12 | Longest Day Ever

3K 148 0
                                    

“Lalu, apa jalan keluarnya?” tanya Yocelyn. Ia tampak sedikit kesal pada Aaron. “Kau pasti punya jalan keluarnya, kan?” tanya Yocelyn tak sabaran.

“Sedang kupikirkan,” ucap Aaron lesu.

“Apa? Sedang kau pikirkan? Kau baru memikirkan sekarang, saat semua sudah terjadi? Saat Lily sudah terlibat? Seriously?” Yocelyn tampak marah. Ia menatap Aaron tak percaya. Ia tak suka jawaban Aaron.

“Yocelyn, tenanglah. Semuanya sudah terjadi. Aaron juga tidak tahu kalau akan jadi seperti ini. Jangan salahkan Aaron terus. Kita pasti akan menemukan jalan keluarnya.” Lily menenangkan Yocelyn sambil memegang lengannya.

“Tapi, Lily. Tidak bisakah kau melihat kondisi sekarang ini? Ini sangat rumit. Bagaimana nanti pandangan orang tentangmu? Tentang keluargamu?” Kini suara Yocelyn sudah agak tenang, walaupun ia tak bisa berhenti menatap tajam Aaron yang sudah tampak lesu. Aaron hanya menunduk dengan kedua mata terpejam.

“Sudahlah, Yocelyn. Lagipula aku dan Aaron juga tidak mempunyai hubungan apapun. Kita tinggal bilang yang sejujurnya,” ucap Lily masih dengan tenang. Walaupun Lily sendiri juga gelisah, tapi ia mencoba tetap tenang.

“AARON SEBASTIAN AUDISON.” Tiba-tiba pintu ruangan Aaron terbuka kasar. Karena terkejut, Aaron, Lily, dan Yocelyn langsung berdiri. Tampaklah kini seorang pria paruh baya bersama dengan wanita paruh baya yang diyakini Lily sebagai orangtua Aaron. Marcus juga masuk tergesa-gesa, tapi kemudian keluar saat Aaron menyuruhnya.

Kini, Lily baru merasa ketakutan. Ia menggenggam erat kedua tangannya sendiri. Menatap takut orang-orang di hadapannya. Pria paruh baya, yang sepertinya adalah ayahnya Aaron itu tampak marah sekali dengan Aaron. Tapi Aaron hanya menatap Claus tajam. Aaron pun berjalan ke Claus dengan langkah pelan.

“Aaron, apa maksudnya ini semua?” bentak Claus sambil membuang sebuah Koran ke wajah Aaron. Semuanya dapat melihat headline Koran pagi itu menampakkan wajah Aaron dan Lily dari arah samping.

“Kau bisa saja memalukan keluarga, tapi bukan begini caranya! Kau tahu sendiri sudah ada Arriane yang akan dijodohkan denganmu. Kenapa kau berbuat seperti ini? Memangnya siapa wanita itu?” tanya Claus dengan nada suara sedikit meninggi.

“Dia bukan wanita sembarangan,” ucap Aaron pelan namun tegas. Detik kemudian Aaron menarik pinggang Lily yang berdiri di sampingnya.

“Dia kekasihku.”

Lily sadar. Bahkan sangat sadar. Pernyataan Aaron yang hanya 2 kata dalam 1 kalimat itu akan mengubah besar keadaannya. Memutar balik semuanya. Bahkan, merubah kehidupannya.

***

Kini, di ruangan itu hanya ada Lily dan Aaron. Yocelyn dengan sangat terpaksa harus keluar agar memberikan mereka ruang. Sedangkan orangtua Aaron sudah pulang setelah tadi beberapa menit berdiskusi dengan Aaron dan Lily. Aaron yang tadinya bersandar di meja nya dengan bersedekap mengambil tempat duduk di samping Lily.

“Kau tidak apa-apa? Maafkan aku karena membuatmu terkejut dengan pernyataanku tadi.” Aaron berkata dengan sungguh-sungguh. Tapi, memang yang namanya Aaron. Ia tidak pandai menyampaikan sesuatu dengan baik. Walau menurut Aaron, dengan sorot matanya saja sudah cukup. Tapi, mungkin tidak bagi orang lain.

Lily melirik Aaron sekilas. Saat melihatnya, Lily sangat ingin tertawa. Melihat wajah Aaron yang sangat lucu dengan wajah penuh rasa menyesal. Rasanya, Lily ingin mengerjai Aaron.

Lily pura-pura memasang wajah kesalnya. Ia memalingkan wajahnya dari Aaron. Sebenarnya, Lily memang pandai berakting. Siapapun yang melihat Lily sekarang, pasti mereka akan mengira Lily benar-benar marah. Tak terkecuali Aaron.

Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang