Ketika tanpa disengaja sebuah di antara uang logam yang disambit-sambitkan itu tepat mengenai tulang kering seorang pengeroyok sehingga orang itu berjingkrak-jingkrak saking nyeri dan kiut-miut rasa tulang keringnya, Sui Cin menjadi gembira bukan main dan sambil masih tertawa-tawa dara inipun kini membidikkan sambit-sambitannya ke arah tulang kering kaki para pengeroyok itu.
Makin banyak yang terkena sambaran uang logam tulang kering kakinya, makin banyak pula yang berjingkrak seperti orang-orang menari dengan gaya yang lucu dan makin terbahaklah Sui Cin.
Akan tetapi kini pasukan pemerintah datang semakin banyak dan karena banyaknya pengeroyok, Sui Cin tidak dapat mengandalkan lagi uang-uang logam itu dan diserbu dari belakang, terpaksa iapun berloncatan dan melakukan perlawanan seperti Hui Song, dengan tangan kosong. Setiap kali menyamar sebagai pemuda jembel, ia selalu meninggalkan payungnya. Payung dan kuda cebolnya itu hanya dipergunakan kalau ia berpakaian sebagai wanita saja. Dan sekarang kuda dan payungnya itu dititipkannya di tempat yang aman.
Hui Song menjadi semakin kagum melihat betapa selain pandai mempergunakan uang logam sebagai senjata rahasia yang ampuh, ternyata pemuda jembel itu-pun lihai sekali ilmu silatnya sehingga dengan tangan kosong berani menyerbu banyak pengeroyok yang mempergunakan senjata tajam. Akan tetapi kekagumannya kini bercampur dengan keheranan karena dia segera mengenal gerakan-gerakan jurus ilmu silat yang dimainkan pemuda itu. Lagi-lagi seorang ahli silat keluarga Cin- ling-pai, pikirnya. Hatinya penasaran sekali dan tiba-tiba saja diapun teringat. Pantas dia merasa pernah bertemu dengan pemuda ini.
Mata itu! Senyum itu! Kebengalan itu dan akhirnya ilmu silat itu. Sama benar dengan dara remajan nyentrik yang pernah dijumpainya! Akan tetapi jembel ini adalah seorang pemuda. Tentu saudaranya! Ataukah saudara seperguruan?
"Heii, sobat muda yang baik, tidak benar melanjutkan perlawanan terhadap pasukan pemerintah. Hayo kita pergi!" kata Hui Song ketika melihat betapa pasukan pemerintah semakin banyak berdatangan dan melakukan pengeroyokan.
Sui Cin juga merasa tidak enak kalau melanjutkan amukannya melihat betapa kini tempat itu penuh dengan perajurit pemerintah. Ayahnya tentu akan marah bukan main kalau mendengar bahwa ia bermusuhan dengan pasukan pemerintah karena hal ini hanya dapat diartikan bahwa ia telah menjadi pemberontak!
Maka, mendengar ucapan Hui Song, iapun tertawa dan meloncat sambil membawa dua genggam uang logam. Hui Song juga meloncat jauh dan ketika para pengeroyok melakukan pengejaran, Sui Cin melemparlemparkan uang logam dua genggam itu sehingga para pengeroyok dan pengejar menjadi jerih. Dengan mudah mereka berdua lari meninggalkan kota Cin-an dan keluar dari pintu gerbang sebelah utara.
Hui Song mengerahkan ilmunya berlari cepat, akan tetapi dengan kagum dan heran dia mendapat kenyataan betapa jembel muda itu dapat mengimbangi kecepatannya! Perkelahian dikeroyok banyak lawan itu membuat keduanya puas benar. Kedua orang itu memang suka sekali bersilat, apalagi menghadapi pengeroyokan banyak orang di mana mereka berdua dapat melampiaskan hati sepuasnya dengan menghajar para lawannya.
Dan mengingat akan kelucuan pemuda jembel itu merobohkan lawan dengan melempar-lemparkan uang logam, keduanya berlari sambil tertawa-tawa. Setelah mereka tiba di dekat hutan jauh di luar kota, dan tidak melihat adanya pengejar, berhentilah mereka terengah-engah akan tetapi masih tertawa gembira.
Begitu melihat wajah pemuda jembel itu yang tertawa-tawa, hati Hui Song sudah tertarik sekali dan dia merasa amat suka kepada pemuda itu. Mereka berdua merasa lelah, bukan hanya karena perkelahian tadi, akan tetapi juga karena berlari cepat dan di-tambah lagi karena tertawa-tawa dan mereka berdua menjatuhkan diri di atas rumput tebal di bawah pohon.
Sui Cin menurunkan buntalannya dari atas punggungnya dan berkata sambil tersenyum, "Aah, perkelahian yang amat menyenangkan!"
"Dan engkau hebat sekali, sobat muda!" kata Hui Song dengan sungguh-sungguh. "Engkau masih begini muda, akan tetapi engkau telah memiliki kedermawanan besar dan memiliki kepandaian yang amat mengagumkan, terutama... eh, ilmu menyambit dengan uang logam tadi!"
"Hemm, kebisaanku apa artinya kalau dibandingkan dengan kelihaianmu?" Sui Cin berkata sejujurnya karena iapun kagum akan kepandaian pemuda putera ketua Cin-ling-pai ini.
Ia sudah banyak mendengar tentang ketua Cin-ling-pai dari ayahnya. Menurut penuturan ayahnya, ketua Cin- ling-pai bernama Cia Kong Liang, pendekar yang telah mewarisi ilmu silat keluarga Cin-ling-pai, seorang yang menurut ayahnya berwatak keras dan agak tinggi hati. Dari penuturan ayahnya, ia dapat menduga bahwa ayahnya tidak begitu suka kepada ketua Cin-ling-pai yang tinggi hati itu. Dan Cia Kong Liang ini menikah dengan puteri bekas datuk sesat. Mungkin karena pengaruh cerita ayahnya itulah hati Sui Cin masih belum percaya bahwa Hui Song dan sedang meraba-raba apakah pemuda ini juga tinggi hati seperti ayahnya.
"Sobat muda, aku tidak hanya memuji kosong saja. Jarang aku memuji orang, akan tetapi aku sungguh kagum kepadamu. Engkau mengingatkan aku akan..."
"Nanti saja kita lanjutkan percakapan kita. Sekarang perutku lapar, apakah engkau mau makan bersamaku?"
Hui Song tertegun karena pembicaraannya diputus seperti itu. "Lapar? Makan? Ah... tentu saja, akupun lapar," katanya gembira karena melihat kelucuan ini.
Sui Cin membuka buntalan pakaiannya, akan tetapi tidak dibukanya semua, hanya sedikit saja untuk mengambil bungkusan kertas tebal dari dalamnya, lalu menutup kembali buntalan pakaiannya, seolah-olah ia tidak ingin Hui Song melihat isi buntalannya. Dan memang tentu saja ia tidak menginginkan pemuda itu melihat bekal pakaian wanita yang disimpan di dalam buntalannya itu.
Untuk mengalihkan perhatian pemuda itu yang mengamati gerak-geriknya, Sui Cin bertanya, "Sobat, makanan apakah yang paling kau sukai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Berdarah
RomanceLanjutan Siluman Gua Tengkorak Kisah Cinta dua pasang muda mudi yang penuh dengan konflik dan pertentangan antara senang dan susah, antara suka dan benci, antara kenyataan dan apa yang di harapkan, siapakah pasangan muda mudi yang bertualangan cinta...