Tiba-tiba Cia Sun dan Ci Kang meloncat berdiri dan dengan mata tajam memandang ke arah lorong dan siap siaga. Mereka mendengar gerakan orang dan tak lama kemudian berkelebat bayangan orang dan disusul munculnya Ratu Iblis di ruang itu. Wajah nenek yang biasanya pucat kehijauan itu kini nampak makin menyeramkan dengan sepasang mata yang mencorong dan liar memandang kepada dua orang pemuda itu.
"Kalian lagi!" terdengar Ratu Iblis membentak marah. "Sekali ini kalian harus mati untuk menyimpan rahasia tempat ini!"
Dan cepat iapun sudah menyerang ke depan, pedangnya menyambar dalam bentuk sinar berkilat ke arah dada Ci Kang sedang rambutnya yang panjang menyambar dalam bentuk sinar putih ke arah leher Cia Sun. Nenek ini sudah mempergunakan dua senjatanya yang ampuh untuk merobohkan dua orang muda itu dan jangan dikira bahwa serangan rambutnya itu tidak berbahaya. Bahkan dibandingkan dengan serangan pedangnya, mungkin lebih berbahaya.
Akan tetapi dua orang muda perkasa itu sudah siap dan karena mereka maklum akan kelihaian nenek itu, merekapun cepat meloncat ke belakang sehingga serangan pedang dan rambut itu tidak mengenai sasaran. Dan loncatan itu membuat Cia Sun dan Ci Kang berjauhan sehingga tak mungkin bagi nenek itu untuk melakukan serangan ganda kepada mereka. Terpaksa ia menyerang orang terdekat, yaitu Ci Kang, dengan sambaran pedangnya. Serangan itu hebat sekali, membuat Ci Kang terdesak dan berloncatan ke belakang menghindarkan pedang yang menyambar-nyambar susul-menyusul itu. Melihat ini, Cia Sun menerjang maju mengirim totokan ke arah punggung nenek itu untuk menolong sahabatnya. Ratu Iblis mendengar desir angin dari belakang, membalikkan kepala dan rambutnya menyambut tangan Cia Sun yang menotok, bermaksud menangkap pergelangan tangan itu dengan rambutnya. Namun Cia Sun yang menyerang hanya untuk membantu sahabatnya dan mengurangi penekanan terhadap Ci Kang, mengelak dengan cara menarik kembali tangannya.
"Ibu, jangan...!" Hui Cu berseru dan ia sudah meloncat ke depan, menghadang di depan ibunya.
Sejenak ibu dan anak saling berpandangan. Nenek itu masih memegang pedangnya dan ia menggerakkan kepala sehingga rambutnya yang riap-riapan panjang itu kini dari depan pindah ke belakang. "Hui Cu, dahulu engkau membela dua orang ini dan sekarang masih kau ulangi lagi sikapmu itu. Akan tetapi tidak, sekali ini mereka harus mampus! Tempat ini merupakan rahasia kita sendiri, tidak boleh ada yang tahu. Yang tahu harus kubunuh!" Ia sudah hendak menyerang lagi, akan tetapi dengan berani Hui Cu memegang lengan ibunya.
"Tidak boleh, ibu! Ketahuilah, mereka ini yang telah membebaskan aku dari kurungan, dari belenggu dan ancaman iblis tua itu! Kalau tidak ada mereka, tentu aku telah celaka. Mereka telah melepas budi kebaikan kepadaku, maka harus kubela mereka."
"Budi tahi kucing!" Nenek itu membentak marah. "Bicara tentang budi adalah kebohongan besar. Tidak ada budi di dunia ini. Semua orang yang melakukan sesuatu untuk membantu orang lain tentu mengandung pamrih!"
"Ibu jangan mengukur orang lain sepergi teman-teman ibu sendiri! Teman-teman ibu memang orang-orang yang tak mengenal budi dan semua perbuatannya mengandung pamrih kotor. Akan tetapi, dua orang pendekar ini menolong tanpa pamrih dan akupun tidak mau menjadi orang yang tidak mengenal budi. Mereka sengaja kuajak ke sini untuk bersembunyi dan siapapun yang akan mengganggu mereka, akan kulawan. Juga ibu!"
Sejenak nenek itu ragu-ragu, akan tetapi ia lalu menarik napas panjang dan menyarungkan lagi pedangnya. Ia terlalu mencinta puterinya dan demi cintanya kepada puterinya ia bahkan berani menentang suaminya, walaupun secara diam-diam.
"Baiklah, aku ampunkan mereka ini. Akan tetapi kalian harus berjanji untuk merahasiakan tempat ini!"
"Baik, kami berjanji," kata Ci Kang yang tidak ingin ribut-ribut di tempat itu karena biarpun dia tidak takut menghadapi nenek ini, akan tetapi dia merasa tidak enak terhadap Hui Cu kalau harus menentang ibu kandung gadis itu di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Berdarah
RomanceLanjutan Siluman Gua Tengkorak Kisah Cinta dua pasang muda mudi yang penuh dengan konflik dan pertentangan antara senang dan susah, antara suka dan benci, antara kenyataan dan apa yang di harapkan, siapakah pasangan muda mudi yang bertualangan cinta...