SIDESTORY : MENS NIGHT OUT

2.8K 94 0
                                    

Bunyi alunan beat musik memekakkan telinga semua orang yang ada di klub. Namun, mereka seakan-akan tak peduli. Kebanyakan dari mereka justru menari mengikuti irama musik, sebagian dari mereka saling mengobrol dengan orang asing maupun teman mereka, dan sebagiannya lagi hanya minum sendiri di meja bar.

Aaron, Devian, James, dan Luke duduk di kursi melingkar yang ada di ujung ruangan. Tidak seperti James, Luke, dan Devian yang sedang menikmati minuman mereka, Aaron justru hanya duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya dan tatapannya lurus tajam ke depan.

"Ayolah, Aaron. Jangan seperti itu dan nikmatilah malam ini," ucap James tiba-tiba. "Terkadang, kau perlu bersenang-senang daripada harus berada di ruang kantormu itu," tambahnya lagi sambil meminum wiskinya.

"Jangan bilang kau masih marah karena Devian tadi?" ujar Luke yang kemudian membuat James ikut tertawa dengannya.

Sementara itu, Devian kemudian menatap Aaron sambil cengingisan sendiri. "Ayolah, maafkan aku, Aaron. Aku pikir kalian sedang ngobrol biasa saja. Kalau aku tahu kalian sedang bersenang-senang, aku tidak mungkin akan mengganggumu, kan?"

Aaron melirik tajam pada Devian. Sementara yang lainnya tertawa geli, Aaron kemudian meneguk minumannya langsung habis dalam sekali minum.

"Masih tidak bisa kupercaya kalian hampir melakukannya di kantor," ujar Luke tiba-tiba dengan tatapan menerawang seolah-olah sedang membayangkannya.

"Itu perusahaanku, jadi aku bisa melakukannya, dimanapun dan kapanpun tak masalah selama dengan itu dengan Lily," ujar Aaron santai yang entah kenapa membuat yang lainnya menatap Aaron tak percaya.

"Aku jadi tidak yakin kau mencintai Lily atau tidak, melihat nafsumu yang sangat besar itu," celetuk James.

​"Percayalah, awalnya aku juga tidak yakin pada diriku sendiri, apakah ini cinta atau hanya nafsu," ucap Aaron sambil menatap lurus ke depan seolah-olah sedang menerawang ke masa lalunya.

"Setiap kali berada di dekatnya, sesuatu dari dalam diriku yang sudah lama terpendam rasanya seperti selalu ingin keluar. Sudah lama aku tidak pernah merasakan perasaan semacam itu, sejak terakhir kali saat aku masih bersama Rachel dulu. Dan kini, Lily seolah-olah membangunkan itu semua," ucap Aaron panjang lebar. "Dia cantik dan juga kadang terlihat seksi walaupun dia tidak berusaha untuk seksi. Perilakunya yang terkadang polos membuatku seakan-akan ingin menerkamnya saat itu juga. Setiap kali berada di dekatnya aku tidak pernah bisa menahan gejolak untuk memilikinya seutuhnya. Dia seperti menarik diriku dan membuatku mengeksploitasi dirinya."

"Kenapa tiba-tiba aku merinding setelah mendengarkannya?" celetuk Devian tiba-tiba sambil berpura-pura merinding dan setengah memeluk dirinya sendiri.

"Dalam beberapa saat, aku pernah berpikir, aku tidak akan bisa hidup tanpanya. Jika ia menghilang, akan kucari dia sampai ujung dunia, walau harus kuserahkan diriku. Aku akan mengorbankan hidup dan matiku hanya untuknya," ucap Aaron dengan nada serius. Bahkan, Devian yang sudah bekerja lama dengan Aaron, baru pertama kali ini ia merasakan keseriusan Aaron.

"Aku jadi teringat masa lalu," ucap Luke tiba-tiba. Sementara yang lainnya pun menatap Luke, menunggu apa yang akan dikatakan laki-laki itu.

"Kalian tahu? Aku menjadi dokter karena Lily," ucap Luke kemudian.

"Dude, kukira kau menjadi dokter karena seluruh keluargamu berasal dari latar belakang kedokteran!" seru Devian tak percaya.

​Luke tertawa kecil. "Bukan. Tadinya aku sama sekali tidak tertarik dengan kedokteran, karena kurasa aku tidak punya jiwa sosial yang besar. Tapi, waktu itu Lily pernah berkata padaku kalau ia akan suka memiliki pacar seorang dokter dengan jiwa sosial yang besar, tiba-tiba saja aku mengubah cita-citaku dari seorang fotografer menjadi seorang dokter," jelas Luke panjang lebar.

"Lily tidak pernah bercerita kalau ia ingin mempunyai pacar seorang dokter," celetuk Aaron yang tiba-tiba saja merasa cemburu. Sementara yang lainnya tertawa geli.

"Kita tidak tahu masa depan, kawan. Mungkin saja ia memang ingin menjadi istri seorang dokter, tapi justru ia mendapatkan seorang triliuner," celetuk James yang kemudian membuat kepercayaan diri Aaron kembali meningkat.

"Dulu aku pun juga tidak menyangka kalau Lily mampu membuatku berubah drastis tanpa ia sadari. Dan tanpa kusadari pula, aku jatuh cinta padanya, dia cinta pertamaku," ucap Luke menerawang masa lalunya dulu bersama Lily.

"Aku  tidak tahu perasaannya padaku dulu seperti apa. Tapi, aku hanya menjalaninya dengan santai. Aku hanya tahu kalau kami hanya selalu bersama. Bepergian bersama, belajar bersama, tertawa bersama, sedih bersama, bermain bersama, dan masih banyak lagi. Dia adalah perempuan yang periang, maka dari itu aku nyaman bersamanya. Dan aku beberapa kali berpikir kepolosannya membuat dirinya sangat gemas dan membuatku jatuh padanya beberapa kali tanpa kami sadari."

"Wow, rupanya kalian sama-sama sahabat yang baik," sindir Aaron tanpa sengaja.

"Well, bahkan dia terlalu baik padaku. Dia selalu menolongku saat aku kabur dari rumah dan membiarkanku tidur bersamanya."

Tiba-tiba saja terdengar bunyi semburan air yang ternyata Aaron baru saja menyemburkan wiski yang baru saja ia minum. Ia terkejut bukan main saat mendengar kalau Lily pernah membiarkan Luke tidur bersamanya.

"Apa?! T-tidur b-bersama?!" Aaron bahkan merasa ngelu saat mengatakannya.

"Walaupun kami sudah remaja, kami dulu sangat polos. Kami tidur bersama atau mandi bersama itu menurut kami adalah hal yang wajar," terang Luke seperti tak memiliki dosa apapun.

Kedua bola mata Aaron tampak melebar tanpa bisa ia kontrol. "M-mandi bersama?!" Aaron mengulangi perkataan Luke dengan susah payah. Sementara Luke hanya mengangguk kecil tak menyadari Aaron yang sedang cemburu setengah mati.

"Baru kali ini kutemui itu adalah hal yang wajar," ucap Devian berusaha untuk membela Aaron.

​Lagi-lagi Luke tertawa geli. "Tenang, Aaron. Itu hanya masa lalu," ujarnya.

"Tapi tetap saja kau sudah melihat badannya!" seru Aaron tak terima.

"Y-ya, memang. Tapi─"

​"IYA?! ITU BERARTI KAU SUDAH MELIHAT SEMUANYA?!" Tiba-tiba Aaron berdiri dan menatap Luke seakan-akan ia akan memakan Luke saat itu saja.

"Wo wo wo, tenang, Aaron!" seru Devian yang juga ikut berdiri takut Aaron akan menghajar Luke di tempat.

"Aaron, jangan tanggapi perkataan Luke dengan serius!" seru James setengah berbisik yang kini sudah berdiri juga.

Tiba-tiba Luke tertawa keras sekali. Bahkan, saking kerasnya membuat ia meneteskan beberapa tetes air mata sambil memegang perutnya yang sakit akibat tertawa terlalu keras.

"Aaron, aku hanya bercanda. Aku tidak akan pernah melihat seluruh badan Lily," ucap Luke disela-sela tawanya yang keras. Sementara James dan Devian hanya menggelengkan kepalanya karena melihat tingkah dua temannya yang seperti anak kecil.
​Seketika emosi Aaron menjadi lebih stabil daripada sebelumnya. Ia pun duduk kembali dan meneguk wiskinya.

"Tapi, kuakui, aku hanya melihat paha, punggung, dan perutnya saja," ucap Luke tiba-tiba.

Luke memang pandai menyulut api cemburu dari dalam diri Aaron. Lihat saja sekarang, dadanya sudah naik turun karena amarah cemburu dan matanya terbelalak tak percaya. Dalam hati, ia hanya berbicara, "Hukuman akan datang."
—————————————————————————
Tbc.
Tuesday, 11 June 2019
Hiyaaa hiyaaaaa perasaannya Luke ke Lily dalem amatttt🥺🥺 btw, aku kasik bocoran ajaa... nanti seri ketiga dari BLS itu ceritanya tentang Luke, ditunggu aja yaaa🤭🤪

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang