"Dad!" seru Lily sambil berlari masuk ke kamar Ayahnya, Daniel, dan kemudian langsung berhambur memeluk Daniel. "Dad, aku sangat mengkhawatirkanmu," ucap Lily lirih. Tanpa sadar, air matanya juga sudah jatuh.
"Sekarang tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan, Lily. Dad sudah sembuh. Sekarang Dad sudah sehat. Bahkan Dad bisa mengangkat Mom setelah ini," gurau Daniel sambil mengerling pada Juliana yang hanya menanggapinya dengan menggelengkan kepalanya.
"Dad, kau ini memang." Tawa Lily pun lepas. Ah, sudah lama rasanya ia tidak tertawa lepas seperti ini.
"Jadi, apa rencana kemarin berhasil?" tanya Aldrich sambil menghampiri Aaron.
"Tentu saja berhasil. Terima kasih atas bantuanmu, Aldrich," timpal Aaron.
"Kalian juga tahu?" tanya Lily pada keluarganya.
"Pastinya, Dear. Dua hari sebelumnya Aaron sudah mengatakan semuanya pada kami. Tentu saja kami mendukungnya. Aldrich juga membantunya menyiapkan taman Bunga Lili buatan," jelas Juliana.
"Rupanya aku terlihat mudah dibodohi," gumam Lily miris.
"Kau baru menyadarinya?" ledek Aldrich yang kemudian mendapat lirikan maut dari Lily. Sementara Aaron hanya menatap geli keduanya.
"Apa kalian tidak akan pergi? Kukira kalian ada kencan hari ini." Tiba-tiba Juliana berkata, sedikit menggoda Lily dan Aaron.
Kita–"
"Sebenarnya, aku sudah punya rencana dengan Lily hari ini. Tapi dia masih sedikit ragu karena Mr. Jones juga baru saja siuman." Aaron menyela Lily cepat.
"Kalau begitu pergilah nikmati waktu kalian. Jangan jadikan aku sebagai alasan," ucap Daniel, terlebih pada Lily di dekatnya. "Dan Aaron, jangan panggil aku Mr. Jones. Panggil saja Dad, sama seperti Lily. Kau sudah menjadi bagian dari keluarga," lanjut Daniel.
Aaron tersenyum kikuk. "Baiklah... Dad" ucap Aaron yang terkesan masih sedikit ragu-ragu.
"Pergilah, Lily. Habiskan waktumu dengan Aaron," ucap Daniel.
"Apa Dad tidak apa-apa?" tanya Lily ragu.
"Dad sudah sangat sehat, Lily. Aku sudah melihatmu, jadi tidak apa-apa." Daniel meyakinkan Lily.
"Baiklah, kalau begitu," ucap Lily sambil berdiri dari ranjang Daniel. "Aku akan mengunjungimu lagi."
"Aku tidak yakin kau punya waktu untuk itu," goda Daniel.
"Dad! Apa yang kau bicarakan? Jangan menggodaku seperti itu!" seru Lily sedikit kesal, menutupi rasa malunya. Sementara Aaron hanya tertawa geli.
"Aku pergi dulu, Mom, Dad, Kak." Lily berpamitan.
Ah, Lily tidak sabar pergi kencan untuk yang pertama kalinya dengan Aaron. Ini adalah salah satu dari sekian banyak mimpinya bersama Aaron dan kini akan menjadi kenyataan.***
"Kemana kita akan pergi?" Lily bertanya pada Aaron sangat penasaran.
Aaron menoleh pada Lily sekilas sambil tersenyum dan berkata, "Ke suatu tempat yang akan menghilangkan kepenatan."
"Apa yang akan kita lakukan disana?" tanya Lily lagi.
"Melakukan apapun yang seharusnya dilakukan sepasang kekasih pada umumnya," timpal Aaron. Entah kenapa, walaupun mereka memang sudah menjadi sepasang kekasih, Lily masih saja malu-malu setiap saat Aaron menyebut kekasih, apalagi itu ditujukan untuk mereka sendiri. Rasanya senang sekali sekaligus menggelikan.
Lima menit kemudian, mereka sudah sampai di basement mall yang besar. Setelah Aaron memarkirkan mobilnya, mereka turun dan berjalan sampai lift dengan bergandengan tangan mesra. Tak jarang, orang-orang disekitarnya memperhatikan kemesraan mereka, apalagi Aaron yang memeluk pinggang Lily mesra selama berjalan. Sedangkan Lily, awalnya ia menolak untuk diperlakukan seperti itu, tapi bagaimana lagi, itu sudah sikap Aaron yang selalu menggoda Lily dan tak malu menunjukkan kemesraan mereka di publik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...