19 | Worries

2.6K 118 0
                                    

Multimedia played : Charlie Puth - How Long


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Canggung. Aaron dan Lily duduk di kursi meja makan yang tadi dengan canggung. Setelah kejadian tadi, Lily membungkam mulutnya rapat-rapat. Padahal dia ingin berkata banyak padanya tadi. Dari tada saja mukanya masih semerah tomat.

Aaron berdeham mencoba mencairkan suasana. Tapi masih belum ada yang bersuara. "Kukira kau ingin mengatakan sesuatu." Akhirnya Aaron duluan yang bersuara. Tapi Lily masih terdiam. Aaron sedari tadi hanya melirik Lily yang masih diam.

"Lily, apa yang–"

"Apa alasannya?" Tiba-tiba Lily menyela kata-kata Aaron yang belum selesai.

"Alasan apa?" tanya Aaron tak mengerti. "Bicaralah yang jelas, honey," lanjut Aaron sambil menggoda Lily.

"Berhenti memanggilku dengan sebutan itu! Itu membuat bulu kudukku merinding!" protes Lily dengan nada kesal yang langsung membuat Aaron diam.

Lily menarik nafasnya kuat dan menghembuskannya kasar. "Berikan aku alasan yang kuat, kenapa aku harus tinggal denganmu?" tanya Lily dengan satu tarikan nafas.

Aaron berdeham mendengar pertanyaan Lily. Aaron tak tahu harus menjawab alasan apa itu. Kata-kata tadi tiba-tiba terlempar begitu saja dari mulut Aaron. Sangat tidak mungkin jika Aaron menjawabnya "Karena aku ingin kamu ada di sini" pada Lily. Jawaban itu pasti akan berpengaruh pada semuanya, terutama pada Lily sendiri.

"Karena kau kekasihku." Hanya kalimat itu saja yang sekarang ada di pikiran Aaron dan keluar begitu mudahnya. Bahkan Aaron menjawabnya dengan tenang sambil mengendikkan bahunya.

"Aku hanyalah kekasihmu bagi mereka yang belum tahu hubungan kita," jawab Lily jengah.

"Memangnya, apa hubungan kita?" Lagi-lagi Aaron menggoda Lily. Bahkan sekarang Aaron memajukan badannya dan tangannya dilipat di atas meja.

"Aaron, berhenti menggodaku!" seru Lily kesal.

"Aku tidak menggodamu. Aku hanya bertanya," timpal Aaron sambil mengendikkan bahunya santai.

Lily memandang Aaron kesal dan hanya bisa menghela nafas kasar. "Kembali ke inti pembicaraan, Aaron!" seru Lily tegas.

Aaron terdiam sejenak menatap Lily yang sedang serius menatap Aaron. Bukan karena takut pada Lily. Tapi ia hanya ingin menatap Lily.

"Ada wartawan dimana-mana. Bahkan mereka masih ada di depan rumahmu. Pagi, siang, dan malam. Tapi jangan khawatir, orang tuamu sudah ada di apartemen yang sudah aku sewa untuk mereka," Jelas Aaron. "Itu alasannya." Lanjut Aaron yang kemudian meninggalkan Lily yang masih terdiam di kursinya.

Ada banyak hal yang sedang berkecamuk di pikiran Lily sekarang. Seakan-akan tidak cukup, sekarang ditambah lagi dengan Lily sendiri sekarang. Lily mendengar jelas jawaban Aaron tadi. Tapi, itu bukan seperti jawaban yang Lily inginkan. Seperti ada yang menghilang. Itu bukan jawabannya. Lily yakin itu. Tapi, Lily tidak tahu jawaban yang benar.

***

Sudah 1 bulan semenjak makan malam keluarga Aaron diadakan. Aaron sudah kembali disibukkan dengan pekerjaannya yang menumpuk akibat ia tinggal beberapa hari waktu lalu. Selama itu pula Lily juga tinggal di penthouse Aaron. Walaupun wartawan sudah mulai mereda, tapi Aaron tetap mengantisipasi keadaan. Ia tidak mau keadaan menjadi lebih sulit lagi.

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang