Part 5

21.1K 1K 5
                                    

Haii guyss..  aku sudah back loh dengan part selanjutnya.. maaf ya klo lama hehebe 😁😁😁😅😅


"Astaga kakiku masih sakit saja, tenaga gadis itu lumayan juga"
'Apa dia diranjang tenaganya sebesar itu juga? Heh apa yang kau pikirkan otak mesum... Yaa tapi tidak ada salahnya jika menerka nerka. Hahahahaa.........' dengan menunjukan senyumam anehnya, untung dia berada diruangannya, jika diluar orang akan menatapnya dengan tatapan aneh atau mencapnya sebagai orang gila

-------------------------
Akhirnya Anna sudah hampir menyelesaikan tugasnya, ia daritadi berusaha cepat mengerjakan tugasnya, karena sebentar lagi Anna akan bertemu sahabatnya itu dicafe.

Sesampainya dicafe, Anna langsung duduk didepan Retta yang daritadi sedang asik minum. Sesampainya ia duduk, Anna mendapat panggilan dari seseorang yang paling terakhir Anna harapkan panggilannya.

"Siapa?" tanya Retta
"Kau pasti tahu siapa" jawab Anna dengan tatapannya malasnya sambil menekan tombol hijau di handphonenya.

"Astaga, An.. setelah aku mengirimkan lebih dari 50 email padamu dan menghubungimu puluhan kali, akhirnya kau menerima panggilan dariku juga." Ucap seorang pria dengan tidak sabaran di seberang sana.

Anna yang mendengar suara pria itu hanya memutar bola matanya malas. Meski ia tahu mau bagaimana pun ekspresi wajahnya saat ini. Pria itu tidak akan mengetahuinya.

"Halo An ? Apa kau mendengarku ? Mengapa kau diam saja ?" Suaranya terdengar lagi, Anna belum menjawab, melainkan menghela nafasnya dalam.

"Ray.. sudah berapa kali kukatakan padamu, kalau aku tidak tertarik padamu." Anna menyandarkan tubuhnya pada sofa. Di hadapannya terlihat Retta yang sedang menatapnya sambil tersenyum meledek.

"Ayolah An, apa kau tega jika aku merengek seperti ini padamu setiap hari ?" Suaranya terdengar nada keputus asaan. Lagi lagi, Anna hanya menghela napasnya, sulit sekali baginya menghadapi pria ini.

Sudah sejak ia baru masuk NYU, lelaki bernama Raymond itu terus mendekatinya hingga sekarang. Namun karena hati Anna yang terlalu beku, ia tidak mengubris itu semua.

"Justru seharusnya aku yang bertanya padamu. Apa kau tidak lelah terus mendekatiku seperti ini ?"

"Dasar gadis berhati beku." sela Retta diobrolan gadis didepannya yang dari tadi ia perhatikan.

"Maaf Ray, sepertinya aku harus mengakhiri obrolan kita kali ini. Karena  sebentar lagi aku harus sudah berada di kantor." Lalu sambungan tersebut diputus sebelah pihak.

"Kau terlalu kejam, An. Pria itu telah mengejarmu sejak dulu, dan hingga hari ini ia hanya mendapat penolakan darimu." Komentar Retta lagi, sambil menyantap roti sandwichnya.

"Itu salahnya, Ret. Sudah ratusan kali aku menolaknya, tapi ia tetap keukeuh." Anna menaruh ponselnya di nakas dan duduk di sofa lainnya.

"Tapi mengapa tidak kau coba saja ? Menurutku, Ray tidaklah buruk. Ia memiliki berberapa cabang perusahaan di Austin."

"Kau memaksaku ?"
"Sudahlah lupakan saja pria itu. Aku lelah." lanjut Anna mengakhiri pembicaraan mengenai pria bernama Raymond itu.

"Um.. baiklah. Oh iya.. nanti malam aku ingin bertemu pria yang waktu itu kita temui di club. Apa kau mau menemaniku ?" Retta menghabiskan gigitan terakhir rotinya.

"Seriously ? Ini pertama kalinya kau kencan dengan pria yang sama." Anna memosisikan tubuhnya agar lebih tegap.

"Mungkin aku melakukannya karena aku tertarik untuk bermain main dengannya ? Atau karena ia sangat pandai kemarin malam ?" Retta terlihat mengetuk ngetuk jarinya di dagunya, terlihat seperti orang yang sedang berpikir.

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang