Part 9

17.6K 896 3
                                    

Hai aku back hehehe, new part 😁😁😁, aku harap kalian suka ya 😘😘

Mata tajam pria itu melihat gadis itu sudah pergi meninggalkan pria yang tidak berhenti meneriaki si gadis dingin itu.
'Dari tampangnya dan mobilnya pria ini bukan dari kalangan biasa' bisiknya.

"Dasar pria tidak tahu malu." Ucapnya dengan angkuh kemudian menyalakan mesin mobil sportnya dan mulai melaju ke gedung parkir.

Diselama perjalanannya menuju gedung parkir, bukannya fokus untuk menyetir, ia malah memikirkan pria yang ia lihat bersama Anna.

------------------------------
Setelah sampai digedung parkir, sebelum keluar ia merapikan jas dan dasinya sambil merapikan dokumennya yang ada ditasnya.
Tetapi itu hanya luarnya saja berbeda yang ada didalam pikirannya, tanpa seijinnya pikirannya berkecamuk tentang Anna dan pria yang bersamanya.

'Apa yang kau pikirkan Des??!! Bukan urusanmu bila wanita itu diantar seorang pria, bukankah biasa wanita sepertinya seperti itu, berkencan dengan laki - laki yang mempunyai dompet yang tebal. Bukannya seharusnya bagus? Agar dia tidak selalu menggangguku??'
Setelah termenung beberapa saat
'What the hell? Aku malah memikirkannya'

Setelah ia berperang dengan pikirannya sendiri. Ia keluar dari mobil dan langsung pergi ke ruangannya dengan cepat tanpa mengindahkan sapaan dari bawahanya.

----------

Anna pun berjalan menuju ruangannya tanpa mendengarkan teriakan dari Raymond.

"Hei Anna, please stop, kau tidak ingin sekedar berbicara basa-basi denganku?? Dari tadi kau hanya mendiamiku."
Teriak Raymond sambil berlari dibelakang Anna.
"Anna...." katanya dengan lembut sambil memegang tangan Anna dengan tiba - tiba.

"Apa??" balas Anna dengan nada yang ketus.
"Kau tidak mendengarkanku?"
"Sudahlah Ray, ini dikantor jaga perilakumu."
Balas Anna dengan tegas.
"Baiklahh.. Maaf jika aku sudah keterlaluan, tapi tidak bisakah kita sekedar minum atau makan?? Sekedar basa - basi, sudah lama kita tidak bertemu sejak lulus kuliah." Miantanya dengan muka yang serius.

"Sekarang kau sudah bertemu denganku"
"Bagaimana dengan rencana minum atau makan?" tanyanya.
"Tidak bisa, banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."
"Aku akan menu-ng..."
"Aku harus ke atas sekarang, pekerjaanku menunggu." Kata Anna menyela lalu terburu-buru berjalan menuju ruangannya untuk memghindari perbincangan dengan Raymond.

"Apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkanmu, An??" ucap Raymond dengan nada yang kecil dan penuh frustasi dengan tatapan sendu melihat kepergian Anna.

Setelah sampai diruangannya dan duduk dikursinya.

"Astaga masalah apalagi ya Tuhan"
Disela-sela kepenatannya, terdengar ketukan pintu, yang meminta ijin untuk masuk.
"Ya masuk, ada apa?"
"Ms kau diminta untuk menghadap CEO sekarang." Kata dari seorang bawahannya itu yang bernama Sofia.
"Hah?? Untuk apa?" balas Anna dengan ekspresi terkejut.
"Katanya ada yang ingin disampaikan terkait masalah keuangan" jawab Sofia.

"Baiklah nanti saya akan kesana, masih ada pekerjaan yang harus selesaikan sekarang"
"Bukan nanti ms... Sekarang, beliau menunggu dikantornya" Ucap bawahannya terdengar seperti nada perintah.

Daripada ia terus-menerus diperingati, lebih baik ia pergi sekarang dengan 'TERPAKSA'.
Setelah sampai didepan ruangannya sebenarnya ia malas menunggu tetapi daripada kejadian yang dulu terulang lagi lebih baik ia menunggu.

"Kau sudah boleh masuk." Kata sekretarisnya yang dapat dilihat secara jelas memasang muka angkuh.
Tanpa menggubris omongan darinya. Ia langsung masuk.

"Ada apa?" tanya Anna to the point.
"Apakah itu caramu untuk memperlakukan atasanmu Ms. Miller? Kau tidak pernah diajarkan orang tuamu?" tegas Desmond dengan wajah kaku. Tatapan tajamnya menatap Anna dengan tegas, membuat Anna merasa risih dengan tatapan pria itu.

"Saya tidak pernah diajarkan orang tua saya untuk menghormati orang yang sudah melakukan 'pelecehan' terhadap seorang wanita Mr. Christopher." Balas Anna tidak kalah dengan wajah tegas dan kakunya.

'Ada apa dengan matanya? Kenapa saat pria bodoh itu melihatku, aku merasa seperti sedang berada dibawah terik matahari ?' Batin Anna berkata.

Dengan kata- kata menohoknya membuat Desmond sedikit bergeming.
'SHITT...'

"Pelecehan ? Apa maksudnya ? Apakah aku terlihat seperti penjahat kelamin baginya ?" Ucap Desmond dalam hati dengan gerutuan ringan.

"Tentang masalah keuangan. Ada beberapa dokumen yang terlihat tidak sinkron...." Desmond akhirnya melanjutkan tujuannya memanggil Anna, untuk menghindari pernyataan dari Anna yang malah tambah membuat dirinya terpojok.

"Jika itu masalahnya, saya akan perbaiki semuanya." Balas Anna dengan wajah seriusnya.

"Apakah ada lagi yang ingin anda sampaikan ? Jika tidak aku akan segera meninggalkan ruangan yang begitu panas ini." Anna melipat tangannya dengan angkuh. Ia memberanikan membalas tatapan tajam dari Desmond.

"Panas katamu ? Apa kau gila ? Ini musim dingin, An. Dan aku tetap menggunakan pendingin ruangan, dan kau bilang panas ?" Desmond mengerutkan keningnya dan melipat tangannya diatas meja sembari memperhatikan setiap inci dari lekukan tubuh gadis itu.

'OH GOD, Apa yang baru saja aku katakan ? BODOH!' Ia langsung merutuki dirinya sendiri karen ulah mulut bodohnya itu.

"Eg..egh.h.. Ya! Benar! Ruanganmu sangatlah panas! Apa kau tidak tahu, jika ruanganku tidaklah seperti ini? Kau ternyata sangat payah dengan udara dingin ya ?" Ucap Anna dengan gagap namun ia mencoba untuk kembali ke sikap angkuhnya lagi.

Desmond semakin mengerutkan keningnya, ia terlihat tidak percaya dengan apa yang barusan gadis ini katakan dan seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Ugh.. Mungkin aku tidak terbiasa dengan ruangan panasmu ini. Aku lebih baik kembali ke ruanganku yang lebih sejuk." Ucap Anna kemudian memutar badannya dan berjalan menuju pintu.

"Tunggu." Suara berat Desmond membuat Anna berhenti dengan seketika. Tubuhnya yang sudah berbalik memunggungi pria itu, kini kembali menghadap Desmond.

"Ku pikir kau suka udara dingin, bukan ? Bagaimana jika aku menawarkanmu untuk menemaniku menghadiri konferensi pers di Paris besok ?" Desmond mengucapkannya dengan lantang dan jarinya terlihat mengetuk meja perlahan.

Ann membeku. Gadis itu terlihat menahan napasnya. Pikirannya semakin kacau dibanding tadi. Ia semakin merutuki dirinya sendiri dengan mulut bodohnya itu.

"Oke. Kupikir kau setuju dengan keputusanku. Meskipun kau menolakpun, aku akan tetap mengajakmu, atau kau akan kupecat."
"Baiklah. Silahkan kembali ke ruanganmu yang lebih dingin, Mrs. Miller." Ucap Desmond dengan senyum miringnya.

Anna terkejut. Sungguh. Gadis itu merasa tidak bisa menghirup oksigen lagi. Tubuhnya membeku di tempat, tangannya terasa dingin, begitu juga dengan tubuhnya. Sangat berbanding terbalik dengan apa yang mulutnya katakan berberapa menit sebelumnya.

Entah mengapa kali ini Anna memilih diam. Ia takut mulut bodohnya itu malah mengucapkan hal bodoh lagi.

Kemudian ia kembali memutar tubuhnya perlahan dan berjalan menuju pintu dengan pikirannya kacau.

"BODOHHH !"
"DASAR MULUT BODOH!"
Teriak Anna begitu ia masuk ke ruangannya kembali.
"Dan.. OH GOD! Pria itu lebih dari sekedar brengsek, ia sungguh licik!" Emosi Anna menggebu gebu.

Beruntung Anna tidak pingsan ditempat begitu mendengar ucapan pria itu barusan.
Dan Paris ? Astaga.. apakah dirinya harus benar benar pergi ke Paris berdua dengannya ? Oh tidak tidak.. tidak mungkin hanya berdua, pasti ada sekretaris genit itu juga dan pasti ada rekan kerjanya yang lain, Pasti!

Segitu dulu ya readers, i hope kalian suka ya 😙😙
Jangan lupa vote dan comments ya gaess 😍😍😍

15% (OPEN PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang