44 | Confused

2K 103 0
                                    

Lily rindu rumahnya di desanya. Lily rindu sekolahnya. Lily rindu keluarganya. Lily rindu teman-temannya di sekolahnya. Lily rindu makanan di kantin sekolahnya. Lily rindu pelajaran Mr. Tony. Yang jelas, sekarang Lily rindu kehidupannya yang dulu.

Bukan berarti Lily tidak suka dengan kehidupannya. Hanya saja, ia tak pernah menduga bahwa hidupnya akan berubah seratus delapan puluh derajat sekarang. Terjebak dalam beberapa masalah dengan seorang CEO tampan dan kaya, Aaron. Itu tidak pernah ada di daftar keinginannya. Tapi, ternyata inilah keadaannya sekarang. Bahkan sekarang lebih buruk dari itu.

"Kapan Mom dan Dad akan sampai?" tanya Aaron pada Devian sambil beberapa kali melihat jam tangannya.

"Sekitar 20 menit lagi," timpal Devian. Sekarang jam 12 siang. Itu berarti orangtua Aaron akan sampai jam 12.20 siang nanti.

Kaki Lily tidak bisa berhenti bergerak. Jari jemari Lily saling meremas satu sama lain. Ia tidak pernah berhenti menggigiti bibirnya. Jantungnya berdegup kencang. Entah apa yang akan dikatakan orangtua Aaron nanti. Ia takut kalau Mrs. Audison marah padanya. Ah, dia tidak bisa membayangkannya.

"Ah, tidak. Aku tidak bisa tenang sekarang," gerutu Lily.

"Jangan khawatir. Mom dan Dad pasti akan mengerti." Aaron meyakinkan.

"Tapi... aku takut," ucap Lily lirih.

"Jangan takut. Ada aku disini." Aaron menggenggam tangan Lily kuat. Menyalurkan kekuatan pada Lily. Benar saja. Lambat laun, perasaan takut Lily mulai pudar. Digantikan dengan ketenangan.

Tepat setelah Lily sudah tenang, tiba-tiba pintu kantor Aaron terbuka lebar. Menampilkan kedua orangtua Aaron. Terkutuklah Devian yang bilang pada Aaron kedua orangtuanya akan tiba 20 menit lagi. Nyatanya menjadi 10 menit lebih cepat. Aaron sudah akan membunuh Devian sekarang.

"Apa kalian menunggu kami?" Alexandria berseru sambil berjalan kearah Aaron. Kemudian dia memeluk Aaron seakan-akan sudah meninggalkan anaknya lama sekali, padahal hanya 2 minggu. Kemudian, pelukannya beralih pada Lily.

Apa kabarmu, Sayang? Aaron tidak menyakitimu, bukan?" tanya Alexandria pada Lily.

"Untungnya saja tidak," gurau Lily.

"Aku harap tidak ada masalah dengan perusahaan selama kami pergi." Tiba-tiba Claus berucap pada Aaron. Lily sempat melirik Aaron. Ternyata Aaron memang pandai akting. Lihat saja, dia sudah seperti profesional yang menyembunyikan fakta. Cukup hanya diam dan tenang, dan semuanya terkendali. Begitulah Aaron, menurut Lily.

"Aku harap setelah masalah kemarin, tidak akan ada lagi masalah lain yang timbul," ucap Alexandria membuat Aaron dan Lily terdiam bingung. Begitu pula dengan Devian.

"Maksud Mom?" tanya Aaron.

"Kau kira kami tidak tahu tentang konferensi persmu kemarin itu?" Bukan Alexandria yang menjawab. Justru Claus lah yang berucap. Aaron ingin mengatakan sesuatu. Tapi tak jadi. Sedangkan Lily, ia hanya terdiam tak tahu harus bagaimana.

"Kau ini, jangan lakukan itu di depan media!" Alexandria berucap sambil memukul kecil lengan Aaron. Aaron dan Lily sama-sama menatap Alexandria heran.

"Jangan terlalu banyak mengumbar keromantisan kalian di depan media, Aaron! Kau ini memang benar-benar mirip dengan Dad," celetuk Alexandria.

Pipi Lily sudah memerah. Bibir Aaron tertutup rapat-rapat. Sedangkan Devian justru menahan tawanya yang sudah akan meledak saat melihat temannya sedang diserbu orang tuanya.

"Sudahlah, Mom. Jangan bahas itu. Sepertinya mereka sudah malu sekarang. Hahaha." Lily tidak tahu bagian mana perkataan ayah Aaron yang lucu yang bisa membuat orangtua Aaron tertawa tertawa.

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang