Hari sudah sore. Mereka berempat–Lily, Aaron, Devian, dan Yocelyn–masih berada di kantor Aaron, berusaha mencari jalan keluar. Para wartawan masih belum pindah dari depan perusahaan Aaron. Mereka masih setia disana. Untung saja tadi Yocelyn datang membawa makan siang yang banyak. Jadi makan siang mereka tidak terlewati. James, yang tadi siang pamit untuk pergi ke suatu tempat, hingga sekarang belum kembali.
"Kalau kau lelah, tidur saja dulu," ucap Aaron pada Lily di sampingnya. Sejujurnya, Lily memang lelah. Tapi ia menolak untuk istirahat. Ia tidak mungkin membiarkan mereka bergelut dengan masalahnya sendiri tanpa Lily.
"Kita harus adakan konferensi pers dulu." Devian berucap.
"Pertanyaannya, apa yang harus dikatakan nanti?" Kini giliran Yocelyn menyuarakan pikirannya. Semua mata menatap Devian, mencoba menemukan jawaban apa yang akan dikatakan Devian. Tapi sepertinya nihil.
"Kita harus jujur." Tiba-tiba Lily mengungkapkan isi pikirannya. Tentu saja itu mendapat perhatian penuh dari semuanya. Terutama Aaron. Laki-laki yang duduk di samping Lily itu memandang Lily tak percaya.
"Ap-apa yang kau katakana barusan?" Aaron bertanya, memastikan pendengarannya masih berfungsi baik atau tidak.
"Kita harus mengatakan yang sebenarnya, Aaron," timpal Lily pasti.
"Lily, apa kau yakin?" Yocelyn kini bertanya serius pada temannya.
"Ya, aku sangat yakin." Lagipula, keputusan Lily sudah bulat.
"Apa kau sadar dengan yang kau katakan, hah?" Aaron bertanya dengan nada orang yang akan marah, tapi masih lirih.
"Aku 100% sangat sadar, Aaron. Semua harus mengetahui yang sebenarnya," ucap Lily masih keukeuh dengan keputusannya. "Lagipula... orangtuaku sudah mengetahuinya sebelum aku berangkat kesini, dan aku sudah berjanji pada Ibuku," lanjut Lily.
Aaron meremas rambutnya frustasi. Kemudian dia berdiri dan berjalan ke jendela besarnya, menatap ke bawah. Di bawah sana, wartawan masih ada dengan kamera-kamera mereka. Bahkan sepertinya semakin banyak.
"Sebaiknya kita ikuti saja ide Lily, Aaron," ucap Devian menyetujui ide Lily. "Lagipula sekarang orangtuamu sedang ada di Cina, kan? Kita harus memanfaatkan waktu kita, Aaron," lanjut Devian lagi.
Hening. Aaron tak menjawab. Tidak ada yang mengeluarkan suara.
Sambil masih menatap ke luar jendela, Aaron berkata, "Konferensi pers akan diadakan lusa." Kemudian dia berbalik menatap yang lainnya bergantian, kemudian maniknya berhenti tepat di manik Lily. "Persiapkan diri kalian." Lanjutnya, kemudian ia mengambil mantelnya dan hendak pergi.
"Kau mau kemana, Aaron? Di bawah masih ada wartawan." Devian berdiri, mencoba mencegah Aaron.
Aaron berhenti dan kemudian tanpa berbalik, ia berkata, "Marcus akan mengurus para wartawan untukku dan juga untuk kalian nanti. Lily, langsung pulanglah nanti. Aku harus pergi ke suatu tempat."
"Lalu bagaimana dengan–"
"Kita akan melakukannya dengan caraku."
***
Karena hari sudah malam, sekarang Lily sudah ada di rumah Aaron setelah menembus puluhan reporter yang dibantu oleh Marcus. Tadinya Lily bingung dengan maksud Aaron saat laki-laki itu menyuruhnya pulang. Ia bingung ia harus pulang ke rumah Aaron, atau pulang ke keluarganya. Namun, untuk menghindari kemarahan Aaron, ia pun pulang ke rumah Aaron. Untung saja tadi dia sudah pergi ke rumah sakit untuk menengok Ayahnya. Tapi kemudian Ibunya menyuruh Lily untuk pulang. Dengan masih sedikit merasa sedikit bersalah, Lily pun menurut dan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...