“Apa? Sudah dibayar?” tanya Lily dengan nada tinggi pada suster di depannya sekarang.
“Ya. Seorang pria tadi sudah mengurus semua biaya perawatannya,” jawab suster itu sopan. Pria? Siapa? Lily tidak bisa berpikir tentang siapa pria yang telah membantu keluarganya itu.
“Apa kau tahu siapa dia?” tanya Lily lagi.
“Sepertinya, ia pria yang tadi datang bersama Anda.” Jawaban suster itu membuat Lily terkejut. Aaron membayar semua biaya perawatan Ayahnya? Sekarang ia merasa seperti memiliki hutang pada Aaron. Ia merasa tak enak pada Aaron yang hari ini selalu membantunya.
***
“Jadi, apa yang mau kau katakan?” tanya James. Ia duduk di samping kanan Aaron menatap Aaron menyelidik. Aaron menoleh ke James sekilas kemudian tersenyum ‘terima kasih’ pada Joe saat Joe sudah mengantarkan pesanan Aaron.
Aaron meneguk minumannya dalam sekali minum. Ia terdiam sejenak. Kemudian, ia menghela nafasnya kasar dan menatap James tajam
“Tolak permintaan Ayahku,” kata Aaron kemudian menoleh pada James. Ia menatap James seakan-akan menyuruh James untuk menurutinya.
James malah tertawa mendengar ucapan Aaron. Kemudian ia diam membalas tatapan Aaron tak kalah tajam. “Maafkan aku. Tapi kau tahu, kan, aku tidak pernah menolak sebuah permintaan,” ucap James sambil menekankan kata terakhirnya.
“Jadi, maksudmu, kau melakukan semua permintaan?” tanya Aaron sinis dengan menekankan kata ‘permintaan’. ”Walaupun itu dapat menyakiti seseorang?”
“Cih. Aku baru tahu, kalau ternyata aku juga punya teman yang berhati busuk,” sindir Aaron dengan tatapan lurus ke depan.
“Jadi, kau tahu sekarang. Kau perlu banyak belajar. Friends can break your heart too,” ucap James seakan-akan ia sedang mengajari Aaron sebuah pelajaran hidup sedangkan Aaron tertawa sinis.
“Terima kasih atas nasehatmu. Tapi aku tidak butuh,” ucap Aaron dingin.
James mengacuhkan ucapan Aaron. Kemudian, suasana hening lagi. Aaron hanya minum, minum, dan minum.“Kudengar kau sudah dijodohkan,” ucap James dengan nada mengejek.
Aaron meletakkan gelasnya sedikit kasar. “Itu bukan perjodohan. Hanya perkenalan yang memuakkan,” ucap Aaron masih dingin.
James tersenyum kecut saat mengingat kejadian itu. Dilihatnya kini pria di depannya. Aaron sepertinya sudah setengah tak sadar. Ia pun menelpon asisten Aaron untuk menjemputnya di sini. James menatap Aaron sejenak. Tatapannya tak dapat diartikan. Kemudian, ia meninggalkan Aaron sendiri.
***
Ombak pantai malam menyapa kedua orang yang baru saja menginjakkan kaki mereka di atas pasir putih.
“Tutup matamu,” ucap Aaron.
“Kenapa?” Wanita itu menatap Aaron penuh tanda tanya.
“Sudah. Tutup saja,” ucap Aaron sambil kemudian menutup mata wanita itu dari belakang dengan kedua tangannya. Dengan hati-hati Aaron menuntun wanita itu berjalan menyusuri pantai.
“Sekarang, buka matamu,” ucap Aaron kemudian bergeser ke samping.
Wanita itu membuka matanya perlahan. Betapa terkejutnya ia melihat pemandangan di depannya. Sebuah meja bundar kecil dengan dua kursi yang berhadapan. Sebuah lilin tinggi di tengah meja. Sebotol wine dan dua buah gelas. Tak lupa vas bunga yang berisikan rangkaian bunga kesukaannya, Bunga Lili. Matanya tak berkedip melihatnya. Ia terpaku.
“Kau suka?” tanya Aaron di sampingnya.
Wanita itu mengangguk cepat. Mana ada wanita yang tidak suka dengan ini semua? Rasanya air mata sudah akan jatuh dari mata cantiknya saat ini. Tapi ia tahan.
“Silakan, Nona.” Aaron mempersilakan wanita itu duduk di kursi yang sudah didorong keluar oleh Aaron. Aaron memperlakukan wanita itu seperti seorang Lady. Wanita itu tersipu. Dengan sedikit malu-malu, wanita itu pun duduk. Kemudian Aaron duduk di kursi di seberangnya.
Tak lama setelah itu, pesanan mereka datang. Mereka makan malam bersama sambil mengobrol ringan. Tak jarang juga wanita itu tertawa karena Aaron. Berbincang hangat di tengah dinginnya udara malam. Ombak pantai yang bergerak berirama bagaikan lagu pendamping makan malam mereka.
“Tunggu sebentar di sini, ya.” Aaron beranjak meninggalkan wanita itu entah kemana. Tanpa mengetahui apapun, wanita itu hanya tersenyum mengangguk. Ia menunggu Aaron yang tak kunjung kembali.
Swaying room as the music starts
Strangers making the most of the dark
Two by two the bodies become oneTiba-tiba terdengar seseorang bernyanyi dengan gitar klasiknya dari belakang wanita itu. Otomatis, wanita itu langsung menoleh ke belakang. Ia langsung berdiri menutup mulutnya tak percaya. Aaron sedang bernyanyi dengan gitar klasiknya.
I see you through the smokey air
Can’t you feel the weight of my stare
You’re so close but still a world away
What I’m dying to say, is thatAaron berjalan mendekat. Wanita itu masih diam menyimak lagu milik Madonna itu. Ia tak menyangka Aaron akan bernyanyi seperti sekarang. Wanita itu jelas tahu lagu ini. Ia seperti menantikan lirik lagu setelah ini.
I’m crazy for you
Touch me once and you’ll know it’s true
I never wanted anyone like this
It’s all brand new, you’ll feel it in my kiss
I’m crazy for you, crazy for youAaron menghentikan nyanyiannya. Ia menatap dalam-dalam wanita di depannya. Kemudian, Ia menaruh gitarnya di pasir dan berjalan mengikis jarak diantara mereka. Tatapan mereka masih belum terputus.
“Rachel Ann Adrian.” Aaron menyebut nama lengkap wanita itu.
“Maukah kau menjadi kekasihku?”
Trying hard to control my heart
I walk over to where you are
Eye to eye we need no words at allAaron menggeliat dalam tidurnya. Ia tengah bermimpi indah. Lagu itu kembali terngiang di kepalanya.
Slowly now we begin to move
Every breath I’m deeper into you
Soon we two are standing still in time
If you read my mind, you’ll seeLambat laun lagu itu terdengar seperti nyata di telinga Aaron. Benar saja. Setelah dipikir-pikir dalam keadaanya yang setengah sadar, itu bunyi dering ponselnya. Iapun langsung beranjak dari tidurnya dan menjawabnya tanpa melihat siapa yang menelpon.
“Hei kau!” Tiba-tiba seorang pria berteriak dari seberang. Untung saja Aaron menjauhkan ponselnya, jadi ia masih merasakan telinganya yang masih sehat. Iapun melihat siapa orang yang berani-beraninya meneriakinya seperti itu. Devian. Benar. Siapa lagi kalau bukan dia. Batinnya bersuara. 8
“Ada apa?” tanya Aaron dengan suara khas bangun tidurnya.
“Apa kau gila? Ini jam berapa, bodoh? Dan kau malah masih di tempat tidurmu?! Cepat ke kantor sekarang!” Lagi-lagi Devian meninggikan suaranya. Dengan masih bermalas-malasan, Aaron mengiyakan dan kemudian memutus sambungan.
Sepertinya ini pertama kalinya sejak Aaron mulai menggeluti dunia bisnisnya, bangun kesiangan. Well, dia tidak bisa menyalahkan siapa pun. Tadi malam ia memang kesulitan tidur. Ia juga sempat meminum beberapa gelas wine. Alhasil, ia baru tertidur jam 3 pagi tadi. Aaron pun beranjak menuju kamar mandi. Ia berniat untuk menghilangkan penatnya dengan guyuran air dingin dari shower. Mencoba menghilangkan kenangan-kenangan itu. Wanita itu.
Tbc.
1038 words
Thursday, August 3rd 2017Media played : Madonna - Crazy for You
![](https://img.wattpad.com/cover/115787423-288-k176419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Love - Bachelor Love Story #1 [PUBLISHED!]
Romantik(COMPLETED - SUDAH DITERBITKAN) First Series of Bachelor Love Story Lily Anandea Jones, hidupnya yang sudah berkelok-kelok, semakin rumit dikala ia terjerat skandal dengan CEO muda nan tampan dan hot se-New York, Aaron Sebastian Audison. Tinggal sea...