Akhirnya, setelah 2 jam menunggu sambil kedinginan di luar, yang ditunggu datang juga. Aaron sudah menggigil di luar sini.
"Aaron, kau tidak apa-apa?!" seru Lily berlari kecil menghampiri Aaron. "Astaga, bibirmu membiru. Ayo, hangatkan dirimu di mobil dulu!" ajak Lily sambil menuntun Aaron ke mobilnya.
"Lily!" James berteriak dan itu sangat mengganggu Aaron. Sungguh, Aaron benar-benar kedinginan dan ingin segera pulang dari sini. Ia merasa ingin membunuh James sekarang juga.
"Ya?" Lily berbalik.
"Ayo, kuatar kau pulang. Sudah malam dan suasana sudah dingin," ajak James. Untung saja Linda dan Yocelyn masih melihat sbeberapa stan pernak-pernik di sekitar mereka. Jadi, mereka tidak heboh untuk membuat panas Aaron seperti tadi pagi.
Belum Aaron mengeluarkan suara untuk protes, sudah dijawab oleh Lily. "Sepertinya, aku tidak bisa pulang bersamamu. Lagipula kau juga belum tahu dimana rumahku. Jadi, aku bersama Aaron saja," kata Lily yang membuat Aaron seperti sehabis menang lotre.
"Tapi, sepertinya Aaron sedang dalam kondisi tidak baik. Apa tidak apa-apa?" James masih bersikeras.
Aaron sangat ingin protes saat itu. Tapi lagi-lagi Lily yang menjawabnya dengan cepat. "Tidak apa-apa, James. Kau bisa mengantarkan Linda dan Yocelyn saja. Kan, mereka searah dengan apartemenmu. Lagipula ada hal penting yang harus kubicarakan dengan Aaron."
Harusnya, Aaron akan merasa senang dapat mengalahkan James sekarang. Tapi, setelah mendengar kalimat terakhir Lily, membuatnya malas lagi. Jujur, Aaron sangat malas membicarakan hal penting itu. Ia tahu nantinya akan menjurus kemana. Itulah alasan kenapa tadi siang Aaron menundanya. Dan ia sedikit banyak berterima kasih pada teman-teman Lily karena sudah menunda waktu mereka untuk membicarakan hal penting itu. Aaron mengira Lily akan lupa. Tapi ternyata sampai malam ini Lily masih ingat. Bahkan ia hendak menagihnya.
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan!"
***
"Ini. Kopi panas untukmu." Lily menyodorkan segelas kopi panas pada Aaron. Dapat dikatakan, sekarang Aaron sudah mulai membaik. Tidak kedinginan seperti tadi.
"Thanks," jawab Aaron singkat.
"Dasar bodoh!" Aaron hampir saja tersedak dengan kopi panasnya karena Lily. Apa? Bodoh? Aaron bertanya dalam hati, apa itu untuknya. Ternyata memang itu untuknya. Karena Lily memandanginya dengan tatapan yang Aaron tak mengerti. Ia pun mengacuhkannya dan kembali menyerutup kopi panasnya.
"Kau sudah tahu cuaca di malam hari sangat dingin. Kenapa kau malah keluar, bukannya tunggu di lobby." Sekarang Aaron merasa Lily adalah Mom yang sedang memarahinya dulu kecil saat main air. Dan itu membuat Aaron geli.
"Kenapa kau keluar begitu saja?" tanya Lily kemudian. Membuat Aaron menghentikan kegiatannya memandang Lily dalam-dalam.
"Karena aku teringat pada wanitaku. Aku rindu padanya." Aaron sungguh ingin mengatakan apa yang ada di otaknya itu. Tapi tidak bisa. "Karena suaramu sangat jelek." Aaron sungguh tak menduga bahwa kalimat itu yang akan keluar dari mulut Aaron.
"Apa? Apa sebegitu jeleknya, sampai-sampai kau keluar dengan membanting pintu sangat keras? Kau... kau menyakiti hatiku, Aaron!"
Deg. Aaron tak tahu kalau perbuatannya barusan dan tadi membuat Lily hampir menitikkan air mata sekarang.
Lily hanya memandang keluar jendela yang baginya lebih indah sekarang. Sejenak ia menyesal tidak menerima ajakan James tadi. Dan malah bersama dengan Aaron. Sepertinya tadi Lily sedang tidak berpikir jernih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romans(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...