Sorenya, setelah Lily dan Aaron bertemu dengan keluarga Lily, Aaron langsung mengajak Lily ke suatu tempat. Dan kini disinilah mereka, di tempat yang jauh dari perkotaan.
Sebuah hamparan danau buatan yang kecil tersaji di depan mata Lily. Matanya menatap takjub sekelilingnya. Suasana sore hari dengan langit oranye menambah kesan tersendiri untuknya. Tenang. Itulah yang Lily rasakan sekarang. Tak terasa kakinya sudah meninggalkan beberapa langkah dari tempatnya tadi berdiri.
"Lily! Ayo!" Samar-samar, Lily mendengar Aaron menyerukan namanya. Ia menoleh mengikuti suaranya dan dengan sedikit berat hati, ia harus meninggalkan danau itu dan mengikuti Aaron. Ia tidak ingin tersesat.
Kini, sebuah villa, yang memang tidak semewah rumah Aaron, tepat berada di depan Lily. Tapi, jika diteliti, villa berlantai dua dengan dua balkon di luarnya itu terlihat sangat nyaman ditempati. Di sekelilingnya pun terdapat banyak tanaman hijau. Menambah sejuk udara.
"Ayo, masuk." Aaron mengajak Lily yang ternyata masih ada diluar tak berhenti terkagum-kagum. Lily pun berlari kecil mengikuti Aaron.
"Kukira hanya ada danau buatan saja. Tapi ternyata ada villa," ucap Lily sembari menghampiri Aaron.
"Karena tempatnya jauh, jadi ini untuk jadi tempat peristirahatan saja." Aaron menanggapi. Lily memandangi interior dalam villa itu sambil ber-o ria. Hangat. Itulah yang bisa Lily gambarkan sekarang.
"Bersihkan dirimu dulu, Lily. Kalau kau lelah, kau boleh istirahat di kamar itu. Kamarnya masih bersih," ucap Aaron menunjuk sebuah kamar di ujung lorong lantai dua. Lily mengikuti arahan Aaron dan masuk ke kamar yang dimaksud.
Wow. Satu kata yang bisa mendeskripsikan kamar itu. Lily tak henti-hentinya dibuat takjub oleh interior villa ini. Kata Aaron benar. Kamar ini bersih, sangat bersih. Tidak terlalu besar tapi terkesan sangat sejuk. Lily pun berjalan menuju balkon kamar itu. Udara sejuk langsung menyambutnya. Sepertinya sekarang udara di sore hari menjadi favoritnya.
Setelah menikmati udara sejuk di balkon, Lily berniat untuk mandi dan kemudian beristirahat sebentar. Ah, iya. Ia lupa. Bagaimana dengan baju gantinya?
Lily pun berlari kecil kearah tangga dan dari situ dia berseru pada Aaron, "Aaron, bagaimana dengan baju gantiku?"
Tak lama, Aaron muncul dari arah dapur. "Nanti aku ambilkan. Mandilah dulu," ucap Aaron. Kemudian Lily menurut dan kembali ke kamarnya melanjutkan ritualnya yang tertunda.
Setelah 15 menit menjalani ritualnya di kamar mandi, Lily keluar dari kamar mandi dengan bathrobe yang sudah tersedia. Di depannya sudah ada pakaian sesuai dengan kata Aaron tadi. Lily menghampirinya. Bukan pakaian untuk wanita memang. Jika dilihat-lihat, itu seperti pakaian milik Aaron. Kaos oblong hitam yang kebesaran dan juga celana training warna putih dengan garis-garis hitam di sisi kanan kiri. Jika dipakai Lily, pasti rasanya sangat hangat. Untuk dalaman Lily, untung saja Lily selalu membawa dua pasang di tasnya. Hanya untuk berjaga-jaga saja dan nyatanya sekarang terpakai.
Selesai berganti, ia pun merebahkan sebentar badannya ke kasur empuk di depannya. Nyaman dan hangat. Tak terasa hari sudah akan petang. Ia kira hari ini akan berjalan sangat lama, tapi ternyata tidak seperti perkiraannya. Entah kenapa setiap dia menjalani harinya dengan Aaron, semuanya terasa sangat cepat.
Samar-samar ia seperti mencium bau daging dipanggang. Ia juga melihat asap yang mulai mengepul dari bawah lewat balkonnya. Dengan langkah lebar dan penasaran, ia menghampiri asap itu. Di bawahnya terlihat Aaron yang sedang memanggang daging.
"Sepertinya terlihat sangat enak!" seru Lily dari balkonnya.
Aaron mendongak ke Lily dan kemudian berkata, "Turunlah. Kau pasti sudah lapar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
عاطفية(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...