Akan tetapi Thian Bu tersenyum dan menggeleng kepala. "Hemm, lihat, bukankah di samping semua kelebihanku, masih ditambah kenyataan bahwa aku cerdik sekali dan tidak tertipu muslihatmu? Kecerdikanku membikin aku semakin berharga untuk menjadi suamimu. Nona, engkau bersumpahlah dulu bahwa engkau takkan melawan dan menentangku, bahwa engkau akan suka menjadi isteriku, kemudian kita akan bersatu badan sebagai suami isteri, barulah aku akan melepaskan belenggu. Maaf, semua itu hanya untuk menjamin dan meyakinkan hatiku."
Sui Cin membuang muka, menahan mulutnya yang ingin memaki-maki. Melihat sikap gadis itu, Thian Bu melakukan siasatnya yang pertama, yaitu membujuknya dengan jalan menakut-nakutinya. "Nona, benarkah engkau begitu tega, memilih mati dan menghancurkan hatiku daripada hidup berbahagia bersamaku?"
"Jahanam keparat, tidak perlu banyak cerewet lagi. Mati jauh lebih mulia daripada hidup bersama seorang manusia berwatak iblis macammu ini. Bunuhlah, siapa takut mati?"
"Hemm, perempuan sombong. Hendak kulihat sampai di mana keberanianmu!" Dia lalu memondong tubuh Sui Cin dan dibawanya ke tepi jurang. "Lihat, lihat dasar jurang tak terukur dalamnya yang akan menerima tubuhmu ini!"
Dan tiba-tiba dia melepaskan tubuh Sui Cin dengan kepala lebih dulu ke dalam jurang! Tubuh itu melayang ke bawah dan Sui Cin memejamkan mata, menutup mulutnya rapat-rapat agar jangan menjerit.
Tiba-tiba tubuhnya berhenti meluncur dan ternyata pemuda itu telah menangkap kedua kakinya sehingga tubuhnya tergantung dengan kepala di bawah. Keadaan ini mengingatkan ia akan latihan samadhi sambil berjungkir balik ketika ia mempelajari ilmu menghimpun tenaga istimewa dari ayahnya.
Maka, begitu tubuhnya tergantung membalik seperti itu, dari pusarnya terhimpun hawa panas dan sebentar saja aliran darahnya sudah menjadi lancar dan normal kembali, bekas totokan pemuda jahat itu lenyap sama sekali. Ia percaya bahwa kalau saat itu ia mengerahkan tenaga dan melakukan ilmu Hok-te Sin-kun, tenaganya akan mampu mematahkan belenggu sutera dan sekalian menendang lawan. Akan tetapi, biarpun berhasil, tidak urung tubuhnya akan terjatuh ke dalam jurang dan ini berarti bunuh diri! Tidak, ia tidak sebodoh dan senekat itu.
"Bagaimana, nona? Apakah engkau memilih aku melepaskan kakimu dan tubuhmu meluncur ke bawah, kepalamu menimpa batu di dasar jurang itu sampai remuk-remuk?" Suara Sim Thian Bu penuh ejekan dan ancaman.
Sui Cin juga searang yang cerdik. Ia tahu bahwa semua ini dilakukan jai-hwa-cat itu hanya untuk menggertaknya. Satu-satunya cara untuk menghentikan siksaan ini hanya memperlihatkan bahwa ia tidak takut.
"Pengecut busuk! Kau kira aku takut? Lepaskan dan aku akan terbebas dari binatang busuk macam kamu ini!"
Thian Bu merasa mendongkol sekali. Kalau dia tidak merasa sayang akan kecantikan gadis ini dan mempunyai rencana yang amat menguntungkan dirinya terhadap Sui Cin, tentu sudah dilemparkannya tubuh itu ke dalam jurang. Belum pernah selama hidupnya ada wanita berani menolaknya, bahkan sebagian besar wanita atau gadis yang diculiknya, dapat ditundukkan dengan rayuan dan ketampanannya.
Akan tetapi, gadis puteri Pendekar Sadis ini tidak mempan dengan dirayu, dan tidak takut diancam, membuat dia kehilangan akal. Tanpa banyak cakap lagi dia lalu meloncat dan membawa Sui Cin ke dalam sebuah gua besar yang tertutup semak-semak belukar. Diam-diam Sui Cin memperhatikan tempat ini. Sebuah gua tersembunyi. Tidak mungkin akan ditemukan orang luar karena mulut gua yang tidak berapa besar itu tersembunyi di balik semak-semak belukar yang penuh duri dan pantasnya hanya menjadi sarang ular-ular dan binatang-binatang buas.
Setelah menguak semak-semak belukar den nampak mulut gua, pemuda itu membawa Sui Cin memasuki gua dan menutupkan kembali semak-semak di depan gua. Setelah masuk ke dalam gua, ternyata gua itu berlorong lebar yang membawanya ke dalam ruangan yang cukup luas. Akan tetapi keadaan di situ kotor dan tidak terawat, tanda bahwa tempat itu sudah lama tidak didatangi orang. Ruangan dalam gua itu seperti ruangan rumah saja, di mana terdapat meja-meja tua, bangku-bangku dan juga sebuah dipan kayu yang masih kokoh kuat. Sim Thian Bu menurunkan tubuh Sui Cin dan mengikat kaki dan tangan dara itu, menelentangkannya di atas dipan.
"Ha-ha-ha, nona manis. Dengar baik-baik, aku mengajakmu hidup bersama sebagai suami isteri, akan tetapi engkau selalu monolak. Dan engkau bahkan memilih mati daripada hidup sebagai isteriku yang terhormat dan tercinta. Kebandelanmu ini membuat aku bingung dan sebaiknya kalau engkau kupaksa menjadi isteriku, baru kita bicara lagi, ha-ha-ha!"
Sim Thian Bu tersenyum-senyum dan memandang penuh nafsu kepada tubuh gadis yang sudah ditelentangkan di atas dipan dalam keadaan kaki tangan terikat itu. Dia menanggalkan bajunya dan nampaklah dadanya yang bidang. Pemuda ini memang selain memiliki wajah tampan pesolek, juga memiliki bentuk tubuh yang baik. Sayangnya bahwa tubuh yang demikian baik dihuni oleh batin yang bobrok dan kejam.
Melihat betapa pemuda itu mulai membuka baju, Sui Cin menjadi pucat dan ia merasa betapa tengkuknya dingin sekali saking ngeri dan takutnya. Ia dapat menduga apa yang akan dilakukan pemuda bejat akhlak ini kepada dirinya dan mulailah ia meronta-ronta, mengerahkan tenaga untuk melepaskan diri dari ikatan kaki tangannya. Gerakannya ini membuat dipan itu bergoyang-goyang dan keempat kakinya berdetak-detak. Akan tetapi, pada saat itu sambil terkekeh Sim Thian Bu yang menanggalkan bajunya itu menubruk dan memeluknya.
"Aih, jantung hatiku, engkau hendak lari ke mana sekarang?" Melihat pemuda itu sudah menindihnya dan wajah pemuda itu demikian dekat dengan wajahnya, Sui Cin terbelalak dan menjerit.
"Jangan...! Kau bunuh saja aku...!"
"Ha-ha, bunuh engkau? Aih, sayang dong...! Engkau cantik manis..." Sim Thian Bu hendak mencium akan tetapi Sui Cin mengelak dan miringkan mulutnya, kemudian ia teringat akan akal yang pernah didengarnya dari ibunya.
Suaranya terdengar gemetar ketika ia berkata lirih, "Akan tetapi jangan begini... ah, kalau tiada jalan lain... aku bersedia... tapi jangan begini... lepaskan dulu belenggu ini agar kita dapat melakukannya secara wajar..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Berdarah
RomanceLanjutan Siluman Gua Tengkorak Kisah Cinta dua pasang muda mudi yang penuh dengan konflik dan pertentangan antara senang dan susah, antara suka dan benci, antara kenyataan dan apa yang di harapkan, siapakah pasangan muda mudi yang bertualangan cinta...