34 | Getting More Closer

2.2K 100 1
                                    

Semenjak candle light dinner malam itu, Aaron dan Lily menjadi semakin dekat. Semenjak malam itu pula, Koran-koran selalu mengabarkan gosip–dalam arti positif–tentang mereka. Rasanya Lily ingin selalu tertawa setiap kali media selalu membicarakan hubungannya dengan Aaron yang dianggap romantis dan ini itulah.

Selain itu, sikap Aaron juga berubah. Lily sadar akan itu. Dia juga kadang bertanya-tanya. Misalnya, seperti 'Apa laki-laki ini memang Aaron yang kukenal?','Apa Aaron memang sudah berubah?','Apa yang membuat Aaron menjadi seperti ini?'.

Namun, satu hal yang jelas masih ada di diri Aaron. Menggoda Lily. Ya, sepertinya itu hobi baru Aaron. Setiap hari, setiap saat, tidak ada yang namanya tidak menggoda Lily, membuat Lily selalu merah merona. Dan Lily benci itu. Tapi disisi lain, ia merasa nyaman.

Tapi, ada satu hal yang mengganggu benak Lily seminggu ini. Arriane. Kejadian dimana saat itu, Arriane keluar dari toilet dengan tiba-tiba. Ia takut. Khawatir jika Arriane mendengar Lily saat Lily menyebut dirinya dan Aaron sebagai pasangan kekasih skandal. Entah mana yang ia takutkan. Antara apa yang selanjutnya akan dilakukan Arriane atau kemungkinan akan kehilangan masa-masanya dengan Aaron?

Di lain sisi, Lily sudah mengambil keputusan. Dia akan tetap menjadi kekasih Aaron. Entah sampai kapan. Tapi ia akan bertahan tanpa mengetahui alasan yang pasti. James adalah orang terakhir yang mengetahui hubungan Lily dan Aaron. Lily bisa meyakinkan itu. Setidaknya, dia akan berusaha.

"Hei! Kau melamunkan apa?" James mengibaskan tangannya di depan Lily setelah membawa pesanan mereka. Sekarang ini jam makan siang dan sudah beberapa hari ini James mentraktirnya makan siang. Lily sangat beruntung, bukan? Biasanya, Linda dan Yocelyn juga ikut. Tapi mereka sedang ada kerja kelompok.

"Tidak. Tidak ada," sanggah Lily. Kemudian dia menerima makanannya dari James dan berkata, "Terima kasih."

"Sepertinya hubunganmu dengan Aaron sangat baik," ucap James kemudian.

"Begitulah." Lily menjawabnya dengan mengendikkan bahu malas. Lily yakin, James pasti tahu dari majalah ataupun Koran. Pasalnya, media terus-terusan meliput hubungan Lily dan Aaron.

"Aku penasaran. Siapa lagi yang tahu?" tanya James.

Lily tahu maksud pertanyaan itu. Jadi, dia hanya menjawab, "Hanya kau, Devian, Marcus, Linda, dan Yocelyn. Tidak ada yang lainnya dan mungkin tidak akan."

"Maksudmu, kau tidak akan berniat untuk mengakhiri hubungan palsumu dengan Aaron?"

"Bukan. Bukan begitu. Maksudku, untuk sementara ini saja. Itu akan lebih baik untuk Aaron juga, bukan? Mengingat dia juga sedang naik daun sekarang," sergah Lily membenarkan maksud perkataannya tadi.

"Lalu, bagaimana denganmu? Apa tidak ada untungnya bagimu? Apa kau mempertahankan hubungan palsu ini hanya karena si bodoh itu? Apa kau tidak memikirkan dirimu juga?" geram James menanyakan seruntut pertanyaan pada Lily. Membuat Lily kebingungan menjawab pertanyaan James.

"M-memangnya kenapa kalau begitu?"

"Kau–" James menahan kalimatnya. Ia sendiri sadar kalau dia hampir membentak Lily. Jadi, dia berhenti berkata. Lily tentu heran dengan James barusan.

"Stubborn," gumam James dengan nada rendah.

"Apa?" tanya Lily, yang tentunya Lily tidak mendengar gumaman James.

"Tidak. Bukan apa-apa," ucap James bohong. Lily yang sebenarnya masih penasaran, memilih untuk diam menikmati makan siangnya.

Jam tangan James sudah menunjukkan jam 1 siang. Waktu mereka sudah habis. Lily juga sehabis ini ada jam pelajaran tambahan dari guru killer-nya.

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang