“Jadi, kenapa kau ingin bertemu denganku?”
Arriane tersenyum manis sejenak. Aaron hanya menatapnya tajam. “Aku bosan di apartemen. Jadi, aku menghubungimu,” jawab Arriane santai.
“Kenapa kau tidak mengajak Mom saja?” tanya Aaron ketus.
“Kalau Mom bisa, sudah pasti sekarang aku sudah pergi berbelanja dengan Mom,” jawab Arriane ketus tapi tetap menyunggingkan senyum termanisnya.
Alis Aaron terangkat sambil memiringkan kepalanya. Apa Aaron tidak salah dengar? Barusan saja Arriane memanggil Ibunya dengan panggilan 'Mom'? Lucu sekali. Aaron tersenyum sinis menanggapinya.
“Kemarin kau pergi kemana?” tanya Arriane setelah mereka selesai makan. Aaron yang sedang memakan dessert-nya menatap Arriane sejenak.
“Aku ada urusan,” jawab Aaron singkat setelah selesai memakan dessertnya. “Tapi, kemarin ada Devian di kantorku, kan?” tanyanya kemudian.
Rasanya Arriane sudah malas sekali mendengar nama itu. Mengingat kejadian kemarin di kantor Aaron. Ia hanya mengangkat alisnya pada Aaron mengiyakan. Kemudian, ia meminum Lemon Tea-nya untuk meredakan amarahnya karena Devian.
Sedangkan Aaron hanya tersenyum geli. Kemarin Devian sudah menceritakan semuanya pada Aaron. Ia juga tak lupa bagaimana Devian tertawa terbahak-bahak karena Arriane kemarin. Temannya itu memang senang sekali mengganggu wanita.
“Ini sudah malam. Ayo, kuantar kau pulang.” Aaron berbaik hati pada Arriane untuk mengantarnya pulang. Ia pun beranjak dari kursi dan menuju taman parkir dahulu.
Betapa senangnya Arriane sekarang sedang diantar pulang dengan Aaron. Mimpi apa ia semalam. Kejadian ini tak ia duga. Padahal tadinya ia sudah menyiapkan supir untuk mengantarnya, tapi ia tidak perlu repot-repot malam ini.
“Tidak usah merasa senang dulu. Aku mengantarmu karena ini sudah larut dan aku juga tidak mau dinasehati Mom panjang lebar setelah aku meninggalkanmu sendiri. Jangan salah paham,” kata Aaron sambil menatap jalanan lurus.
“Well, berarti aku harus bersyukur pada Mom,” kata Arriane sambil menatap Aaron disampingnya.
“Dimana alamatmu?” tanya Aaron menghiraukan basa-basi Arriane. Ia sengaja mengganti topik pembicaraannya, karena ia memang malas membicarakan hal itu.
“3 blok lagi dari sini,” jawab Arriane. Setelah itu, tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Aaron malas untuk berbincang dan Arriane kesal karena Aaron yang dengan mudahnya mengganti topik pembicaraan mereka. Bahkan setelah Arriane keluar dari mobil pun, Aaron langsung pergi meninggalkan kompleks apartemen Arriane. Perempuan yang ditinggalkan itu pun hanya menatap kepergian Aaron tak percaya. Ia sungguh kesal dengan Aaron malam ini. Walaupun begitu, perasaannya tak akan goyah. Ia berinisiatif untuk terus mengejar Aaron yang menjadi umpannya.
Hari ini, Aaron sangat lelah. Ia ingin beristirahat dengan tenang dan sunyi. Rasanya ia ingin pergi sejenak dari kepadatan kota malam ini. Tanpa banyak pikir lagi, ia langsung pergi meninggalkan jalanan kota menuju arah yang berlawanan dengan arah kantor maupun apartemennya.
Jalanan malam tampak sepi. Karena itu, Aaron pun menyalakan vcd player di dalam mobilnya. Akhirnya, hanya ada musik yang menemaninya di malam yang dingin itu. Di samping kanan kirinya hanyalah sebuah ladang. Setelah itu hutan. Kemudian, munculah ladang lagi dan kali ini, hanyalah sawah. Benar-benar suasana desa. Sepi. Tenang.
Tiba-tiba saja ia teringat wanita yang ia tabrak. Kira-kira bagaimana keadaannya sekarang? Apa kesehatannya sudah pulih? Dimana dia sekarang? Pertanyaan-pertanyaan itu terlintas di otaknya.
Kini, mobilnya sudah masuk ke kawasan pedesaan. Sepertinya dia belum pernah melihat desa ini. Semuanya terlihat baru baginya. Ia melihat samping kanan kirinya dengan kecepatan mobil yang rendah. Para penduduk tidak ada yang keluar. Semua pintu sudah tertutup. Ini sudah pukul 11 malam. Ya, ini sudah larut. Tapi, Aaron malah dengan santainya pergi ke daerah yang jauh dari tempat tinggalnya.
Di ujung sana, ada pom bensin. Ia harus mengisi bensin mobilnya yang sudah limit karena perjalanan mendadaknya ini. Saat memasuki pom pun semuanya juga sepi. Hanya saja, masih terlihat 3 orang pria dan seorang wanita cantik yang mulai berhenti bercanda ketika mobilnya berhenti tepat di depan mereka.
Aaron turun dari mobilnya. Kemudian salah satu pria dari mereka menghampiri mobil Aaron. “Bisa tolong kau isikan penuh? Aku ke kamar mandi dulu,” kata Aaron yang langsung pergi ke toilet di samping pom bensin.
Sekilas, ia melihat wajah wanita yang sedang bercanda dengan dua orang pria disampingnya. Wanita itu cantik dan manis. Mengingatkannya pada wajah wanita yang sedari tadi Aaron pikirkan. Di dalam hati, Aaron tertawa mengejek dirinya sendiri.
“Kau sudah gila, Aaron. Bahkan sekarang kau mulai melihatnya padahal wanita itu sudah hilang entah kemana,” katanya pelan saat sudah di toilet. Ia memandang dirinya dicermin. Mengasihani dirinya lewat pantulan dirinya di cermin.
Setelah selesai dari toilet, ia pun kembali ke mobilnya. Ternyata, mobilnya sudah selesai diisi bensin. Ia pun langsung memberikan uang pada pria tadi yang mengisikan bensin mobilnya.
“Terima kasih, Sir,” kata pria itu. Aaron hanya mengangguk. Pria itu pun pergi menuju kumpulan teman-temannya tadi.
Tatapan Aaron kembali pada wanita yang sepertinya sedang membereskan kotak makan. Lagi-lagi Aaron mengerutkan keningnya. Ia meneliti baik-baik wajah wanita itu. Lama ia melihatnya, kini tatapan mereka beradu. Benar. Dia adalah wanita itu. Ia bertemu dengannya lagi. wanita yang dipandanginya hanya mengerutkan dahinya bingung. Mungkin, sekarang dia bertanya-tanya kenapa Aaron melihatnya seperti kenal padanya. Wanita itu memiliki firasat seperti sudah pernah melihat Aaron. Tapi, ia lupa. Ia berusaha untuk mengingatnya kembali.
“Kau!” Seketika wanita itu berteriak kearah Aaron seakan-akan dia telah menemukan jawaban kuis yang sempat ia lupakan.
Tadinya, Aaron terkejut karena teriakannya yang tiba-tiba. Kemudian, ia mencoba bersikap tenang. Ia melihat wanita itu mulai berjalan ke arahnya. Dapat terlihat jika jalannya masih sedikit pincang. Oh, tidak. Kini, Aaron merasa sedikit bersalah pada wanita itu. Tapi, ia menyembunyika perasaan itu dengan sebaik mungkin di depan wanita itu.
“Sepertinya aku pernah melihatmu,” ucap wanita itu sambil sedikit berpikir.
“Benarkah? Padahal ini pertama kalinya aku melihatmu,” timpal Aaron berbohong, padahal dia wanita yang ia tabrak malam itu. Setengah dari diri Aaron merasa bersalah karena berbohong, tapi dirinya yang lain merasa lega karena wanita itu lupa kalau ia ditabrak oleh Aaron.
Wanita itu mengangguk mengerti. “Apa rumahmu disini?” tanya wanita itu kemudian.
“Bukan. Aku hanya lewat saja,” timpal Aaron setengah berbohong.
“Lily! Ayo pulang!” Tiba-tiba salah seorang pria yang tadi bercanda dengan wanita itu meneriaki namanya.
Oh, jadi namanya Lily. Indah juga. Aaron hanya tersenyum tipis.
“I’m coming!” seru wanita yang dipanggil Lily sambil berlari kecil menyusul pria tadi.
Aaron menatap punggung Lily dan pria yang tadi mengajaknya pulang sampai tak terlihat lagi. Aaron merasa senang melihat wanita yang kini ia ketahui namanya Lily dengan keadaan yang, yah, bisa dikatakan sehat.
Karena jam sudah menunjukkan dini hari, ia pun segera pulang. Rasanya, entah kenapa setelah ini ia bisa beraktifitas kembali dengan segar. Sedari tadi ia hanya senyum-senyum sendiri. Ternyata, dunia ini bulat sempit.
Tbc.
1071 words
Monday, July 17th 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...