42 | Someone

1.9K 104 0
                                    

Pagi sudah menyapa. Dan Lily sudah bangun lebih pagi.

"Aaron, bisa kau antarkan aku?" Tiba-tiba Lily yang baru saja turun berseru pada Aaron yang rupanya baru saja selesai berolahraga.

"Kemana?" Aaron bertanya sambil mengusap keringat yang berucap di dahinya dengan handuk kecil yang ia sampirkan pada pundaknya.

"Aku ingin ke rumah sakit."

"Tapi–"

"Please." Lily merengek.

Aaron mendengus karena Lily. Ia mengalah. "Baiklah. Aku mandi dulu." Kemudian ia menghilang ke kamarnya. Lily tersenyum girang dan kemudian menunggu Aaron.

Dua puluh menit kemudian, Aaron keluar dari kamarnya. Kaos polo v-neck merah dibalut jas hitam ditambah jeans. Penampilan Aaron yang lain. Lily belum pernah melihat Aaron yang ini. Ia menganga melihat Aaron yang so handsome. Aaron terlihat seperti seorang remaja.

​"Aku tahu aku tampan," celetuk Aaron tiba-tiba, membuyarkan lamunan Lily.

Cih, tidak bagiku." Terkutuklah bibir Lily ini yang berbohong. "Ayo! Kau membuang-buang waktu." Lily mengacuhkan tatapan Aaron yang sedang menggodanya dan beranjak keluar menuju mobil Aaron.

Di dalam mobil, Lily ingin mengajak Aaron bicara karena perjalanan mereka akan memakan waktu yang sangat lama. Tapi ia tidak tahu apa yang harus dibicarakan. Dia kehabisan topik karena tadi Aaron menangkap basah Lily yang sedang mengagumi ketampanan Aaron. Jika mengingatnya, Lily menjadi malu sendiri.​

"Ehem." Lily berdeham. Sesekali ia melirik ke Aaron yang sepertinya tidak merasa terganggu oleh Lily.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi malam," ucap Lily tadi malam. Berhasil. Aaron menatap bingung Lily selama beberapa detik dan kemudian kembali fokus menyetir.

"Pertanyaan yang mana? Bukannya aku sudah menjawab semuanya?" Aaron balik bertanya dengan dahi yang berkerut, mengingat pertanyaan yang mana tepatnya yang Lily maksud.

"Jadi, kau ingin menikah... denganku?"

Aaron menoleh pada Lily, tapi tak mengatakan apapun. Ia kembali fokus pada jalanan.

"Aaron!"

"Hm."

"Aaron!"

"Hm."

"Aaron, jawab aku!"

"Apa, honey?"

"Jangan memanggilku honey kalau kau tidak serius!" pekik Lily tiba-tiba.

Aaron menghentikan mobilnya secara tiba-tiba, membuat badan Lily tersentak ke depan. Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut sekarang. Melainkan apa yang baru saja ia katakan. Ia juga tidak tahu maksud perkataannya sendiri tadi. Ya ampun, sekarang dia tidak berani memandang Aaron yang Lily yakin sedang menatap Lily menuntut jawaban. Lily justru mengeratkan pegangannya pada sabuk pengamannya.

"Apa maksudmu?" tanya Aaron.

"Ap-apa?" Lily merutuki dirinya yang tiba-tiba gugup dan jadi tergagap.

"Kau tahu maksudku, Lily. Aku tahu kau pintar. Jangan berlagak bodoh!" Aaron semakin mendesak Lily.

"A-aku tidak berlagak bodoh!" seru Lily. Tapi tatapannya masih tetap ke depan, menghindari Aaron.

Aaron mendengus, kemudian dia berkata, "Lihat aku, Lily!" Tapi Lily tetap tidak bergerak.

"Lily," panggil Aaron gemas.

"Ini sudah jam berapa, Aaron? Cepat jalankan mobilnya! Aku sudah rindu berat pada keluargaku!" Lily mengubah topik pembicaraan mereka. Selama beberapa detik, tidak ada pergerakan. Semuanya hening. Aaron masih menatapnya. Tapi kemudian ia kembali ke posisi tempat duduknya dan kembali menyetir.

Di dalam hati, Lily merutuki dirinya sendiri. 'Dasar bodoh! Apa yang kau harapkan, Lily?'

***

Dad!" seru Lily sedetik setelah ia masuk ke ruang inap Daniel. "Aku sangat merindukan kalian!" seru Lily lagi sambil memeluk Daniel dan Juliana bergantian. Sebenarnya Daniel sudah siuman sehari setelah dibawa ke rumah sakit. Tapi dokter tetap menyuruh Daniel di rawat di sini saja.

"Aaron, kau datang juga rupanya. Apa kalian sudah sarapan?" tanya Juliana kemudian.

"Lily tadi merengek untuk cepat datang ke sini. Jadi, kami sarapan di kantin rumah sakit barusan," timpal Aaron jujur.

"Aku tidak merengek!" sergah Lily cepat.

"Sudah sudah! Ibu percaya pada Aaron. Lagipula merengek itu memang sifat aslimu," ucap Juliana. Aaron sudah akan tertawa tapi kemudian ia tahan karena Lily yang sudah akan mengeluarkan apinya.

"Mom! Sebenarnya aku ini anak siapa, sih? Kenapa Mom membela Aaron?"

Kau sangat kekanakan sekali, Lily. Lagipula Mom benar." Daniel menyambung, membuat Aaron tersenyum menang. Sedangkan Lily semakin dibuat kesal.

"Selamat pagi, Mr. Jones." Tiba-tiba seorang laki-laki berjubah putih dengan stetoscope yang tergantung di lehernya masuk ke ruangan di damping dengan suster di belakangnya. Laki-laki itu seumuran dengan Lily. Wajahnya tampan. Senyumnya manis. Mengingatkan Lily akan seseorang.

"Luke?"
——————————————————————————
Tbc.
Monday, 21 January 2019

Jangan lupa follow akun ig baruku yaa, klo yg mau quotes2 gitu wkwkwk😇 aku juga upload aktivitas cerita wattpaku di akun itu. yg mau minta follback juga boleh kok, tinggal dm ajaa☺️😊

akun ig baru : @ankaafw
personal ig : @a.nkaafw

tysm
enjoy❤️
Ankaafw

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang