Jilid 79

1.3K 25 0
                                    

"Heh-heh, bagus engkau datang menyerahkan nyawamu!" nenek itu terkekeh lalu menyerang Ciu Lian Hong dengan tongkatnya. Nyonya ini mengelak dan berloncatan ke sana-sini, akan tetapi ujung tongkat itu terus mengejarnya."

"Tranggg...!" Sinar pedang berkelebat dan ternyata Han Tiong telah menangkis tongkat yang mengancam keselamatan isterinya itu.

"Hong-moi, mundurlah! Biar kuhadapi sendiri..."

"Tidak! Aku harus membantumu!" teriak Lian Hong.

Han Tiong khawatir akan keselamatan isterinya, maklum bahwa tidak mungkin Lian Hong dicegah. Dia menyerahkan pedang di tangannya kepada isterinya lalu berbisik cepat, "Pergunakan pedang ini dan mainkan Thai-kek Sin-kun hanya untuk membela diri saja!"

Dua orang musuh mereka itu tertawa, lalu menyerang lagi, si kakek menyerang Han Tiong yang bertangan kosong sedangkan nenek itu memutar tongkatnya lalu menyerang Lian Hong.

Nyonya ini maklum akan kelihaian lawan. Maka iapun cepat menggerakkan pedangnya dan bersilat dengan Ilmu Thai-kek Sin-kun, sesuai dengan pesan suaminya. Ilmu ini dapat dimainkan dengan pedang dan ilmu silat ini memang mengandung daya tahan yang amat hebat. Ketika Lian Hong memutar pedangnya memainkan Ilmu Silat Thai-kek Sin-kun, tongkat lawannya tidak mampu menembus benteng pertahanan yang kokoh kuat itu.

Betapapun jugat tenaga lawan lebih besar dan ilmu kepandaian nenek itu memang jauh lebih tinggi tingkatnya, maka biarpun Ilmu Silat Thai-kek Sin-kun amat kokoh kuat, tetap saja Lian Hong terdesak dan tangannya yang memegang pedang terasa panas dan nyeri setiap kali pedangnya bertemu tongkat. 

Sejak tadi Lian Hong hanya membela diri saja, sesuai dengan petunjuk suaminya, tidak pernah membalas karena ia mencurahkan seluruh perhatian dan tenaganya untuk bertahan. Akan tetapi, lama kelamaan nyonya ini merasa penasaran. Ia didesak dan dihimpit dan biarpun ilmu silat itu ternyata mampu melindunginya sehingga selama hampir lima puluh jurus ia belum pernah terpukul, akan tetapi kalau hanya bertahan terus, akhirnya pasti ia akan kalah juga. Rasa penasaran membuat Lian Hong kini menyelingi pertahanannya dengan serangan balasan. Dan inilah kesalahannya!

Tadi Han Tiong melihat betapa tingkat kepandaian isterinya masih kalah jauh dibandingkan lawan, maka dia sengaja memberikan pedangnya dengan pesan agar isterinya memainkan Thai-kek Sin-kun untuk melindungi dirinya. Dengan demikian, walaupun isterinya takkan menang, setidaknya isterinya akan dapat melindungi diri sendiri sampai dia berhasil mengalahkan Hek-hiat Lo-mo kemudian membantu Lian Hong. 

Akan tetapi tak disangkanya sama sekali bahwa kakek itu benar-benar amat lihai. Kini, tanpa memegang pedang, sebetulnya Han Tiong dapat mengeluarkan ilmu-ilmunya yang sakti. Sayang, hatinya yang bersih sama sekali tak menghendaki membunuh lawan. Dia merasa bahwa pihaknya yang berhutang. Maka dia hanya membela diri dan balasan serangannya mempergunakan batas-batas agar jangan sampai dia membunuh lawan. Hal ini mengurangi daya serangannya dan sedemikian jauhnya dia masih belum mampu mengalahkan lawan. Dan tiba-tiba saja Lian Hong yang sudah penasaran itu mulai membalas dengan serangan hebat kepada Hek-hiat Lo-bo!

"Haiiittt...!" Lian Hong menusukkan pedangnya dengan cepat dan kuat ke arah perut nenek itu.

"Iiihhh...!" Nenek itu meloncat dan terhuyung ke belakang. 

Nenek yang sudah berpengalaman ini memang licik sekali. Tadi ia sudah hampir putus asa menghadapi daya tahan yang kokoh kuat dari ilmu silat lawannya. Ia merasa penasaran dan kehabisan akal. Ia tahu bahwa ia menang segala-galanya dari lawan, akan tetapi semua ilmu sudah ia keluarkan namun belum juga ia mampu membobolkan sinar pedang yang membentuk benteng pertahanan lawan itu. 

Ketika ia melihat lawan tiba- tiba mulai menyerang, ia menjadi girang sekali. Begitu lawan menyerang, ia melihat lubang terbuka dalam benteng pertahanan itu! Akan tetapi ia tidak tergesa-gesa, bahkan memancing lawan agar menyerang terus sehingga akan terbuka lubang dan kesempatan yang lebih besar. Maka ia pura-pura terkejut, berseru sambil terhuyung ke belakang se-olah-olah ia terdesak hebat oleh serangan lawan tadi. Dan Lian Hong terkena jebakan ini!

Melihat betapa nenek itu terhuyung oleh serangannya, Lian Hong menjadi girang sekali, mengira bahwa serangannya ini berhasil. Ia lalu mendesak dan mengirimkan serangan susulan dengan pedangnya, menubruk ke depan dan menyabetkan pedangnya ke arah leher nenek itu dari samping.

"Hong-moi, mundur...!" Tiba-tiba terdengar Han Tiong berseru keras sekali dan dia hendak meloncat ke depan mencegah isterinya. 

Akan tetapi, Hek-hiat Lo-mo menghadang dengan totokan tongkatnya. Dan juga, seruannya sudah terlambat karena isterinya yang sudah merasa girang melihat kemenangannya di depan mata itu tidak mau menahan serangannya.

"Wuuuttt... srettt...!" 

Pedang itu menyambar leher Hek-hiat Lo-bo yang mengelak dan ketika ia menggerakkan kepala, ikatan rambutnya yang penuh uban itu terlepas dan gumpalan rambutnya bergerak seperti hidup, tahu-tahu sudah membelit dan menangkap pedang lawan. Lian Hong mengerahkan tenaga untuk menarik pedangnya, namun sukar sekali dan selagi ia bersitegang, mendadak tongkat di tangan nenek itu meluncur di ba-wah lengan Lian Hong dan menotok dada, tepat di dekat ketiak.

"Tukkk...!" 

Nyonya itu mengeluh lirih, terkulai dan roboh tak dapat berkutik lagi.

Han Tiong mengeluarkan geraman yang menggetarkan seluruh tempat itu, menerjang kakek yang menghalang dengan tongkat. Karena marah dan khawatir melihat isterinya roboh, dia kini mengeluarkan ilmu simpanannya yang disebut Keng-lun Tai-pun, melakukan sebuah jurus aneh, tubuhnya melayang ke depan, kedua lengannya dikembangkan dan dari dua tangannya keluar hawa panas menyambar-nyambar.

Asmara BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang