[32] Rindu

12.7K 838 79
                                    

"Kau, hanyalah si penebar luka."

-Velin-

My Possesive Boy Idol!
--------------------------

Bagaikan sebuah siluet hitam tanpa wajah, menatap Velin dari dalam kegelapan, "Hey! A- bisa kau masuk?" Cicitnya tampak tersiksa. Suara wanita itu lebih mirip seperti bisikan. Terengah-engah, seolah napasnya akan terhenti sebentar lagi.


Untuk sesaat Velin terdiam. Terpaku di depan pintu yang sudah setengah terbuka. Masih tak percaya dengan apa yang kedua bola matanya saksikan saat ini. Korek apinya, telah benar-benar padam. Dan yang ia tahu, wanita itu berada tepat di dalam sana. Di sudut dinding. Siluet hitamnya terlihat samar oleh pencahayaan minim dari koridor.

Hembusan angin malam mulai menari-nari. Menerbangkan anak-anak rambut Velin satu-persatu. Ventilasi yang berjejer di sepanjang dinding menyuarakan irama pengantar tidur. Velin, menutup mata sejenak. Sungguh, tak bisa dipungkiri ia takut melihat wanita tanpa kaki itu. Walau tak sampai lima detik tapi, Velin melihatnya jelas.

Percayalah.

Jika kau yang menjadi Velin, kau akan berlari ketakutan.

Cukup lama Velin berdiam diri, mungkin, hingga akhirnya kakinya kembali melangkah ke arah pintu itu setelah sempat termundur beberapa menit lalu karena kaget dan, terperangah. "Korek apiku habis. Aku tak bisa melihatmu." Bohong. Velin bisa melihatnya. Tapi hanya bayangan. Dan juga, Velin merasa ingin segera pergi dari tempat ini. "Aku tahu kau melihatku," balas wanita itu cepat.

Gila. Apa dia bisa melihatku?

"Matamu. Aku bisa melihatnya jelas." Ada jeda sejenak, "kumohon, aku akan memberitahumu sesuatu yang tak akan kau sesali," sambungnya kali ini benar-benar, terdengar jelas. Ada nada tegas sekaligus wibawa dalam bicaranya. Baiklah, Velin mulai mendorong pintu sekuat tenaga walau masih ada ragu dalam hatinya.

Apa wanita itu bukan orang jahat?

Atau mungkin tawanan?

Ah, Velin menggelengkan kepala secepat mungkin. Berpikir cepat. Berpikir cepat, Velin! Tak sia-sia. Velin tak terlalu lemah rupanya. Buktinya saja, pintu itu kini dapat dimasuki setengah tubuhnya. "Kau bisa keluar sekarang," ucap Velin pelan setelah berdehem. "Aku bisa membantumu. Kuyakin pintu ini cukup untuk tubuhmu," sambung Velin lagi berusaha mencari jelas keberadaan wanita itu yang samar di dalam sana. Wanita itu perlahan mendekat. Dengan mengesot. Rambut panjangnya yang terurai, jatuh terjuntai begitu saja. Velin bergidik ngeri'. Sedikit.

Hingga wajahnya pun dapat terlihat jelas di celah pintu yang terbuka selebar setengah badan itu. Dan, dia cantik. Sangat cantik. Dengan kedua bola mata hijau sedalam danau. Dilengkapi bibir tipis walau ada sayatan panjang dari dahi hingga ujung dagunya. Dia tersenyum pada Velin yang tengah terperangah memperhatikannya. Bagaimana mungkin ada wanita secantik ini disekap?

"Hey, aku Viona," ucapnya pelan. Lebih tepatnya, sapaan.

"Kau mau percaya padaku?"

Apa maksudnya?

"Aku seorang agen. Dan aku, tertangkap," sambungnya dengan kedua bola mata yang benar-benar membuat Velin merasa, ada kejanggalan. "Siapa yang menyekapmu?" Tanya Velin tak mengerti. Viona menggeleng pelan dan tersenyum. Lagi. "Seseorang yang tak mungkin bisa kau lawan."

"Kau bisa bebas sekarang. Aku akan menolongmu, Viona," sergah Velin cepat.

"Percuma. Tak ada lagi yang dapat kuharapkan dari hidupku."

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang