Part 32

13.5K 676 22
                                    

Anna yang memperhatikan perilaku Desmond hanya terdiam, ia tidak ingin mengganggu apa yang sedang Desmond lakukan sekarang, karena ia... menyukainya.

"Kau sangat menggemaskan, Anna."

------------------------

"Sudahlah aku bukan anak kecil lagi, rayuanmu tidak akan mempan untukku." ucap Anna berusaha menutupi rona merah pada wajahnya, sambil memoles make up sedikit pada wajahnya.

"Benarkah? Tapi mengapa kau tidak bisa berkompromi dengan pipimu itu? Pipimu sangat merah Anna." komentar Desmond sambil melihat Anna.
"Hah? Benarkah??!" panik Anna lalu melihat kearah cermin. Ia takut jika Desmond melihat rona pada pipinya sekarang. Ia tidak ingin membuat pria ini terlalu percaya diri.

"Dimana merahnya? Aku tidak melihatnya. Kau pasti.." lalu tengok Anna menatap Desmond, tetapi sebelum Anna menyelesaikan omelannya. Desmond sudah mengecup bibir Anna terlebih dahulu dengan cepat.

"1 kiss morning. Aku belum mendapatkannya darimu." goda Desmond yang sudah mendirikan badannya setelah menunduk mencium Anna yang ada dikursi meja rias. Anna seakan terkejut dengan apa yang dilakukan Desmond sehingga ia hanya balik menatap Desmond.

"Bersiaplah... Kau akan pergi kekantor. Jangan berdandan terlalu cantik, kau sudah sangat cantik. Aku tidak suka jika kau dilirik laki-laki selain aku." Perintah Desmond dengan lembut sambil mengusap rambut Anna lalu pergi. Entah mengapa pria itu sekarang sangat suka mengusap rambut Anna.

Setelah Anna mengusapkan make up tipis pada wajahnya, lalu ia keluar untuk menuju ke kantor. Namun sebelum ia melanjutkan perjalanannya menuju pintu keluar, ia melihat Desmond sedang kesusahan. Anna yang melihat itu tidak bisa diam saja. Kebiasaan yang sering ibunya ajarkan pada anaknya, selalu menolong orang yang membutuhkan bantuan, walaupun sekecil apapun.

"Berikan." Perintah Anna pada Desmond sambil tangannya meminta barang yang sedang dipegang Desmond.
"Apa? Kau ingin uang, tas??" tanya Desmond bingung.
"Bukan bodoh... Berikan dasimu." Ulang Anna. Desmond langsung memberikan dasinya pada Anna.

"Kukir kau tidak akan sepeduli ini padaku." Komentar Desmond sambil melihat Anna yang ada didepannya dengan jarak yang sangat dekat, dan tangannya yang sedang berusaha membuat dasi.
"Jangan terlalu percaya diri. Ini sudah menjadi kebiasaanku untuk membantu orang. Walaupun sebenarnya aku tidak ingin membantunya." Balas Anna dengan tangannya masih sibuk membuat dasi.

"Lagipula hal sekecil ini saja kau tidak bisa? Astaga... Kau seorang CEO, Des, otakmu sangat cerdas dan gelarmu itu. Hmmm aku semakin curiga tentang semua berita itu, ataukah cuma rumor belaka?" tebak Anna dengan muka yang sedang berpikir.
"Heiii..... Semua itu benar, kau bisa menanyai salah satu dosen disana. Mereka semua mengenaliku. Dan hanya ini  kelemahanku. Aku sangat membencinya apalagi saat tidak berbentuk. Aaahhh.. Membuatku tambah pusing." Kesal Desmond tapi dengan wajahnya yang tidak dipalingkan dari Anna dari tadi.

"Jadi ini kelemahanmu? Terlalu mudah.." ucap Anna dengan nada mengejek.
"Ada lagi kelemahanku..." balas Desmond dengan tatapannya yang dalam menatap Anna.
"Apa?" ketus Anna.
"Saat berada didekatmu, aku bisa menjadi orang yang sangat lemah. Aku merasa seperti orang yang berbeda, seperti sering lepas kendali." Bisik Desmond disamping telinga Anna, yang membuat merinding saat suara seksinya yang dikeluarkan.

"Eeemmm, sudah.. Aku ingin pergi dulu, terima kasih untuk semalam." Pamit Anna yang daritadi berusaha menutupi detakan jantungnya yang tidak karuan.
Sebelum Anna melanjutkan langkah kakinya, pinggangnya lalu ditarik Desmond dengan lengan kekarnya, sehingga membuat Anna berada didekapan Desmond sekarang.

"Kau ingin kemana?"
"Kau tidak lihat? Jelas kekantor..." berontak Anna berusaha untuk keluar dari dekapan Desmond, tapi sekuat Anna berusaha lepas itu percuma.
"Ikut denganku, kita berangkat bersama." Ajak Desmond dengan semakin mengeratkan rangkulannya.

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang