Jilid 31

1.6K 31 0
                                    

Mendengar cerita itu, Sui Cin tersenyum dan memuji, "Sungguh engkau dapat bergerak cepat hingga berhasil merobohkan penjahat keji itu, saudara Sim. Kamipun sedang mencari-carinya dan agaknya akan sukarlah mengetahui siapa pelaku kejahatan itu kalau dia dapat meloloskan diri."

"Nona terlalu memuji." Sim Thian Bu tersenyum dan menjura. "Setelah aku menceritakan semua tentang diriku, bolehkah aku mengenal nama ji-wi yang mulia?"

Sui Cin melihat betapa Cia Sun diam saja hanya memandang tajam kepada pemuda tampan itu, maka ia merasa tidak enak kalau tidak menjawab. "Namaku Ceng Sui Cin dan ini adalah kakak misanku bernama Cia Sun."

Mendengar nama kedua orang muda itu, Sim Thian Bu nampak tercengang, akan tetapi hanya sebentar saja dan ha-nya Cia Sun yang melihatnya karena memang sejak tadi dia memperhatikan o-rang itu.

"Di dalam dunia persilatan terdapat dua orang locianpwe yang memiliki she Ceng dan Cia yang paling terkenal, yaitu Ceng-locianpwe yang berjuluk Pendekar Sadis dan Cia-locianpwe sebagai ketua Pek-liong-pang di Lembah Naga..."

"Mereka adalah ayah-ayah kami." Baru sekarang Cia Sun berkata, memotong ucapan pemuda she Sini itu.

"Ah, kiranya ji-wi adalah putera dan puteri dua orang locianpwe yang amat terkenal. Maafkan kalau aku bersikap kurang hormat. Maaf, aku tidak berani mengganggu lebih lama lagi. Sampai jumpa di tempat pertemuan!" Sim Thian Bu menjura dengan sikap hormat, kemudian dia menggerakkan kedua kakinya dan tubuhnya berkelebat cepat sekali, lenyap dari tempat itu, menyelinap di antara pohon-pohon. Gerakannya memang cepat sekali dan agaknya dia memang sengaja memamerkan ilmu gin-kangnya sehingga mau tidak mau, dua orang pendekar muda itupun merasa kagum.

"Dia lihai, sayang kita tidak dapat berkenalan lebih baik dan tahu siapa dia sebetulnya," kata Sui Cin.

Akan tetapi Cia Sun tidak memberi komentar dan pemuda ini segera menghampiri mayat penjahat tinggi besar tadi, memandang sejenak lalu mulai menggali tanah.

"Apa yang kaulakukan, Sun-ko?"

"Mengubur jenazah ini," jawabnya singkat.

"Wah, kita mengubur lagi?"

"Mayat-mayat yang tadipun kita kubur." "Mereka adalah pendekar- pendekar, sedangkan yang ini adalah penjahat. Kalau kita harus mengubur setiap mayat termasuk mayat penjahat, kita bisa menjadi tukang pengubur jenazah!"

"Cin-moi, apa bedanya? Baik buruk, pandai bodoh, kaya miskin, mulia hina, kalau sudah menjadi jenazah begini apa, bedanya?" Cia Sun bekerja terus. Sui Cin mengangkat pundak lalu membantu pekerjaan itu tanpa banyak cakap lagi. Mereka bekerja keras dan sebentar saja mereka sudah mengubur jenazah itu.

Sambil membersihkan kedua tangannya, Sui Cin mengomel kepada gundukan tanah kuburan itu, "Hemm, jai-hwa-cat, entah kebaikan apa yang pernah kaulakukan sewaktu hidupmu sehingga ketika mati engkau mendapat kehormatan dikubur oleh kami?"

"Cin-moi, aku masih belum percaya bahwa orang inilah yang membunuh dan memperkosa gadis yang kita kubur itu. Juga belum tentu dia yang membunuh tiga orang itu."

"Hemm, kenapa kau berkata demikian, Sun-ko? Bukankah sudah jelas..."

"Sama sekali belum jelas! Cin-moi, ingatlah engkau bagaimana matinya empat orang pendekar muda itu? Mereka semua mati karena pukulan atau totokan jari tangan yang amat dahsyat. Akan tetapi, orang yang kita kubur ini, dia berkelahi mempergunakan golok. Kenapa dia tidak mempergunakan jarinya yang lihai, seperti ketika dia membunuh empat orang itu?"

Sui Cin mengerutkan alisnya, terkejut karena baru sekarang ia teringat akan hal itu dan segera otaknya yang cerdik itu bekerja. 

"Memang aneh..." katanya, "Akan tetapi, kita harus mengakui bahwa permainan goloknya hebat sehingga bukan tidak mungkin kalau dia menguasai pula ilmu totok yang jahat itu. Mungkin saja, karena pemuda she Sim itu memang lihai den lebih pandai dari padanya, maka dia tidak lagi mengandalkan ilmu totok-nya dan menggunakan golok."

Pemuda itu menggeleng kepala, "Meragukan sekali. Biarpun permainan golok-nya tadi memang cukup lihai, akan tetapi kurasa tingkatnya belum mencapai tingkat Si Jari Hitam. Penjahat itu, kalau benar penjahat, adalah penjahat yang kasar dan belum tinggi tingkatnya."

"Akan tetapi, Sun-ko, bukankah dia sendiri sudah mengaku bahwa dia yang melakukan perkosaan dan pembunuhan? Kita mendengar sendiri pengakuannya tadi sebelum dia membunuh diri."

"Itulah yang amat membingungkan hatiku, Cin-moi. Akan tetapi, biarpun dia mengaku memperkosa den membunuh, dia tidak pernah mengatakan siapa yang diperkosanya dan dibunuhnya itu. Apakah gadis yang kita temui dan tiga orang pendekar muda itu? Ataukah orang lain yang dia maksudkan? Sayang orang she Sim itu tergesa mendesaknya membunuh diri sehingga aku tidak sempat mencegah untuk menanyainya secara teliti."

Asmara BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang