Jilid 129

1.8K 26 0
                                    

"Ci Kang...! Kau... maafkanlah aku...!" Sui Cin terisak sambil menyentuh lengan kanan pemuda itu. Sejenak Ci Kang memandang kepada wajah gadis itu, menarik napas panjang dan berbisik lirih.

"Nona... semoga engkau berbahagia..." Dan diapun cepat meloncat dan melarikan diri pergi dari tempat itu.

Tiba-tiba Ciu-sian Lo-kai tertawa ber-gelak. "Ha-ha-ha, Go-bi San-jin, bagaimana sekarang? Masih engkau menganggap keliru sikap pendekar besar Cia Han Tiong? Lihat, bagaimana seorang putera datuk sesat yang amat kejam dan jahat telah berobah menjadi seorang pendekar budiman yang mengagumkan. Ha-ha-ha!"

Go-bi San-jin mengelus mukanya dan diapun menarik napas panjang. "Engkau benar... engkau benar... akan tetapi bagaimanapun juga, muridku tidak berobah menjadi seorang yang jahat, melainkan tetap seorang pendekar yang adil dan jujur." Tentu saja tidak ada yang mengerti apa maksudnya percakapan antara dua orang kakek itu, bahkan Cia Sun sendiri hanya memandang heran mendengar be-tapa nama ayahnya terbawa dalam percakapan itu.

Sementara itu, Wu-yi Lo-jin dan Siang-kiang Lo-jin melangkah maju dan kedua-nya tertawa ha-ha-hi-hi setelah tadi saling memberi isyarat dengan pandang mata mereka. Mereka itu seperti saling dorong dengan sikap mereka, seperti dua orang anak-anak yang malu-malu ingin mengatakan sesuatu, dan akhirnya Wu-yi Lo-jin mengalah dan kakek pendek inilah yang bicara.

"Heh-heh-heh, kebetulan sekali di sini hadir orang-orang gagah Cia Kong Liang dan suami isteri Ceng Thian Sin, dan juga anak-anak mereka atau murid-murid kami. Sungguh kebetulan sekali karena saat inilah yang teramat baik untuk bi-cara soal perjodohan. Pangcu dari Cin-ling- pai sudah mendengar bahwa puteranya jatuh cinta kepada muridku, Ceng Sui Cin dan bagaimana pendapat pangcu kalau saat pertemuan ini, selagi kita semua berkumpul, dibicarakan tentang ikatan jodoh antara Hui Song dan Sui Cin?"

Ketua Cin-ling-pai itu mengerutkan alisnya, memandang kepada kakek pendek itu lalu menarik napas panjang dua kali. "Locianpwe, sudah banyak aku mencampuri urusan dan semuanya menjadi gagal dan rusak. Oleh karena itu, urusan perjodohan Hui Song terserah kepadanya dan kepada locianpwe yang sudah menjadi gurunya. Aku sih setuju saja, akan tetapi sekarang aku masih mempunyai kepentingan lain, biarlah lain hari saja kita bicarakan hal itu. Cu-wi maafkan, aku harus pergi dulu. Song-ji, mari bantu aku mencari dan mengurus jenazah ibumu dan kong-kongmu."

Mendengar ini, semua orang terkejut dan baru teringat bahwa ketua Cin- ling-pai ini baru saja tertimpa musibah, bahkan belum sempat mencari jenazah isterinya dan ayah mertuanya. Juga Hui Song tidak berani membantah perintah ini, maka pemuda itupun menoleh kepada Sui Cin, melempar pandang mata penuh arti lalu memberi hormat kepada empat orang kakek itu dan juga kepada Ceng Thian Sin dan isterinya. Kemudian ketua Cin-ling-pai menjura kepada semua orang lalu pergi dengan cepat diikuti Hui Song, Siang Wi dan para anggota Cin-ling-pai.

Wu-yi Lo-jin dan Siang-kiang Lo-jin saling pandang, keduanya menggerakkan pundak seperti kehabisan akal, akan tetapi Siang-kiang Lo-jin tidak kekurangan akal. "Aha, sayang sekali ketua Cin-ling-pai mempunyai urusan yang amat penting, akan tetapi di sini masih ada orang tua dan juga guru dari Ceng Sui Cin, masih ada kesempatan untuk membicarakan urusan itu walaupun hanya sepihak."

Mendengar ini, Wu-yi Lo-jin juga tertawa. "Heh-heh, benar juga, benar juga. Bagaimana, Ceng-sicu dan juga toanio, ji-wi sudah mendengar bahwa antara puteri ji-wi dan putera ketua Cin-ling-pai itu ada hubungan kasih dan mereka berdua sudah bersepakat untuk mengikat perjodohan, dan kami berdua sebagai guru-guru mereka sudah merasa cocok sekali!"

"Hemm, aku tidak suka mempunyai mantu pemuda itu!" tiba-tiba Toan Kim Hong berseru.

Suaminya menyambung, "Sesungguhnya, keluarga Cia dari Cin-ling-pai itu terlalu angkuh dan ketinggian hati itu membuat kami tidak suka untuk berbesan dengan mereka..."

Asmara BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang