Tak terasa hari ini sudah datang. Lily sudah bersia-siap untuk konferensi pers yang sudah mereka rencanakan. Aaron masih belum pulang ke rumah sejak kemarin lusa, dan itu sedikit banyak membuat Lily khawatir. Tapi di lain sisi, Lily ingin jujur dan ingin mengatakan pada Aaron kalau ia merindukan laki-laki itu.
"Lily, apa kau sudah siap?" tanya Yocelyn membuyarkan lamunan Lily setelah masuk ke sebuah ruangan di perusahaan Aaron, tempat Lily menunggu. Entah apa yang ia tunggu. Lily pun menjawab Yocelyn dengan anggukan.
"Apa Aaron sudah datang?" tanya Lily dengan cemas.
Yocelyn menatap Lily, seperti merasa bersalah. Kemudian ia menggeleng sebagai jawaban. Rasa di dada Lily masih belum luntur. Perasaan kehilangan.
"Baiklah, Lily. Kau tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?" tanya Devian tiba-tiba yang sudah masuk ke ruangan itu juga. Tangannya membawa beberapa lembar kertas, yang Lily tidak ketahui apa itu.
"Aku tahu," timpal Lily lirih sambil mengangguk, walaupun seperti ada keraguan.
"Bagaimana dengan Aaron?" Lily bertanya tentang Aaron lagi.
"Jangan khawatir, Lily. Dia tahu apa yang harus dilakukan. Aku yakin itu. Apapun itu caranya, ia tahu mana yang terbaik untuk semua. Dan yang terbaik itulah pilihannya." Devian mencoba meyakinkan Lily.
Perlahan, Lily tersenyum. Ada perasaan tenang di dalam diri Lily. Hari ini adalah hari besarnya. Lily harus bisa melewatinya. Bersama atau tidak bersama Aaron.
Lalu, Devian membukakan pintu untuk Lily. Cahaya putih dari kamera-kamera para wartawan yang ada di sana mulai menghiasi jalan Lily menuju panggung kecil. Untungnya, Lily sudah mulai terbiasa dengan itu.
Lily sudah sampai di atas panggung. Di depannya sudah ada microphone tinggi. Ia melihat ke puluhan wartawan di depannya. Walaupun perasaan gugup mendominasinya sekarang, tapi ia harus segera mentuntaskan ini.
"Ehem." Lily berdeham, melakukan testing pada microphone.
"Selamat pagi, semuanya. Saya Lily Anandea Jones." Lily memperkenalkan diri. Walaupun itu sebenarnya tidak perlu, karena nama Lily sudah terkenal sebelum ini. Jujur saja, Lily melakukan ini karena gugup. Semua yang ada di latihannya kemarin hilang entah kemana.
Para wartawan yang tadinya berisik pun, kini mulai hening. Menunggu apa yang akan dikatakan Lily selanjutnya.
"Di konferensi pers ini, saya ingin meluruskan tentang hubungan saya dan Aaron Sebastian Audison." Lily kesusahan menelan ludahnya saat menyebut nama Aaron. Ia bahkan tak tahu kenapa ia menyebut nama lengkap Aaron.
"Hubungan saya dan Aaron–"
Tiba-tiba suara sebuah helikopter menenggelamkan suara Lily. Helikopter itu mendarat di jalan besar tepat di belakang para wartawan. Secara otomatis, para wartawan menoleh ke belakang. Begitu pula dengan Lily. Ia menyipitkan matanya, berusaha menatap siapa yang ada di dalam helikopter itu.
Seorang laki-laki yang berpakaian jas hitam lengkap dengan kacamata hitamnya yang bertengger sempurna di hidung mancungnya turun dari helikopter. Pria itu. Pria yang seharusnya sudah datang dari tadi. Pria yang dari kemarin membuat Lily menunggu kepulangannya hingga larut malam dan kemudian tertidur. Pria itu Aaron.
Semua wartawan langsung berhamburan memperebutkan posisi yang paling bagus untuk memotret sekaligus mewawacarai Aaron. Tapi laki-laki itu mengabaikan mereka dan langsung saja berjalan kearah panggung dengan dibantu oleh bodyguard yang sedang berjaga. Ia berjalan ke panggung, dimana Lily masih berdiri dengan wajah terkejutnya karena surprise dari Aaron.
"Darimana saja kau, Aaron?" Lily langsung berdesis bertanya pada Aaron sesaat setelah Aaron sampai di hadapannya. Ia menatap Aaron geram.
Bukannya menjawab pertanyaan Lily, justru ia hanya tersenyum aneh dan kemudian mengambil alih microphone. Ia menatap para wartawan di depannya dan kemudian berkata, "Maafkan aku yang datang terlambat ini, semuanya. Aku bangun kesiangan."
Sebagian dari wartawan ada yang tertawa. Sedangkan Lily, dia menatap Aaron marah. Di belakang panggung, Devian dan Yocelyn juga tak kalah terkejutnya dengan Lily. Terutama Yocelyn. Rasanya Yocelyn sudah ingin melempar high heelsnya ke kepala Aaron sekarang ini.
"Aku harap kalian senang dengan kejutanku tadi," ucap Aaron lagi. Lagi-lagi para wartawan tertawa da nada pula yang hanya tersenyum menanggapi Aaron. Entah bagian mana yang lucu bagi mereka.
"Oke, kali ini aku akan serius." Sesaat kemudian, Aaron merubah raut mukanya menjadi serius. Kemudian berkata, "Lagipula ini memang agenda konferensi pers kali ini."
Hening. Semuanya menunggu apa yang akan dikatakan Aaron setelah ini.
"Langsung saja, aku akan membahas mengenai hubunganku dengan Lily, wanita cantik di sampingku ini," ucap Aaron, tak menyadari Lily yang sudah menahan malunya dan menjadi salah tingkah.
"Untuk kalian, yang menanyakan tentang apa yang semua ini sudah kulakukan untuk Lily, semua hal-hal romantis yang tertangkap kamera maupun tidak, jika kalian menanyakan itu tulus atau tidak dariku. Maka jawabannya adalah..." Aaron sengaja menggantungkan kalimatnya dan kemudian kembali berkata, "Aku benar-benar tulus."
Semua menjadi riuh. Kamera-kamera wartawan sudah mulai melakukan tugasnya. Cahaya-cahayanya mulai berkilatan. Wajah Aaron mulai lebih serius dari sebelumnya. Sedangkan Lily yang tadinya sempat memerah, sekarang entah kenapa menjadi gugup dan degup jantungnya bekerja lebih cepat dari sebelumnya.
"Untuk kalian yang menanyakan tentang kebenaran hubunganku dengan Lily. Maka akan kujawab..." Lagi-lagi Aaron menggantung kalimatnya. Membuat semua orang disana menunggu. Tak terkecuali Lily. Degup jantungnya sudah mulai tak karuan. Entah kenapa, keringat dingin sudah mulai bercucuran. Kakinya juga tidak bisa diam.
Tiba-tiba Aaron memandang Lily dengan tatapannya yang serius dan kemudian tersenyum lembut. Membuat Lily gelagapan sendiri. Detik kemudian, Aaron berdiri menghadap Lily dan kemudian menarik Lily ke depannya. Jarak mereka pun menjadi lebih dekat. Tatapan Aaron juga masih belum terputus.
Masih dengan matanya yang menatap Lily dalam, Aaron berkata, "Kalian boleh menyebutnya sebagai hubungan palsu. Tapi bagiku... wanita di depanku ini adalah milikku."
Lily yang belum tenang dari keterkejutannya makin terkejut lagi saat tiba-tiba, tanpa permisi, laki-laki di depannya, Aaron, dia menempelkan bibirnya ke bibir Lily. Mata Lily semakin melebar.
Ini memang bukan ciuman pertamanya dengan Aaron. Tapi ciuman kali ini berbeda. Selain karena tempatnya yang lebih terbuka, ciuman ini juga sedikit lebih dalam daripada yang sebelumnya. Dan Lily tak tahu harus berbuat apa selain memejamkan matanya dan menggenggam erat lengan Aaron agar dirinya tidak jatuh karena kakinya yang melemas.
—————————————————————————
Tbc.
Saturday, 5 January 2019Guys, yuk, coba baca cerita yang saudaraku bikin. ceritanya masih fresh, nih. kalian bisa coba check di akun aviorfw yakk. judul ceritanya "Roxanne & Felix". kalian patut baca niii, buat tambahan buku di library kalian jugaaa😎
terima kasih supportnyaaa😘🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romance(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...