[57] Kau Bukan Lagi Milikku

11.9K 777 182
                                    

"Aku percaya Velin, jika kau memang rumahku dan aku rumahmu, maka suatu hari nanti, kita pasti akan saling menemukan dengan sendirinya."

-Darel-

"Darel... jika aku memang rumahmu, setinggi dan sejauh apapun aku terbang, aku pasti akan kembali padamu."

-Velin-


Prananta's Series
-----------------------

Katanya,

cinta itu mengikhlaskan.

Bagai hujan yang rela jatuh berkali-kali. Lalu kembali, jatuh. Dan begitu seterusnya.

Katanya, cinta itu rela berkorban. Asal dia bahagia, maka kau rela. Ha ha, bullshit. Kau pikir aku begitu? Tidak. Big no. Dalam kamusku, cinta itu harus memiliki. Tidak peduli dia tidak bahagia atau tidak mencintaiku, itu, nanti saja. Aku dapat membuatnya jatuh cinta dengan seribu satu caraku.

"Oh man! Are you crazy!?" Aku mendecih. Vredo sangat ribut sedari tadi. "Fucking silent!" Jawabku sambil tetap setia menjadi pilot. Ya, aku menerbangkan jet pribadiku sendiri dengan kecepatan yang ntah dapat membuat Vredo mengejang ketakutan. "Kalau kau mau mati, jangan ajak-ajak aku! Shit!" Vredo memegangi perutnya. Mungkin mual. Aku hanya tersenyum miring.

"Jepang hm? Apa yang gadisku pikirkan sebenarnya?" Bisikku lirih pada diriku sendiri. Rahangku mengeras dan ntah mengapa sesuatu ingin kembali mengalir dari pelupuk mataku. Jelas aku tahu dia melarikan diri ke Jepang. Dimana aku menemukan file pendaftarannya melewati sebuah gmail yang tanpa ia ketahui gmail miliknya tersebut juga telah tersambung di handphone milikku.

Pun dengan komunikasi dan kekuasaan yang luas mencari Velin begitu mudah dalam hitungan menit. Tapi sekali lagi, rasanya dadaku begitu sesak dan air mataku seolah ingin memaksa keluar dari tempatnya. Sialan.

Ha ha.

Sesakit itukah ia bersamaku?

**

16 July in Tokyo, Japan.

Deru angin malam melilit tubuhku erat. Dinginnya angin Tokyo tak kuhiraukan. Tatapanku tertuju lurus pada apartemen di seberang sana. Oh sayang, aku menemukanmu. Aku tersenyum kecil. Lalu berbalik badan hendak kembali memasuki mobil mercedes hitamku. Vredo merasa heran dan mencengkal lenganku.

"Hey, what's up bro? Bukankah biasanya kau akan menyeretnya, hm?" Aku tersenyum miring. Dan sekali lagi, menatap siluet hitam di balik salah satu jendela lantai tiga tersebut. Bayangan Velin yang tengah membaca buku. Aku hafal gerak-geriknya. "Vredo... aku ingin bertanya satu hal." Nadaku berubah menjadi serius. Sangat. Vredo menarik kembali lengannya lalu menggesek-gesekkan telapak kedua tangannya. Kedinginan, mungkin.

"Apa?"

"Bagaimana rasanya menjadi Velin?"

Vredo terdiam. Deru angin malam semakin melaju. Nampak sinar bulan purnama yang kian redup dibalik awan malam. Sepertinya, sebentar lagi akan hujan. Vredo terkekeh. "Kalau aku menjadi dia, aku pasti akan meninggalkanmu dari dulu," jawab Vredo dengan nada bercanda. Tapi aku tahu sirat mata serius di dalamnya. Hatiku berdesir pedih.

"Tapi, aku tidak bisa melepaskannya...." liriku tercekat. Oh sial, mataku terasa panas tiba-tiba.  Vredo tersenyum tulus dan menepuk-nepuk punggungku. "Kau tahu Darel? Aku tidak pernah jatuh cinta hingga sekarang. Oleh karena itu... aku iri padamu. Dapat merasakan jatuh cinta sedalam ini." Ah, benar. Vredo Logants, aku mengenalnya dari dulu. Tak pernah sekalipun aku melihatnya jatuh cinta.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang