[43] Malam Tak Terlupakan

13K 821 103
                                    

"Terimakasih. Cukup kita saling bersama untuk saat ini, aku sudah sangat bahagia. Sesederhana itu."

-Darel-

Prananta's Series
----------------------

Ketika Velin memejamkan mata dalam sensasi indah luar biasa, dan merasa pelukan Darel semakin mengerat, saat itu juga, Darel menjauhkan wajahnya sehinga ujung hidung keduanya yang saling bersentuhan terpisah. Velin membuka mata. Menatap Darel yang tengah tersenyum dalam. Percayalah. Senyum Darel terasa sakit dan menyedihkan.

Loving can heal, loving can mend your Soul

And it's the only thing that I know, know

I swear it will get easier,

Remember that with every piece of you,

Hm, and it's the only thing we take with us when we die

Velin ikut tersenyum. Dan, kembali berdansa. Bersama Darel. Lelaki dalam kegelapan. "Aku suka kamu dapat belajar dansa dengan cepat," bisik Darel lembut di telinga kanan Velin. Velin tertawa kecil. Oh, ia sangat menyukai semua ini. Velin, tak akan pernah, melupakan malam ini. "Tentu saja aku dapat belajar cepat. Lihat, siapa gurunya?" Velin tertawa kecil lagi.

Darel ikut tertawa. Oh Tuhan, tawa Darel begitu indah. Rambut hitam legam Darel sesekali bergerak. Terbawa angin malam. Dibawah cahaya rembulan, di atas rerumputan hijau, keduanya berdansa. Tanpa alas kaki. Sehingga telapak kaki mereka langsung menyentuh rerumputan hijau yang terasa lembut dan menggelikan. Lucu bukan? Tapi Velin menyukainya. Sangat menyukainya.

Hm, we keep this love in this
Photograph

We made these memories for ourselves

Where our eyes are never

Closing Hearts were never broken And

Time's forever frozen still

"Velin, izinkan aku bertanya satu hal." Suara serak Darel terdengar. Sementara alunan melodi tetap menari dibawah langit. Sebelah alis Velin terangkat. Heran. Tidak biasanya Darel meminta izin terlebih dahulu. "Silahkan, cumi," Balas Velin akhirnya dengan tersenyum tipis. Tarian dansa mereka terhenti seketika. Tanpa sangka Darel mengangkat tubuh Velin tiba-tiba. Hingga Velin berada di atasnya. Persis saat Ergan menggendong Velin di hari kelulusan. Walau akhirnya Velin pun tahu, bahwa Ergan adalah Darel.

"Darel!" Pekik Velin sambil tertawa. Oh ayolah, ini geli tapi menyenangkan. "Velin, aku, akan membuatmu mengingat Darel. Hanya Darel seorang. Bukan Ergan atau siapapun." Darel menekankan setiap kata.  Velin bingung.  Apa maksudnya? Tapi Velin pun tahu, ketika Darel mulai berputar-putar. Membuat Velin berteriak bebas tanpa beban sedikitpun.

"DAREL COWOK POSSESIVE TAPI ONYET SAYANG!"

Velin berteriak sambil tertawa terbahak-bahak.  Alay. Memang. Tapi Velin tidak peduli. Malam ini juga. Velin tidak akan mempedulikan seluruh gengsinya. Ataupun prestasinya bahkan kehidupannya yang rumit sekalipun. Cukup Darel. Tanpa Velin sadari, Darel telah menjadi dunianya. Rumahnya. Rumah bagi seorang gadis yang ditinggal mati oleh keluarga kecilnya.

"CUMI JUGA SAYANG ONYET YANG NYEBELIN!"

Balas Darel keras dengan semakin melajukan putarannya. Kepala Velin terasa berdenyut-denyut bahagia. Darel benar-benar membuat Velin tak akan mampu melupakan malam ini. Hingga akhirnya, putaran Darel berhenti. Ia menurunkan Velin pelan, tapi masih memeluk pinggang Velin dengan teramat lembut.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang