(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN)
First Series of Bachelor Love Story
Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison.
Tinggal sea...
Alexandria menatap anaknya dan menghela nafasnya. "Aaron, aku ingin seorang cucu. Kurasa kita sudah pernah membahasnya, bukan? Aku ingin kalian segera menikah. Karena, kalau bukan kalian, lalu siapa lagi? Grace masih harus menyelesaikan studinya, bukan? Sementara usiamu sudah cukup matang. Bukankah begitu, Lily?"
Lily hampir saja tersedak air liurnya sendiri. Apa? Cucu? Lily tidak pernah membayangkan mereka akan mencapai pembicaraan ini.
"Mom, aku tahu. Tapi, pernikahan itu bukan hanya satu orang, kan? Tapi, tentang dua orang. Tidak akan lucu kalau aku siap, sementara Lily belum," ujar Aaron.
Alexandria menatap Lily. Kemudian ia berkata, "Lily, kurasa kalian sudah dalam usia yang cukup untuk menikah, bukan?"
Sebelum Lily dapat menjawab, tiba-tiba Aaron berkata, "Mom, kami perlu memikirkannya lagi." Alexandria menatap anaknya dan Lily bergantian.
Setelah berpikir sejenak, Alexandria pun berkata, "Baiklah. Aku mengerti. Maafkan aku karena mendesakmu, Lily."
"Jangan khawatir, aku tidak merasa terbebani, Mom," ucap Lily.
"Aaron, tapi kau mengerti maksudku, kan? Aku dan ayahmu tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Kita sudah berusia dan begitu pula dengan orangtua Lily. Aku hanya merasa kalian sudah cocok dan mungkin akan lebih baik kalau kalian melangsungkan pernikahan dan kemudian memberikan kami cucu yang banyak. Kau mengerti maksudku, kan?"
"Iya, Mom. Aku mengerti," ujar Aaron menghela nafasnya kecil.
"Ya sudah kalau begitu aku akan pulang saja. Lagipula, aku akan menemui temanku setelah ini," ujar Alexandria yang langsung beranjak dari kursinya. "Kalian tidak perlu mengantarku dan lanjutkan saja aktivitas kalian," lanjutnya lagi sambil mengerling nakal pada Lily. Memang, ibunya Aaron sudah cukup berusia, tapi tetap saja selalu suka bermain-main, pikir Aaron.
Aaron menghela nafasya kasar setelah ibunya sudah keluar dari rumahnya. "Astaga, maafkan aku, Peach," ucapnya sambil menatap Lily.
Lily tertawa geli. "Kenapa kau harus minta maaf? Tidak ada yang salah," ucapnya.
"Tolong maklumi ibuku yang kadang suka kekanak-kanakan seperti itu," ujar Aaron.
Lily tersenyum dan kemudian memeluk perut Aaron dari samping. Sementara Aaron membalas pelukan Lily dengan mengelus punggung Lily secara halus.
"Kupikir apa yang dikatakan ibumu benar," ucap Lily sambil mendongak menatap Aaron.
Aaron sedikit terkejut. Ia menatap Lily dan berkata, "Maksudmu?"
"Kupikir kau sudah siap?" Lily bertanya balik. Seketika Aaron melepas pelukannya dan kini ia merubah posisi duduknya dengan menghadap Lily.
"Apa yang sedang kau coba untuk katakan?"
"Menikah," timpal Lily. "Kau tidak ingin menikah denganku?"
"T-tentu saja aku ingin. Tapi..." Aaron menggantung kalimatnya sejenak. "Tapi, tidak akan lucu kalau kau belum siap untuk menikah, sementara aku sudah."
Lily tersenyum manis pada Aaron. "Siap atau tidak, hari itu akan datang, bukan? Dan ketika hari itu datang, aku siap, Aaron. Apapun kondisinya." Aaron tak dapat berkata apapun, tapi yang ia tahu entah kenapa sekarang dirinya tenang.
"Cintamu sudah cukup untukku, Aaron. Kita tidak mungkin akan selalu berada di hubungan seperti ini terus. Apalagi kita sudah dewasa," ujar Lily.
Sejenak, Aaron terdiam memikirkan kalimat Lily. Ia tersenyum mendengarnya. "Kau tahu kalau aku mencintaimu, bukan?"
"Aku tahu," timpal Lily tersenyum manis.
"I love you more than anything in the world," ucap Aaron lagi sambil menatap lurus ke mata Lily, seakan-akan Lily harus mempercayainya, dan Lily pun juga tak menemukan kebohongan dari kata-kata Aaron.
"Aku tahu."
"Dan aku juga ingin punya anak yang banyak darimu. Kau tahu itu, kan?" ucap Aaron yang tiba-tiba mengerling nakal pada Lily.
Lily seketika tertawa geli mendengarnya dan kemudian ia menjawab, "Baiklah, aku tahu."
Aaron menatap Lily sejenak sambil mengusap pipi Lily dengan halus. Kemudian, ia berkata, "Jangan pernah tinggalkan aku."
Sementara Lily balas menatap Aaron dan dengan sungguh-sungguh ia berkata, "Tidak akan."
Lily tahu seberapa dalam Aaron mencintainya. Dan Lily juga tahu bahwa ia mencintai Aaron. Tidak perlu membutuhkan kata-kata, Aaron selalu membuktikannya dengan semua kasih sayang yang ia limpahkan pada Lily. Dan Lily mencintai laki-laki itu tanpa bisa ia jelaskan dengan kata-kata. Satu yang ia tahu, ia tidak akan pergi dari sisi Aaron.
Sementara bagi Aaron, Lily adalah pusat dari kehidupannya. Seolah-olah Lily lah yang memegang kendali atas hidupnya dan ia benar-benar tidak akan bisa hidup jauh atau bahkan hidup tanpa Lily. Ia mencintai perempuan ini apa adanya dan dalam kondisi apapun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
—————————————————————————— End Sunday, 23 June 2019
Sudahan yaaaaaaaaa, sebelumnya terima kasih buat selalu ngikutin cerita iniii. Aku udah publish cerita baru lagi, seri kedua dari BLS yaaa, kalian bisa cek di works akuu, add ke library kalian yaaa, terima kasihhh😁😁