“Kenapa kau harus mengajakku? Aku sedang sibuk, Aaron” pekik Grace masih dengan tangan yang ditarik oleh Aaron. Grace ingin meronta dan berteriak pada kakaknya, tapi tidak mungkin. Sekarang ini mereka sedang di sekolahnya Grace. Orang-orang melihat kelakuan kakak beradik itu, seorang kakak yang sedang menarik adiknya yang sekarang sedang menahan malu.
Aaron tidak memperdulikan orang-orang disekelilingnya. Apalagi Grace yang sekarang seperti sedang menahan malu karena menjadi tontonan gratis. Grace memang terkenal, tapi sebenarnya ia tidak suka menjadi pusat perhatian. Tapi ia tak bisa menghindarinya lagi.
Mereka sudah sampai di samping mobil Aaron dan Grace langsung membuang tangan Aaron yang sedari tadi menyeretnya. “Apa kau tidak lihat daritadi ada banyak orang yang memperhatikan kita, ha? Bisa saja orang yang tidak tahu kita siapa bakalan mengira kau sedang menyiksa kekasihmu sendiri!” gerutu Grace kesal.
Aaron mendengus mendengar gerutuan adiknya. “Baiklah. Aku minta maaf. Tapi sekarang ini hal yang sangat penting. Aku butuh bantuanmu,” pinta Aaron lembut.
“Please.” Aaron sedikit merengek pada Grace. Tapi karena Grace masih merasa kesal, ia hanya melengos tak memperdulikan permintaan kakaknya.
Lama kelamaan Aaron juga kesal karena adiknya sendiri. Tiba-tiba ada ide yang terlintas di otak Aaron. Beberapa detik kemudian, Aaron dengan gerakan cepat berjongkok di depan Grace bertumpu pada lutut kanannya. Tangannya kemudian menggenggam lengan Grace yang bersedekap. Tatapannya sekarang pun seperti anak kecil yang minta dibelikan balon pada ibunya. Aaron tak peduli dengan tatapan orang-orang sekarang. Justru itu tujuannya. Grace benci menjadi pusat perhatian. Jadi, dengan cara ini Aaron yakin Grace akan mengalah.
“Ayolah, Grace. Bantu kakakmu yang tampan ini,” rengek Aaron. Ia juga tak segan-segan memasang puppy eyesnya.
“Kak, apa yang kau lakukan? Berhenti sekarang!” bisik Grace tajam pada Aaron sambil sesekali melirik kepada orang-orang yang berlalu lalang melihat mereka berdua.
“Tidak sebelum kau menyetujuinya.” Aaron masih merengek.
“Oke. Fine. Aku setuju. Aku akan membantumu. Sekarang hentikan, Kak!”
Dengan sekejap, Aaron pun langsung berdiri dan memasang senyum evilnya. Itu artinya Grace sudah kalah. Grace mendengus melihat kelakuan kakaknya yang seperti anak kecil itu. Padahal sebelumnya belum pernah Grace melihat kakaknya seperti ini. Tentu saja Grace terkejut sekaligus risih melihatnya. Mereka pun masuk ke mobil dan Aaron melajukan mobilnya ke tempat yang dituju.
Perjalanan mereka tidak memakan waktu lama. Mereka hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke pusat perbelanjaan. Tepatnya, pusat perbelanjaan yang dikelola Mrs. Audison. Saat mereka masuk, beberapa karyawan disekeliling mereka yang mengenal mereka siapa membungkuk tanda hormat. Sedangkan orang-orang hanya berlalu lalang, walaupun beberapa dari mereka juga menjadikan Aaron dan Grace sebagai objek indah untuk dilihat.
Mereka memasuki sebuah toko perhiasan. Para pegawai disana langsung menyapa Aaron dan Grace hangat dan segera melayani mereka. “Bisa tolong tunjukkan perhiasan keluaran terbaru tahun ini?” pinta Grace sopan pada pegawai di depannya.
“Ini model terbaru tahun ini.” Pegawai itu kemudian memperlihatkan sekotak perhiasan lengkap, yang terdiri dari kalung, anting, dan gelang. Semuanya terbuat dari berlian yang sangat indah.
“Perhiasan ini yang paling banyak diminati oleh para wanita. Selain itu, model ini termasuk limited edition. Jadi tidak banyak orang yang memakai perhiasan ini. Membuat Anda seperti wanita satu-satunya yang memakai perhiasan cantik ini, Nyonya.” Jelas pegawai itu runtut.
Grace mengernyit. “Jangan panggil aku Nyonya. Aku belum setua itu. Lagipula ini juga bukan untukku,” timpal Grace dengan nada bersahabat pada pegawai itu. Kemudian Grace menoleh menatap Aaron. Tapi yang ditatap malah mengerutkan keningnya bingung.
“Bukankah kau yang akan membelinya? Aku sudah memilihkannya untukmu. Bagaimana menurutmu? Suka atau tidak?” tanya Grace tak sabaran.
Setelah mengerti, Aaron langsung meneliti perhiasan yang dipilih Grace. Ia suka. Bahkan sangat suka. Tidak ada cacat dalam perhiasan itu. Sempurna. Bahkan, akan terlihat semakin sempurna jika Lily yang memakainya. Tanpa sadar, Aaron tersenyum sendiri saat membayangkan Lily yang sedang memakai perhiasan itu. Aaron memang berniat membelikan hadiah untuk Lily. Entah kenapa Aaron sangat ingin memberikan Lily sebuah hadiah.
“Oke. Aku ambil itu,” ucap Aaron pada pegawai itu.
Setelah selesai dengan perhiasan, Aaron dan Grace menuju ke sebuah butik. Di dalamnya banyak sekali gaun yang sangat indah. Membuat Aaron kebingungan memilih. Tiba-tiba saja ia jadi mengerti kenapa wanita sangat sulit memilih gaun diantara banyak gaun yang indah, seperti di depan matanya saat ini. Sedangkan Grace, ia kegirangan melihat semua gaun cantik yang ada di butik itu.
“Tolong carikan aku gaun yang paling indah dan menawan,” pinta Aaron pada pegawai di depannya. Tunggu dulu, dimana Grace? Aaron menoleh kesana kemar mencari Grace yang sudah tidak ada di sampingnya. Ternyata, Grace ada di ujung butik yang entah sejak kapan sudah mengganti dirinya dengan gaun berwarna ungu, warna kesukaannya. Gaun itu memang terlihat sangat indah dan sangat pas dengan Grace.
Aaron menghampiri Grace. “Kau suka?” tanyanya membuat Grace terlonjak kaget. “Kalau kau suka, aku akan belikan untukmu. Sebagai tanda terimakasihku karena kau sudah menemaniku hari ini.” Lanjut Aaron.
Grace langsung berteriak melompat memeluk Aaron tidak mempedulikan pandangan orang-orang disekitarnya. Biarlah. Yang terpenting hari ini dia dibelikan gaun kesukaannya oleh kakaknya sendiri. “Thank you, my lovely brother,” ucap Grace manis lalu kemudian mencium pipi Aaron, membuat Aaron langsung melepas pelukan Grace yang kini seperti anak kecil.
“Ini, Sir.” Tiba-tiba seorang pegawai wanita menginterupsi sambil menunjukkan gaun yang dibawa oleh beberapa pegawai bawahannya. Aaron langsung meneliti satu persatu. Pilihannya pun jatuh pada gaun yang dibawa oleh pegawai yang terakhir.
“Tolong bungkuskan yang itu,” ucap Aaron sambil menunjuk gaun yang dimaksud. Pegawai itu pun mengerti dan langsung membungkusnya.
Cukup lama Aaron dan Grace berada di pusat perbelanjaan. Hari sudah mulai petang. Setelah membeli gaun tadi, tak lupa Aaron juga memilih tas dan sepatu, yang tentunya memakan waktu lama untuk memilihnya. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang.
“Kak, boleh aku bertanya?” Tiba-tiba Grace bersuara.
“Apa?” Aaron hanya menoleh sekilas kemudian kembali fokus pada jalanan di depannya.
“Untuk apa barang-barang tadi itu? Kau belum mengatakan alasannya padaku tadi” Oh iya, benar. Aaron lupa memberitahu Grace.
“Untuk Lily,” jawab Aaron kilat.
“Oh, jadi untuk kekasihmu itu.” Grace mengangguk mengerti, dan tentu saja dia belum tahu hubungan Lily dan Aaron sebenarnya.
“Begitulah.”
“Kau sepertinya sangat mencintainya. Kau bahkan belum pernah melakukan ini sebelumnya, apalagi pada Rachel. Bahkan kau sampai merengek padaku tadi. Hahaha. Kalau dipikir-pikir, lucu juga tadi itu saat melihat wajahmu, kak. Lain kali lakukan itu lagi dan aku akan menurutimu. Hahaha.” Grace terkikik mengingat Aaron yang tadi siang merengek pada Grace untuk menemaninya.
Aaron tersenyum simpul. “Begitulah.”
Ya, entahlah. Aaron memang tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Bahkan pada Rachel. Ia dulu hanya sering memberika Rachel sebuket Bunga Lily yang masih segar setiap harinya dan beberapa boneka yang lucu. Karena memang itu yang diinginkan Rachel. Wanita itu tidak suka diberikan barang-barang mahal. Tapi, mencintai Lily? Apa itu benar? Aaron pun juga tidak tahu dia bisa mencintai wanita selain Rachel lagi atau tidak.
-----------------------------------------------------------
Tbc.
Thursday, May 31st 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Roman d'amour(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...