"I'm sorry, Mom, Dad.. Remaja terkadang nakal hehehe.." Ia terkekeh, berusaha agar kedua orang tuanya berhenti melemparkan tatapan tajam padanya.
"Lalu bagaimana dengan kekasihmu yang kutemui waktu itu di Club? Saat kamu bergelayut di lengannya?" Pertanyaan Anna, seakan membuat Christine semakin gusar. Ia yakin sebentar lagi, ayahnya akan menginterogasinya sepanjang malam dan menghukumnya. Desmond tersenyum menang, karena sekarang semua tatapan tidak lagi padanya.
----------------------------------------
Anna terduduk memperhatikan langit malam di atas kepalanya. Ia menatap langit tersebut, mengacuhkan pria di sampingnya yang sedari tadi memanggilnya.
"Anna.. berbicaralah.." Desmond memegang tangan Anna, berusaha agar wanita itu tidak mengacuhkannya. Sejak makan malam tadi, hingga sekarang, Anna terus mengacuhkan. Bahkan melirik Desmond pun tidak sama sekali."Apa?" Tanya Anna dengan dingin sambil menatap langit malam.
"Maafkan aku.."
"Saat aku ke Club malam itu, aku dikerumuni banyak wanita, tapi aku tidak tergoda, aku hanya tergoda pada tubuhmu." Anna masih terdiam menaikan sebelah alisnya."Oh please, Anna.. itu sudah berbulan bulan yang lalu." Nada suara Desmond terdengar seperti suara memohon. Anna memutar bola matanya malas.
"Anna.." Desmond mengusap tangan Anna. Berharap wanita itu luluh.
"Berjanjilah padaku, kau tak akan ke Club lagi tanpa sepengetahuanku." Desmond meanggukan kepalanya dengan mantap. Senyum di bibirnya merekah lebar menghiasi wajah tampan milik Desmond."Dan.. satu lagi... jangan tergoda dengan wanita wanita jalang itu." Ucapan Anna barusan sempat membuat Desmond tersenyum menahan tawanya. Bagaimana tidak? Seorang Anna terlihat seperti wanita yang cemburu pada wanita penggoda di Club.
"Tentu saja." Desmond tersenyum, dan mengusap puncak kepala Anna. Menarik tubuh Anna ke pelukannya. Memeluk tubuhnya erat, seakan membuat tubuh yang kena angin malam itu menjadi hangat.
Bibir Desmond mengecup puncak kepala Anna. Memberikan kenyamanan pada Anna. Tapi keromantisan mereka terhenti karena..
"Ekhem.." dehaman suara berat membuat keduanya melepaskan pelukannya masing masing dan menatap ke arah yang berlawanan.Langkah kaki Johnes Miller mendekat, sehingga suara pijakan kaki pada rumput terdengar keduanya.
"Anna.. masuk ke dalam dan tidur lah." Ucapnya pada Anna, ia pun bangkit dari posisi duduknya, mengecup pipi ayahnya dan berjalan ke arah dalam rumah. Menyisakan Desmond yang duduk mematung menghadap ke arah pohon pohonan.
"Good night, Daddy..."Johnes duduk di sebelah Desmond, membuat Desmond semakin menegang. Takut ia akan diberikan ceramahan karena telah ketahuan berpelukan malam malam seperti ini.
"Kau menyukai putriku?" Tanya Johnes, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi putih itu."Sangat!" Ucap Desmond dengan pasti.
"Kalau begitu jangan sakiti dia, jika ada satu tetes air mata yang mengalir dari pipi putri kesayanganku, kau tidak boleh melihatnya lagi." Ancam Johnes, membuat Desmond meneguk salivanya dengan kasar. Takut akan ancaman Johnes."Yes, Sir!"
"Berarti kau mengijinkanku untuk menikahi Anna?" Tanya Desmond dengan hati hati, takut akan menyinggungnya."Belum."
"Aku hanya mengatakan, agar kau jangan menyakiti putriku." Ucap Johnes, membuat Desmond menghela napas berat. Wajahnya dipenuhi rasa kesal yang ia tahan."Kau masih dalam tahap pengawasanku Mr. Christopher."
"Minggu depan, undanglah keluargamu untuk makan bersama. Sekarang istirahatlah, sudah larut." Johnes menepuk bahu Desmond dan kemudian berjalan meningglkan Desmond yang masih terduduk di sana.
"Dan jangan berkunjung ke kamar putriku!" Teriak Johnes dari dalam ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
15% (OPEN PO)
RomanceKehidupan seorang gadis yang berusaha mati matian hidup ditengah kejamnya kehidupan kota New York City,dengan memiliki segudang masa lalu kelam cinta yang membekas di hatinya. Anastasia Miller Seorang gadis tangguh, dengan tubuhnya yang lang...