Part 67

160 5 0
                                    

Sementara itu di sisi lain bara yang tengah mencoba membujuk anjani untuk memakan makanannya sudah beberapa menit berlalu setelah kepergian seorang perawat yang memberikan semangkok bubur untuk di santap anjani namun belum juga anjani menyentuh sedikitpun makanannya bahkan melirik pun tidak. Menghela nafasnya untuk kesekian kalinya bara mencoba membujuk tunangannya itu.

" Anjani aku gak mau kamu tambah sakit ayo ini makanlah selagi buburnya masih hangat " Ucapnya sambil menyodorkan sesendok bubur.

" Aku gak mau bara. Aku gak laper " Tolak anjani halus.

" Mulut kamu emang gak laper tapi tubuh kamu butuh asupan. Ayo makanlah sedikit aja " Bujuknya lagi sambil menyodorkan sesendok bubur.

" Bara.. Apa dengan makan aku bisa ngeliat lagi? " Seketika bara menghentikan pergerakannya. Tanggannya menggantung dengan sendok yang masih penuh. Iapun lalu menaruh sendok beserta piring ke atas nakas yang terletak di sampingnya.

" Aku udah gak berguna aku gak bisa ngeliat ayah ka aida dan orang orang yang aku sayangi lagi hiks aku.. Aku bahkan gak akan bisa lagi nunjukin muka aku di depan pangeran karena aku gak mau dia kasihan sama aku hiks " Mendengarnya bara menatap anjani iba. Ingin sekali ia memeluk tubuh ringkih nan rapuh di hadapannya namun lagi lagi ia tak mampu. Bahkan tangannya hanya menggantung di udara tanpa bisa meraih wajah sendu di hadapannya.

" A..anjani " Kata bara terkejut dengan tindakan anjani yang secara tiba tiba meraba lengannya bahkan menggenggam jemarinya erat.

" Bara aku mohon lebih baik kita percepat aja pernikahannya. Itu kan yang kamu mau? Aku hiks aku gak mau nunggu sampe pangeran sadar hiks. Karena kalau dia sadar dan dia tahu kamu berencana menikahi aku setelah dia sadar hiks. Pangeran gak akan biarkan itu. Apalagi hiks apalagi kamu lah yang menyebabkan dia bisa kembali bernafas. Hiks aku.. Aku gak tahu apa yang udah kamu lakukan sama dia hiks, tapi terima kasih karena berkat kamu pangeran masih hidup dan aku masih bisa melihat dia meskipun bukan dengan mataku hiks meskipun aku gak mungkin bisa bersamanya lagi. Aku ikhlas bara asalkan pangeran tidak mengetahui tentang kebutaan aku. Hiks..ak.. "

" Anjani.. " Potong bara cepat. Sontak anjani menghentikan tangisannya. Perlahan tapi pasti usapan lembut terasa di kedua pipinya yah. Bara menghapus jejak air matanya yang menganak bagaikan sungai mengalir.

" Cukup tolong jangan menangis lagi. Kalau itu mau kamu ayo kita menikah. Meskipun kamu terpaksa melakukannya,  meskipun kamu melakukannya demi pangeran, Aku.. Aku cukup bahagia " Ucap bara dengan sedikit menahan sesak di dadanya. Ia tahu ini salah. Tapi entahlah keegoisan nya lah yang kini tengah menguasainya. Ketakutannya akan kehilangan sosok orang yang di cintai membuatnya menjadi sosok bara yang egois. Ia bahkan tidak peduli dengan kondisi anjani asalkan gadis di hadapannya kini tetap berada di sampingnya. Menemaninya dan tidak akan pernah meninggalkannya seperti yang dilakukan kekasihnya dulu. Safira yah gadis itu telah meninggalkannya hanya karena masalah yang terbilang sepele hanya karena ia berubah menjadi pendendam dan temperamen. Tanpa tahu apa penyebabnya gadis itu malah pergi meninggalkannya. Tidak seperti anjani yang selalu berada di sampingnya selalu menemaninya bahkan anjani lah yang mampu mengubahnya menjadi sosok bara yang dulu bara yang tidak pendendam dan tenang.

" Bara " Panggil anjani menyentaknya dari lamunan nya.

" Maaf.. Karena telah memaksakan kehendak kamu. Maaf  " Ucapnya menyesal. Mendengarnya anjani tersenyum.

" Apa kamu benar benar akan bahagia menikah dengan aku yang buta ini? " Tanya anjani memastikan. Mendengarnya dengan segera bara menggenggam kedua tangannya.

" Aku cinta sama kamu itu tulus. Mau kamu buta atau gak itu bukan masalah buat aku. Yang penting aku bisa memiliki kamu " Ucapnya yang di akhiri dengan kecupan lembut di punggung tangan anjani.

RANJANI_True Love Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang