku," aku menyeringai pada Vredo yang menatapku berdecih. "Ya, ya. Kau tidak bodoh. Tapi menyebalkan. Pergi sana, sebelum kulaporkan perbuatanmu tadi malam," sarkas Vredo sialan itu. Ia tahu aku membunuh Margaretha.
Aku hanya menatap datar Vredo dan segera pergi untuk mencari Velin. Jangan salah. Walau tiga hari lebih tidak berteguran, bukan berarti Velin bebas dari pengawasanku. Aku selalu mengikutinya. Kemanapun. Kecuali malam tadi, saat aku berbincang dengan Edd mengenai kebencian Velin padaku. Kuharap, ia memang sudah tertidur setelah aku melihatnya menuju toilet.
Aku tahu Velin kini pasti berada di perpustakaan. Dia tak pernah berubah. Gadis jeniusku. Aku, sangat bangga memilikinya. Tapi, untuk pertama kalinya aku benci begitu melihat Velin berada di perpustakaan. Sial. Ia bersama lelaki lain. Siapa lelaki yang kini begitu akrab mengobrol dengannya? Ingin rasanya kugunting bibir lelaki itu hingga hancur terkoyak dan dibaluti darah merah segar. Atau menusuk kedua bola matanya hingga hancur tak berbentuk. Berani-beraninya, ia menatap gadisku dengan tatapan mendamba.
Velin.
Gadis itu tertawa.
Ia tertawa pada laki-laki selain diriku.
Bajingan.
Rahangku mengeras dan kedua tanganku terkepal seketika. Rasanya dadaku begitu panas ingin meledak sekarang. Kalau saja aku membawa pisauku, aku tak akan ragu untuk menusukkan pisau pada perut lelaki sialan itu dengan alasan tidak sengaja. Tanpa aba-aba, kini aku sudah berada di antara mereka. Menatap tajam keduanya dengan tatapan membunuhku. Velin terdiam. Menoleh dan mendapatiku dengan ekspresi terkejut. Sedang lelaki itu memasang mimik wajah heran.
"Sayang, apa yang kau lakukan disini, hm?" Aku tersenyum manis pada Velin. Tapi gadisku cukup pintar untuk mengartikan itu sebagai senyuman yang mengerikan. "Aku... aku sedang mengobrol dengan teman," balasnya gugup dan berusaha tenang. Ini yang aku benci dari Velin. Dia sangat susah untuk dibuat takut padaku.
Aku tertawa hambar, "teman?"
Velin hendak berbicara tetapi lelaki disampingnya itu memotong, "aku Daniel. Teman satu kelompok Velin materi rancangan robot." Apa? Satu kelompok? Seketika aku benar-benar tak tahan lagi. Bisa-bisanya Velin satu kelompok dengan laki-laki! "Robot? Aw, lucu sekali, ha ha. Benar begitu sayang?" Velin hanya mengangguk datar dan malah menggandeng lelaki itu di hadapanku.
Brengsek.
"Kau!" Aku mencekal tangan Velin dan membawanya pergi dari perpustakaan itu. Kugenggam tangannya seolah ingin kuremukkan saat itu juga. Persetan dengan tatapan orang-orang yang melihat kami. Aku menarik tangan Velin kasar dan menghentikannya di atas gedung kampus. Ya, aku membawa Velin ke atas atap. "Sialan," desisku sambil menghempaskan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL
RomanceRomance - Thriller - Action [TELAH DITERBITKAN] Highrank : #1 psychopath #1 arrogant #1 Darel #1 posesif #1 gore #1 stalker #2 psycho #2 possesive #20 killer #31 teenfiction #52 dark Velin sama sekali tidak mengenal Darel. Darel adalah...