Tadi Aaron meminta Lily untuk datang ke kamarnya. Katanya dia perlu membicarakan sesuatu pada Lily, padahal dia bisa mengatakannya dimana saja. Ya, asalkan tidak di kamar Aaron. Lily berharap dia tidak akan menjailinya lagi nanti.
Sekarang, sampailah dia di kamar Aaron. Dia masuk ke dalam setelah mengetuk pintu dan dipersilakan masuk oleh Aaron.
“Kenapa kau memanggilku?” tanya Lily sambil berjalan mendekati Aaron yang duduk di kasurnya.
“Ini untukmu,” ucap Aaron sambil menyerahkan beberapa tas berukuran cukup besar. Dengan ragu-ragu, Lily mengambilnya. Kemudian ia berjalan menjauh menuju sofa yang ada di ujung, mencoba untuk membuka isi tas-tas itu.
Betapa terkejutnya Lily saat melihat isinya. Sebuah gaun. Lily tercengang melihat betapa indahnya gaun itu.
“Wow! Ini sangat indah!” pujinya.
Setelah selesai dengan gaunnya, kini ia beralih pada tas yang lainnya. Dibukanya tas kedua dan isinya adalah sebuah kotak beludru besar berwarna navy. Betapa terkejutnya ia mendapati satu set perhiasan dengan berlian yang berkilauan. Lily cepat-cepat menutup mulutnya yang terbuka.
Dibukanya lagi kedua tas yang lainnya. Ternyata isinya sepatu dan tas.
Lily menoleh cepat pada Aaron yang ternyata daritadi hanya menatapnya dari belakang. “Apa ini semua untukku?” tanya Lily.
“Ya, tentu saja,” timpal Aaron. “Kau suka?” tanya Aaron.
“Well… aku suka, tapi… kau tidak mungkin, kan, repot-repot membelikan barang-barang dengan harga yang selangit itu untukku?” Sebenarnya, Lily bertanya pada Aaron atau untuk Lily sendiri? Tidak ada yang tahu. Tapi, faktanya Aaron terkejut dengan pertanyaan itu. Aaron terdiam. Dia tidak menjawab pertanyaan Lily yang terkesan ragu-ragu itu.
“Aku penasaran,” ucap Aaron sambil berjalan mendekati Lily dan berdiri di depannya. “Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” tanyanya.
“Karena… karena kita hanya sebatas orang yang terlibat dalam skandal. Dan kita juga tidak selalu dalam keadaan baik. Maksudku, kalau keadaan kita sekarang terbongkar, maka reputasi dan perusahaanmu akan tercoreng jelek. Dan aku juga tidak mau disalahkan karena itu. Jadi, kita bukan kekasih maupun teman dekat. Anggap saja aku sekarang aku sedang menumpang keamanan karena hanya kau yang bisa menjaminku sekarang. Jadi, untuk itu kau tidak perlu repot-repot memberikanku barang-barang mahal ini, kan? Dengan jaminan untuk keluargaku dan aku saja itu sudah lebih dari cukup” Jelas Lily.
Aaron terdiam. Dia seperti kehabisan kata-kata. Tidak dipungkiri, Rachel dan Lily mempunyai banyak kesamaan. Bagi Aaron.
“Aku membelinya untuk kau pakai besok di acara ulang tahun perusahaan.” Aaron menyela kesenangan Lily seakan-akan menutupi fakta bahwa dia memang ingin memberikan Lily hadian jauh-jauh hari. Namun, Lily tidak menggubrisnya. Ia masih saja senyum-senyum sendiri. Bahkan, orang lain pun dapat menganggapnya pasien yang keluar dari RSJ.
“Lagipula, kau tidak punya baju untuk dipakai besok, kan? Aku tidak mungkin mengajak kekasih yang tidak cocok berdiri di sampingk. Apa kata orang-orang nanti?”
Apakah ada seseorang yang menyadari kalau ada beribu-ribu panah yang terbang menancap di seluruh tubuh Lily? Senyum Lily yang tadinya mengembang, kini hilang seketika. Kalau Aaron berpikir Lily tidak cocok berdiri di sampingnya, lalu kenapa Aaron membawanya dan menjadikan Lily kekasihnya? Ralat, kekasih dalam skandal.
“Kalau begitu, carilah kekasih lain!” Lily tidak tahu alasannya. Ia hanya seperti ingin meneriaki Aaron yang baru saja menghilangkan senyumnya. Padahal, dia hampir saja berharap.
***
“APA?! Aaron mengatakan itu padamu?” Sungguh, Lily harus memeriksa telinganya ke THT sekarang karena suara Yocelyn yang masih berdengung di telinganya.
Sekarang Lily dan Yocelyn sedang berada di pusat kecantikan. Tapi tentu saja Lily berada di sini karena paksaan Yocelyn. Lily tidak suka hal-hal beginian. Tapi, kalau dipikir-pikir apa salahnya mencoba, sesekali. Mempercantik diri sekaligus mempersiapkan diri untuk acara ulang tahun perusahaan Aaron nanti malam.
Tapi, tujuannya bukan hanya itu saja. Lily juga berniat menceritakan semua kisah dramanya dengan Aaron pada Yocelyn. Sejak Aaron berubah sikapnya, hingga kemarin. Tapi tentunya tidak dengan cerita tentang Rachel. Itu privasi Aaron, jadi dia tidak berhak menceritakannya pada orang lain.
Sekarang, coba tebak, bagaimana sikap Lily maupun Aaron setelah malam dimana Aaron mengejeknya? Tentu saja Lily marah. Bisa dibilang, sangat marah. Lily hampir saja membuang barang-barang itu. Tapi sayang, kan, dibuang hanya karena diejek. Toh, Aaron ada benarnya, Lily tidak punya baju untuk dipakai nanti malam.
Bagaimana tidak marah, jika seorang wanita diejek seperti itu? Walaupun mereka hanya sebatas ‘kekasih skandal’, tapi tetap saja harga diri Lily terluka. Harga dirinya sebagai wanita. Oleh karena itu, Lily akan membalasnya nanti malam. Tampil dengan cantik dan menawan. Menunjukkan bahwa apa yang dikatakan Aaron itu tidak sepenuhnya benar. Diam-diam, Lily tersenyum evil saat memikirkannya. Menanti nanti malam akan jadi seperti apa.
“Dia sungguh tak berperasaan. Dia yang sudah menyulitkanmu. Kemudian berperilaku baik padamu, tapi setelah itu merendahkanmu. Lalu, bagaimana denganmu?” Yocelyn masih saja dengan wajah kesalnya yang tercampur dengan rasa penasaran yang besar.
Lily hanya mengendikkan bahunya acuh. “Dia tidak minta maafpun aku sudah memaafkannya.” Lagipula nanti malam aku akan balas dendam.
Mata Yocelyn terbuka lebar. “Apa?! Wah…Kau memang wanita suci yang pernah kukenal selain ibuku,” ucap Yocelyn takjub yang lagi-lagi hanya dijawab Lily dengan mengendikkan bahunya, tapi disertai senyum bangga.
“Tapi, kalau kau sudah memaafkannya, lalu kenapa tadi kau bilang, kau mendiamkannya seharian penuh kemarin?”
“Terkadang, jual mahal sedikit diperlukan, bukan?” Dan detik kemudian tawa mereka meledak, melupakan bahwa sekarang mereka tengan dimasker menggunakan mentimun.
“Lily?” Tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar masuk menginterupsi Lily dan Yocelyn. Lily yang merasa terpanggil, mendongak sedikit memastikan siapa yang memanggilnya. Ternyata betul. Itu Arriane.
“Aku tidak tahu kau sering kesini.” Entah itu sindiran untuk Lily atau tidak, Lily tetap tak menggubrisnya. Arriane tampaknya tak percaya melihat Lily datang ke tempat ini. Pasalnya, Arriane tahu kalau Lily tidak suka hal-hal seperti ini. Selain itu, Arriane juga terkejut. Well, Arriane tidak tahu kalau di ruangan dengan 3 tempat tidur perawatan ini ada Lily dan temannya, yang Arriane memang tahu siapa itu. Masalahnya, hanya kamar inilah yang tersisa.
“Yah, begitulah. Kau sendiri?” Sebenarnya, Lily malas bertanya yang sudah pasti ia tahu jawabannya. Tapi dia tetap menjaga kesopanannya.
“As you can see.” Jika Yocelyn tak ditahan oleh Lily sekarang, dia pasti sudah membungkam bibir sombong Arriane itu dengan batu terapi di sampingnya, atau mentimun?
“Lagipula, aku juga harus berdandan untuk acara ulang tahun perusahaan Aaron nanti,” ucap Arriane yang entah sejaak kapan sudah memakai handuk dan berbaring di ranjang samping Lily. “Ah, iya. Kau nanti malam juga datang, kan?” tanya Arriane kemudian.
“Yah, bagaimana mungkin aku tidak datang ke acara kekasihku nanti? Bisa-bisa reputasi Aaron tercoreng karenaku nanti.” Sepertinya itu bukan bibir Lily yang mengatakannya dengan angkuh? Di lain sisi, Yocelyn merasa bangga karena sahabatnya dapat membalas Arriane yang tadi sempat tertunda. Tapi detik kemudian, Yocelyn langsung memandang Lily meminta penjelasan.
“Apa?” ucap Lily tanpa bersuara. Bukan berucap, hanya menggerakkan bibirnya saja.
“Kau tidak memberitahuku nanti malam kau datang ke acara ulang tahun perusahaan Aaron,” timpal Yocelyn tanpa bersuara pula. Bahkan, ia juga menyertakan bahasa isyaratnya melalui tubuhnya juga.
“You don’t ask me.”
-----------------------------------------------------------
Tbc.
Sunday, June 10th 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...