9 | Dinner

3.2K 155 1
                                    

Sinar matahari menyeruak masuk lewat jendela besar di samping kanannya. Mata Aaron pun terbuka karena itu. Ia menggeliatkan badannya dan mengucek matanya. Ia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Badannya sudah lengket-lengket dan ia harus pergi ke kantor.

“Apa jadwalku nanti?” tanya Aaron pada Marcus setelah duduk di kursi belakang mobil. Kini, mereka sudah siap menuju mobil. Penampilan Aaron juga sudah sempurna untuk ke kantor.

“Jam 8 pagi nanti Anda ada rapat dengan Presdir Lee dari Korea Selatan. Jam 10 rapat dengan para pemegang saham. Jam 12, makan siang dengan Tuan Nakamoto. Setelah makan siang, Anda masih harus meneliti proyek yang ada di Washington. Kemudian jam 7 malam nanti, makan malam bersama dengan Keluarga Anda,” jelas Marcus panjang lebar saat mereka sedang di perjalanan menuju kantor. Hari ini ia akan sibuk seharian.

***

Aaron sudah berpakaian rapi. Well, pakaian yang masih sama sejak tadi pagi. Tapi, ia rubah dandanannya sedikit. Malam ini, ia akan makan malam lagi dengan keluarganya. Seharian penuh ini ia sudah disibukkan pekerjaannya yang padat. Jadi, malam ini ia harus menepati janjinya pada Ibunya untuk makan malam bersama. Terlebih lagi, dia tak mau memiliki masalah lagi dengan Ayahnya. Mengingat apa yang terjadi kemarin.

Mobilnya sudah diberikan pada petugas valet. Ia memang menyetir sendiri malam ini. Sepasang kakinya pun berjalan menuju meja yang sudah dipesan keluarganya.
Dapat terlihat terdapat meja persegi panjang dengan 10 kursi di sekelilingnya. Dari 10 kursi itu, sudah terisi 3, yang pastinya itu adalah orang tua Aaron dan adiknya. Aaron mengambil kursi di samping kanan Alexandria. Claus duduk di kursi utama. Grace dan Alexandria duduk di samping kiri dan kanan Claus.

“Hi, my brother,” sapa Grace manis pada kakaknya.

“Kau terlambat, lil son,” kata Alexandria mengerling pada Aaron.

“Oh, come on, Mom. Ini baru jam 07.03 malam. Apakah 3 menit dihitung terlambat?” timpal Aaron. “Dan, Mom. Tolong jangan memanggilku dengan sebutan itu,” lanjut Aaron memasang wajah pura-pura kesal. Alexandria hanya cengingisan.

Tak lama kemudian, Devian datang dan menyapa semua yang ada di sana. Devian mengambil kursi di samping Grace. Seperti biasa, walaupun ini acara keluarga, Aaron pasti akan mengajak Devian bergabung.

“Hi semuanya. Maafkan kami karena terlambat.” Suara wanita paruh baya menghambur dari kejauhan. Ia berjalan kearah meja dan berpelukan dengan Alexandria. Sesuai dengan dugaan Aaron, keluarga Arriane juga pasti akan datang. Dan ta-da! Mereka sudah ada di meja makan ini. Mereka juga membawa keluarga mereka lengkap.

Mereka berbincang-bincang dan tertawa bersama. Arriane yang duduk di samping Aaron hanya tersenyum menimpali kata-kata para orang tua. Terkadang, Devian dan Grace juga ikut nimbrung bersama mereka. Aaron lah yang terdiam. Setahu Aaron, Alexandria dan Ibunya Arriane memang sudah berteman sejak kuliah. Untuk Ayahnya, itu karena mereka rekan bisnis.
Masih ada dua kursi kosong di samping Devian. Entah siapa lagi yang diundang Ayahnya malam ini. Tapi, yang pasti Aaron ketahui, hanya akan ada 9 orang yang datang malam ini. Jadi, nanti sisa 1 kursi.

“Tolong maafkan aku, karena telah membuat kalian menunggu.” Tiba-tiba James datang entah dari mana sambil menenteng tas kerja dan coat biru tua panjangnya. Aaron memandang sengit James. Tak disangka Aaron, Ayahnya mengundang James malam ini. Aaron mengendus pelan memalingkan wajahnya.

“Ya, tak apa-apa. Duduklah.” Claus mempersilakan James duduk. “Kau pasti langsung datang dari kantor. Dapat terlihat dari tas kerja yang masih kau tenteng. Kau pasti bekerja keras,” kata Claus sambil menunjuk tas kerja James di kursi sampingnya dengan dagunya. Aaron tahu, barusan saja Ayahnya sendiri menyindir Anaknya. Grace, Devian, dan Alexandria yang mengetahui itu juga hanya tersenyum pada James.

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang