Tiga hari tiga malam semenjak malam terakhir mereka berbicara. Sudah selama itu Aaron dan Lily saling menjaga jarak satu sama lain. Sudah selama itu pula mereka jarang bicara, walaupun mereka tinggal satu atap. Setiap pagi Lily pasti sudah tidak bertemu Aaron, karena Aaron yang sudah berangkat pagi-pagi. Dan malamnya, mereka jarang bertemu, karena Aaron yang pulang larut dan Lily yang sudah tidur.
Sudah selama itu pula Lily tidak bisa tidur dengan tenang. Di lain sisi, sama halnya dengan Aaron. Laki-laki itu memang bekerja setiap harinya. Badannya memang ada di tempat, tapi jiwa dan pikirannya entah ada di tempat atau tidak.
Ini sudah hari keempat dan sudah malam. Namun Aaron tak kunjung pulang dari kantor, padahal jam tangannya sudah menunjukkan jam 10 malam. Pikirannya berkecamuk sekarang. Dan satu hal yang pasti, pikirannya selalu saja melayang pada kejadian dimana Luke menyatakan perasaannya pada Lily secara langsung. Laki-laki itu mendahului Aaron dan Aaron benci itu.
Saat itu, saat Lily minta untuk diturunkan di halte bus saja, Aaron merasa penasaran pada Lily. Jadi, ia memutuskan untuk membuntuti Lily. Ia cukup terkejut saat ternyata Lily masuk ke sebuah tempat seperti tempat penanganan psikologis. Aaron kira Lily memiliki masalah dengan mentalnya. Jadi dia hendak masuk menyusul. Tapi, saat ia hendak keluar dari mobilnya, dia melihat Lily dan Luke yang keluar dari tempat itu bersamaan dan kemudian Lily masuk ke mobil Luke.
Tentu saja Aaron sangat geram saat itu. Tanpa sepengetahuan mereka, Aaron pun mengikuti mereka. Hingga sampailah Aaron di sebuah café. Ia masuk dan duduk sedikit berjauhan dengan Lily dan Luke, tapi ia masih bisa mendengar semua yang mereka berdua katakan. Dan dia mendengar semuanya, dari awal hingga akhir, dimana Luke menyatakan perasaannya.
Aaron tahu kalau Lily memang sudah menolaknya. Lily sudah akan memberikan alasannya. Tapi, Aaron sudah tak bisa menahan amarahnya. Jadi, tanpa sadar dia sudah langsung memukul Luke dengan keras.
Saat itu Lily membela Luke dan itu membuat Aaron semakin marah. Tapi, satu hal yang pasti, Aaron tidak merasa bersalah karena sudah memukul Luke dengan keras. Hingga saat ini, memikirkannya kembali saja sudah membuat Aaron geram kembali.
Aaron menuangkan kembali Whisky-nya. Ini sudah gelas ketiganya. Meminum minuman alkohol untuk meredakan emosinya dan stresnya ini sudah kebiasaannya dari dulu semenjak Rachel sudah tidak ada disisinya. Ia sadar betul kalau Rachel memang sudah merubah segalanya. Dan sekarang, disaat ia sudah yakin kalau Lily mampu menggantikan Rachel, hatinya justru gundah kembali. Ia seperti merasa tidak pantas untuk Lily maupun siapapun.
Gelas keempat, kelima, keenam, hingga ketujuh. Aaron terus saja menuangkan whisky-nya. Hingga pada akhirnya semuanya berubah menjadi gelap.***
Di ruangan kantornya yang sudah sepi, terdengar suara jari jemari yang berketukan dengan meja. Arriane duduk termenung di kursi kebesarannya sambil memainkan jari jemarinya, kebiasaannya saat ia tengah berpikir keras.
Tiba-tiba ia tersenyum sinis dikala ia teringat perkataan James tempo lalu. "Demi kebaikanku? Cih, kau sangat bodoh, James. Kau masih menganggap Aaron sebagai temanmu, padahal dia sudah mencampakkanmu dulu," gumam Arriane lirih yang tersirat kebencian disana.
"Kau tidak tahu apa yang sudah kualami, James. Kau tidak tahu betapa beratnya aku menanggung ini semua sendirian. Kau tidak tahu pengorbananku untuk sampai disini," gumam Arriane lagi.
"Aku sudah sangat dekat dengan pembalasanku. Aku tidak bisa mundur. Maafkan aku, James. Tapi kau harus melihat orang yang kau anggap teman itu hancur. Aku akan memulai permainan ini."
***
"Aaron," panggil Arriane lirih sambil membuka pintu kantor Aaron. Sepertinya malam ini ia sedang beruntung. Aaron sedang terlelap di kursi kebesarannya. Perlahan namun pasti, Arriane berjalan menuju Aaron. Sejenak, Arriane menatap wajah Aaron dengan tatapan penuh kemenangan. Akhirnya, rencananya kali ini bakalan berjalan lancar.
Secara perlahan lagi, Arriane membuka semua kancing kemeja Aaron dan mendandani Aaron sevulgar mungkin. Setelah dirasa Arriane cukup, ia mengambil ponselnya.
Ckrek, ckrek, ckrek.
Ia mengambil foto dirinya dan Aaron beberapa kali dengan pose semesra mungkin. Beberapa kali Aaron bergumam tak jelas karena terganggu. Tapi, ia tak bangun karena Arriane tahu kalau Aaron tengah mabuk, terbukti dari gelas whisky yang ada di meja Aaron. Arriane sangat bersyukur malam ini, karena Aaron yang mabuk justru membuat segalanya menjadi lebih mudah.
Arriane menatap hasil jepretannya dengan penuh kemenangan. Kegembiraan tak bisa ia sembunyikan lagi.
"Let the game begin."
***
Lily melihat jam dinding di kamarnya. Ini sudah tengah malam.
Malam ini ia memaksa dirinya untuk terjaga sampai nanti Aaron pulang. Ia menunggu Aaron pulang. Ia sudah punya rencana. Ia akan berbicara baik-baik pada Aaron dan meminta maaf pada Aaron. Ia sungguh ingin masalah ini terselesaikan dengan baik-baik. Bukan dengan cara saling mendiami seperti ini, karena semua ini membuat Lily sangat jengah.
"Aku tidak percaya, aku bisa cinta pada orang sepertinya," gumam Lily.
Ding. Pesan masuk ke ponsel Lily. Dahinya mengkerut dikala ia melihat pesan multimedia dari nomor yang tak dikenal. Karena saking penasarannya, ia buka saja pesan itu tanpa ada kecurigaan.
Sakit. Terkejut. Marah. Semuanya dirasakan Lily sekarang. Mana ada seorang wanita tidak sakit saat melihat foto yang menampilkan pria yang ia cintai berfoto dengan wanita lain dengan sangat mesranya. Hatinya seakan-akan teriris. Ia tidak hanya melihat satu foto saja. Tapi ada beberapa.
Tanpa berpikir panjang lagi, ia menelpon nomor itu. Tapi tak ada jawaban. Ia coba lagi dan hasilnya sama saja.
"Apa-apaan ini semua?" tanyanya pada dirinya sendiri sambil melihat kembali foto-foto itu.
Lily tak menyangka. Di dalam foto itu, Aaron sedang tidur dengan polosnya memakai kemeja yang kancingnya sudah terlepas semua. Di sampingnya, ada Arriane yang berfoto dengan manisnya. Tak hanya itu. Ada foto yang menampilkan Arriane sedang mencium Aaron. Daripada marah, Lily justru merasakan kesakitan. Pedih. Air matanya sudah tak terbendung lagi.
Ini tidak bisa dimaafkan. Lily cinta pada Aaron, tapi pria itu justru menyakitinya.
—————————————————————————
Tbc.
Thursday, 14 March 2019Aaron, sadarrr!!!!!!! Lily udah jatuh cinta sama kamu, tuhhh😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Roman d'amour(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...