Tok tok tok.
Ketukan pintu membuyarkan apapun yang sedang dipikirkan Aaron sekarang. Tanpa menoleh ia berkata, “Masuk.”
Tak disangka, James masuk ke kantornya. Tapi memang tidak perlu disangka, karena mereka rekan kerja di perusahaan yang sama. Jadi, mau tidak mau mereka harus selalu bertemu karena urusan pekerjaan maupun apapun itu.
“Aaron, Ayahmu menyuruhku memanggilmu ke kantornya sekarang. Dia ingin membahas perihal persiapan nanti malam,” ucap James bersahabat tapi tak menghilangkan kesopanannya.
“Oke, ayo!” seru Aaron sambil beranjak dari kursinya.
“Bagaimana bisa Dad–”
“Tadi aku sedang di ruangannya. Jadi, Mr. Audison memintaku untuk memanggilmu sekalian,” sela James cepat menjawab pertanyaan yang sudah bisa James tebak. Sedangkan Aaron hanya ber-o ria dan kemudian mereka masuk ke lift menuju lantai teratas.
“Jadi… kau sudah lama mengenal Lily?” Aaron memulai pembicaraan mereka di dalam lift.
“Kami bertemu saat di rumah sakit. Tidak terasa sudah 1 bulan lebih,” timpal James layaknya orang yang bangga akan prestasinya dan Aaron menyadari itu, yang jelas membuat Aaron kesal. Entah karena ‘umur perkenalan’ mereka yang hampir sama dengannya dan kemudian berteman atau karena cara pengucapan James barusan.
“Begitu rupanya.” Aaron berdeham. “Lily tidak pernah cerita padaku. Hahaha. Memang dasar kekasihku itu. Sudah setahun berhubungan, tapi terkadang tidak membicarakan semuanya padaku. Dia sungguh menggemaskan.” Entah mana yang fakta mana yang bukan, yang jelas dia tidak tahu bakal berkata ini. Ia bahkan selalu menekankan kata ‘kekasih’ berulang kali.
Saat mendengar Aaron barusan, membuat James tersenyum geli. Tapi ia menahan tawa yang mungkin bakal terdengar seperti tawa ledekan untuk Aaron. Ah, dia sungguh tidak tahan untuk tertawa. Akhirnya, ia hanya cekikikan. Aaron tentunya menyadarinya. Tapi ia tetap stay cool, tak tahu menahu apa yang terjadi.
“Aku sudah tahu,” ucap James tiba-tiba.
“Baguslah kalau kau sudah tahu.”
“Tentang kau bukan kekasihnya.”
Jder! Sepertinya aka nada badai dalam lift ini. Bumi dan waktu seakan-akan berhenti. Seakan-akan hanya petirlah yang terdengar, membuat Aaron tak dapat berkata apapun sekarang.
***
Aaron dan Lily sudah sampai di penthouse Aaron. Hari ini Aaron pulang lebih awal dengan alasan agar siap-siap untuk nanti malam. Setelah itu, dia pergi menjemput Lily dari pusat kecantikan.
Aaron hendak keluar dari mobilnya setelah memarkirkan mobilnya. Tapi gerakan membuka pintunya terhenti ketika menyadari Lily yang sudah turun entah sejak kapan dan membanting pintu mobil sedikit keras. Oke, kalau dipikir-pikir, mereka seperti sepasang kekasih–maksudnya, kekasih seperti pada umumnya–yang sedang bertengkar.
Setelah turun, Aaron menatap lekat-lekat punggung Lily yang dengan cepat mulai menghilang dari pandangannya. Apa dia masih marah karena kemarin ia mengejeknya? Argh. Aaron tak tahu harus bagaimana.
Untuk situasi seperti ini, Aaron memilih menuju kulkasnya dan meminum air mineral dingin untuk mendinginkan otaknya. Ia kemudian memutar tubuhnya dan sejenak menatap pintu kamar Lily yang tertutup. Ini sangat tidak baik. Situasi sekarang sangat-sangat tidak baik. Rencananya nanti malam tak akan berjalan mulus kalau Lily masih marah padanya.Rencananya nanti malam tak akan berjalan mulus kalau Lily masih marah padanya. Ah, Aaron tidak mampu dan tidak mau membayangkannya. Akhirnya, setelah mengumpulkan kekuatannya, ia pun pergi beranjak ke kamar Lily.

KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...