[36] Lembar Baru

12.8K 834 77
                                    

"I just want run away for you.
Now. Or die."

-Velin-

My Possesive Boy Idol!
-------------------------

Bagai orang kesetanan, kulajukan mobilku menuju arah sekolah. Keringatku perlahan bercucuran. Air mata mulai menggenang di pelupuk mataku. "Sial!! Arghtt!!" Kupukul kemudiku keras. Astaga ... tidak!

VELIN TIDAK BOLEH MENINGGALKANKU!

"Bangsat! Kurang ajar! Shit!!" Aku tidak peduli dengan klakson para mobil itu. Persetan jika aku mati kecelakaan. Setelah sekian menit, akhirnya aku pun tiba di SMA Binusvi. Kuparkir mobilku sembarang di depan sekolah. Aku berlari ke dalam sekolah menuju ruang kepala sekolah bagai orang kesetanan.

Buggg!

Kubanting pintu kaca itu hingga retak. "VELIN PINDAH KEMANA!?" Aku tidak peduli lagi dengan status kepala sekolah di hadapanku. Jika aku dikeluarkan pun terserah. Ingat, aku sudah berkuliah. Dan gadisku itu sudah tahu semuanya. Shit! "JAWAB PAK! VELIN GLEDYA RANUAR KELAS SEBELAS IPA SATU PINDAH KEMANA!?"

Kucengkram kerah kepsek itu hingga ia sulit bernapas. Matanya berkabut meminta tolong. Tiba-tiba orang banyak berdatangan. Berusaha menenangkan aku yang kalap. "Nak Darel! Jangan emosi, le!" Teriak pak Sukijat satpam Binusvi. Dengan tergesa aku menghampirinya yang ketakutan dan memukul perutnya. "BAGAIMANA SAYA GAK EMOSI!? TUNANGAN SAYA PERGI GITU AJA!"

Napasku memburu.

Sial.

Kukeluarkan pisau kecil yang berada dalam sakuku. Seketika orang-orang yang menyaksikan berteriak panik. "KATAKAN DIMANA VELIN ATAU SAYA BAKAL MEMBUNUH SESEORANG SEKARANG!"

"Kami gak tau, Darel! Velin hanya mengantarkan surat pindah sekolah tadi subuh di atas meja Bapak. Dia ... dia sama sekali tidak memberi keterangan apapun," jawab kepsek itu melemah takut karena tatapan tajamku. "BRENGSEK!" Aku mulai membabi buta. Menghancurkan apa saja yang berada dalam ruangan itu. Sesak. Dadaku penuh dengan kesesakan yang menyayat.

"Velin! Velin kembali sayang! Kembali!"

Teriakku frustasi.

Aku melemah.

Jiwaku hilang. Rumahku hilang.

"Darel kamu mau kemana!?" Teriak pak Devan yang khawatir akan keadaanku. Ah, lebih tepatnya penampilanku yang stres seperti orang gila. Aku diam tidak menjawab. Memasuki mobilku dan melajukannya menuju mana saja. Asalkan gadisku ketemu. "ARGHTT! ANJING!" Mataku memerah kabut. Tidak.

"Jangan tinggalin aku! Jangan tinggalin aku! Sialan!!"

Air mataku kembali menetes. Kedua tanganku yang mengemudi bergetar. "Velin ... jangan tinggalin aku. Kamu ... kamu udah janji. Kamu penipu." Memori saat Velin menciumku di English terus terulang. Juga kata-katanya semalam. Tatapan matanya ataupun senyumnya. Semua itu bagai kaset rusak yang tak henti berputar di otakku.

Velin bilang dia akan tetap bersamaku.

Dia tidak akan meninggalkanku....

Tapi apa sekarang?

"SIAL!"

DAREL POV END

**

Velin mengetaui dan percaya semuanya dari Farhanz dan Deva. Mereka berdua menemukan bukti file di labaratorium rahasia sekolah. Binusvi. Sekolah itu adalah salah satu generasi penerus dari Axcervine. Yang dibangun oleh sosok Benjamin Evelent Stuard.

DAREL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang