“Mom!” pekik Lily saat melihat Ibunya yang duduk di lantai sambil terisak. “Dad, apa yang terjadi? Kak, ada apa ini? Kenapa kalian jadi seperti ini?” Lily bertanya pada Dad dan kakaknya yang ada di sampingnya dari tadi.
“Mereka… para penagih utang… mereka mengancam kita kalau kita tak segera membayar utang kita, mereka akan mengusir kita,” jawab Dad dengan raut mukanya yang sedih.
“Maafkan, aku. Maafkan aku, Lily.” Tiba-tiba kakaknya meminta maaf pada Lily.
“Kenapa kakak meminta maaf padaku? Kakak tidak punya salah apapun padaku,” terang Llily menenangkan kakaknya yang sudah seperti orang putus asa.
“Aku gagal dalam menjaga keluarga, Lily. Aku gagal. Aku tidak berhak menjaga kalian. Aku tidak pantas,” jawab kakaknya dengan wajah yang sangat menyesal pada Lily. Terlihat air mata terbendung di pelupuk mata kakaknya. Melihat kakaknya seperti itu membuat hati Lily sakit.
“Tidak, Kak. Tidak ada yang salah di sini. Jangan salahkan diri kakak. Kalau ada yang harus disalahkan, maka itu adalah aku. Maafkan aku,”
Argh, mimpi itu lagi. Lily baru saja ingat. Ia ditabrak oleh sebuah mobil. Sayup-sayup tadi malam ia sempat dengar suara pria yang menabraknya. Mungkin, ia juga yang membawanya kesini.
Ah, tapi itu tidak penting. Tiba-tiba saja Lily bermimpi hal yang sudah lama berlalu. Hal yang semestinya sudah terlupakan karena ia pergi. Satu hal yang menjadi alasan Lily pergi selama 3 tahun ini. Tapi ternyata itu justru menghantuinya. Lily rindu keluarganya dan mimpinya itulah menjadi dorongan baginya untuk kembali ke rumah.
Mom, Dad, Kak, tunggu aku.
***
“Terimakasih, Sir. Ambil saja kembaliannya,” kata Lily pada supir taksi di depannya. Ia pun bebalik menghadap ke arah rumah yang ia rindukan. Walaupun kecil, tapi tetaplah menjadi istana terindah bagi keluarganya.
Lily memutar knop pintu perlahan. Ia melihat seisi rumah. Tidak ada yang berubah. Masih sama seperti dulu. Ia tersenyum saat mengingat masa lalunya di rumah ini.
“Lily? Apakah itu kau?” Seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik muncul dan berjalan perlahan namun pasti ke arah Lily. Wajahnya terkejut tapi juga tersirat kebahagiaan dan kerinduan yang mendalam.
Wanita paruh baya itu langsung memeluk Lily erat-erat. Tangisannya juga sudah tak dapat dibendung. “Mom, aku sangat merindukanmu.” Akhirnya Lily dapat mengucapkan satu kalimat itu yang daritadi mengganjal di tenggorokannya.
“Aku juga sangat merindukanmu, Lily. Kami semua merindukanmu.”
***
Suara high heel merah yang mahal terdengar berirama di lobby Audison Company. Para mata keranjang pria-pria melihat takjub pada pemiliknya. Namun, sang pemilik hanya berjalan dengan langkah yang angkuh menuju lift yang hanya diperuntukkan untuk CEO saja.
Sesampainya di lantai yang dituju, ia langsung menuju meja sekretaris CEO. Sekretaris itu tersenyum menyapa wanita itu. Namun yang diberi senyuman hanya memandangnya angkuh. “Apa Mr. Aaron ada di dalam?” tanya wanita itu langsung.
“Maaf, Nyonya. Tuanꟷ” Belum selesai sekretaris wanita itu berkata, wanita tadi langsung meninggalkannya menuju ruangan CEO. Sekretaris itu tidak dapat menghentikannya.
Wanita angkuh itu dengan santainya membuka pintu ruangan Aaron. Senyum yang tadinya merekah sekarang hilang setelah mendapati bahwa bukan Aaron yang berada di situ. Melainkan sahabatnya, Devian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...